Dikhianati oleh dua orang yang paling ia percayai—tunangannya dan adiknya sendiri—Aluna Kirana kehilangan semua alasan untuk tetap hidup. Di tengah malam yang basah oleh hujan dan luka yang tak bisa diseka, ia berdiri di tepi jembatan sungai, siap menyerahkan segalanya pada arus yang tak berperasaan.
Namun takdir punya rencana lain.
Zayyan Raksa Pradipta, seorang pemadam kebakaran muda yang dikenal pemberani, tak sengaja melintasi jembatan itu saat melihat sosok wanita yang hendak melompat. Di tengah deras hujan dan desakan waktu, ia menyelamatkan Aluna—bukan hanya dari maut, tapi dari kehancuran dirinya sendiri.
Pertemuan mereka menjadi awal dari kisah yang tak pernah mereka bayangkan. Dua jiwa yang sama-sama terbakar luka, saling menemukan arti hidup di tengah kepedihan. Zayyan, yang menyimpan rahasia besar dari masa lalunya, mulai membuka hati. Sedangkan Aluna, perlahan belajar berdiri kembali—bukan karena cinta, tapi karena seseorang yang mengajarkannya bahwa ia pantas dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Senja perlahan turun di balik jendela butik kecil milik Aluna. Cahaya keemasan menari di atas potongan-potongan kain satin, renda halus, dan sketsa yang tersusun rapi di meja kerja. Suasana hening, hanya ditemani suara pensil yang menari di atas kertas. Aluna tengah fokus merancang bagian terakhir dari gaun pengantin untuk Tasya—sebuah ironi yang bahkan tak sempat ia pikirkan. Jari-jarinya bergerak dengan hati-hati, penuh pertimbangan, seperti menahan perasaannya sendiri agar tidak meledak ke dalam desain yang ia rancang.
Sore itu Aluna mengenakan blus berwarna krem muda dan rok panjang berwarna senada. Rambutnya diikat setengah, menyisakan helaian-helaian kecil yang membingkai wajahnya. Tak ada jejak kesedihan, hanya ketenangan yang dibangun dari ketabahan bertahun-tahun. Ia tak tahu bahwa di luar sana, seseorang tengah memperhatikan dengan tatapan yang penuh keterkejutan dan nafsu masa lalu yang belum selesai.
Pintu butik terbuka perlahan, disusul langkah-langkah berat yang tak segera Aluna sadari. Baru saat sepasang tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya, menarik tubuhnya ke dalam pelukan hangat yang asing, Aluna terlonjak.
"A-Aluna..."
Suara itu. Aroma parfum itu. Sentuhan yang membuat tubuhnya menegang seketika.
"Niko?!" serunya, sontak melepaskan diri dari pelukan pria itu.
Tubuhnya mundur satu langkah, matanya membelalak, dadanya berdebar keras bukan karena rindu, melainkan karena kaget dan jijik.
"Apa-apaan kamu? Kenapa kamu ke sini dan langsung bertindak lancang seperti itu padaku?!"
Niko berdiri membeku, namun matanya tak bisa menyembunyikan ketertarikannya terhadap Aluna. Pandangannya menyapu Aluna dari kepala hingga kaki. Senyum miring muncul di wajahnya.
"Aku nyaris tak mengenalimu. Kau... berubah, Aluna. Kau bukan lagi perempuan jelek dan miskin yang dulu selalu menatapku dengan penuh harapan. Sekarang, kau luar biasa cantik. Elegan. Menawan... Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menemui mu dan memelukmu."
Aluna menahan napas. Kata-kata itu melukai lebih dari tamparan. "Dan karena itu, kau pikir kau bisa memperlakukanku seperti itu? Apa itu yang membuatmu datang ke sini, Niko?"
"Aku hanya ingin memperbaiki semuanya. Aku datang untuk meminta maaf," kata Niko sambil melangkah mendekat, seolah belum merasa bersalah. "Aku ingin kita mulai dari awal lagi. Lupakan semua yang terjadi. Kita bisa kembali seperti dulu."
Aluna tertawa miris. "Kau pikir hidupku ini panggung drama yang bisa kau putar ulang seenaknya? Aku bukan boneka yang bisa kau tinggalkan dan ambil kembali kapan pun kau mau, Niko. Aku juga punya hati dan juga harga diri."
"Aluna, aku serius. Aku menyesal. Tasya... dia bukan yang kuinginkan. Aku hanya terbawa emosi. Tapi kau... kau adalah satu-satunya yang membuatku merasa hidup."
"Jangan membohongi dirimu sendiri. Kau memilih dia karena aku tidak cukup kaya, tidak cukup cantik, tidak cukup 'berkelas' untuk bersanding denganmu. Sekarang saat kau melihat aku berdiri di atas kakiku sendiri, kau datang lagi? Karena kau melihat aku sudah berubah? Itu bukan cinta, Niko. Itu obsesi. Dan kau—kau adalah laki-laki yang tidak punya harga diri dan tidak tahu apa itu komitmen."
Wajah Niko mengeras. "Jangan sok suci dengan menasehati ku dan memberitahuku apa itu komitmen, Aluna. Kau hanya iri karena kau tidak bisa mendapatkan aku."
Aluna mendekatkan langkahnya ke arah Niko, dan menatap tajam ke arah laki laki itu. "Kalau aku ingin laki-laki seperti mu, aku tidak perlu susah payah bangkit dari keterpurukan. Karena laki-laki seperti mu hanya akan menjatuhkan, bukan mencintai."
itu sakitnya double
bdw tetap semangat/Determined//Determined//Determined//Determined/