naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30 * permainan di mulai *
Senin pagi. Suasana kantor lebih sunyi dari biasanya, tapi bukan karena damai melainkan karena semua mata tertuju pada satu hal skandal.
Aku melangkah masuk dengan langkah tenang, meski di dalam, perutku seperti diikat simpul. Suara bisik-bisik terdengar sejak aku menginjak lantai divisi. Aku tidak perlu mendengar jelas untuk tahu siapa yang sedang dibicarakan.
“Pagi, Kak Naya…” seorang staf junior menyapaku ragu, seolah tak yakin apakah dia boleh ramah.
Aku balas dengan senyum tipis. “Pagi, semangat ya hari ini.”
Aku harus menunjukkan bahwa aku tidak goyah. Bahwa aku masih di sini, dan tidak akan sembunyi.
Begitu duduk di kursiku, notifikasi email masuk. Rapat HR finalisasi hasil investigasi akan dilakukan Rabu nanti. Dalam hati aku menarik napas panjang. Dua hari. Aku dan Raka punya waktu dua hari untuk menyusun langkah terakhir.
Raka mengirimkan pesan pendek dari lantai atas.
> Ruang meeting jam 10. Kita bentuk strategi. Aku udah bawa seseorang.
Aku membalas cepat.
> Siapa?
> Orang yang bisa bantu bersihkan nama kamu.
Aku langsung berdiri.
*
Di ruang meeting, Raka sudah duduk bersama seorang wanita muda berpenampilan tegas. Namanya Citra, mantan jurnalis investigasi dan kini konsultan reputasi media.
"Senang bertemu langsung, Naya. Aku sudah baca semua artikel yang muncul, juga komentar-komentar di media sosial. Ini bukan kebocoran biasa, ini disebar dengan niat menjatuhkan,” katanya cepat.
Aku menelan ludah. “Jadi… ini bisa dilawan?”
“Bisa,” jawabnya mantap. “Tapi bukan dengan klarifikasi. Kita lawan dengan data dan narasi balik.”
Citra membuka laptopnya dan menampilkan data. IP address pengirim email anonim pertama ke HR berasal dari perangkat kantor. Seseorang di dalam perusahaan. Bukan orang luar.
Dan pengirim yang sama pernah terhubung dengan akun Instagram gosip yang pertama kali menyebarkan rumor tentang aku dan Raka.
“Kalau dugaan aku benar,” Citra melanjutkan, “ada dua pihak yang mungkin main di sini. Satu, orang dari masa lalu kalian. Dua, orang yang punya kepentingan di jabatan yang kamu tempati sekarang.”
Raka menoleh padaku. “Ara dan Adit.”
Aku mengangguk pelan.
*
Sore itu, aku dan Raka kembali ke apartemen, membawa berkas dan rencana di tangan. Di lift, tak ada kata. Tapi saat pintu tertutup, Raka menatapku dalam.
“Kalau ini makin besar, Nay… kamu yakin masih mau terus?”
Aku tersenyum lelah. “Aku udah terlalu banyak kehilangan untuk mundur sekarang. Dan yang paling aku nggak mau… aku kehilangan diriku sendiri.”
Dia menarikku ke pelukannya, memelukku dengan seluruh tubuhnya. Bukan pelukan biasa. Ini pelukan dari seseorang yang sudah siap berdiri di sampingku, sampai akhir permainan.
*
Keesokan paginya, kami mengundang HR untuk rapat informal. Bukan untuk membela diri tapi untuk memberikan fakta.
Citra menjelaskan kronologi, memperlihatkan koneksi IP address, jejak digital pengunggah pertama, dan pola narasi media.
“Ini bukan sekadar gosip,” katanya. “Ini serangan terencana terhadap reputasi dua karyawan, dan jika dibiarkan, ini bisa jadi preseden buruk untuk perusahaan.”
HR terlihat tegang. Mereka tak menyangka kami akan bergerak secepat ini.
Aku menambahkan pelan, “Saya dan Raka memang menjalin hubungan. Tapi semua berjalan sesuai etika. Dan saya yakin, perusahaan tempat saya bekerja delapan tahun ini, punya keadilan untuk mendengar sisi kami.”
Mereka hanya mengangguk, mengakhiri rapat dengan wajah campur aduk.
*
Malam harinya, aku duduk di tepi kasur, menatap jendela.
Raka muncul dari dapur, membawa dua gelas teh.
“Ini buat yang berhasil bikin HR berkeringat,” katanya sambil menyerahkan gelasku.
Aku tertawa kecil. “Kayaknya ini belum selesai deh.”
“Belum. Tapi sekarang bola di kita. Mereka nggak bisa atur narasi seenaknya lagi.”
Aku menatap wajahnya. “Terima kasih, ya.”
“Untuk?”
“Untuk nggak nyerah.”
Dia duduk di sampingku, menyentuh pipiku. “Aku nggak tahu cara nyerahin kamu, Nay. Bahkan kalau kamu dorong aku, aku bakal balik lagi.”
Aku tertawa. “Kayak bumerang.”
“Bumerang yang bisa cium kamu.”
Dan seperti biasa, dia menarikku mendekat, menciumku dengan cara yang membuat seluruh bebanku menguap.
Malam itu kami tak bicara tentang kantor. Kami hanya bicara tentang masa depan. Tentang hidup di luar tekanan. Tentang apartemen kecil, dapur berantakan, dan anak-anak yang mungkin mirip aku atau dia.
Dan malam itu aku tahu… badai mungkin belum selesai. Tapi setidaknya, kami sudah berdiri. Dan kami siap membalas .
*
Setelah ciuman itu, kami terdiam dalam keheningan yang nyaman. Raka menyandarkan dagunya di atas kepalaku, sementara aku bersandar di dadanya, mendengarkan detak jantungnya yang stabil. Untuk sesaat, dunia di luar apartemen ini terasa begitu jauh.
“Gimana kalau… setelah semua ini selesai, kita pergi sebentar?” tanyanya lirih.
Aku mengangkat wajah, menatapnya. “Pergi?”
“Liburan. Nggak usah jauh-jauh. Yang penting kamu bisa tidur tanpa mikirin notifikasi HR atau omongan orang.”
Aku tersenyum kecil. “Terdengar seperti surga.”
“Dan kamu pantas dapetin itu.”
Aku memeluknya lebih erat, merasakan betapa banyaknya cinta yang kini aku punya, setelah melewati semua kebencian dan kebimbangan di awal hubungan ini. Siapa sangka, orang yang dulu ingin aku hindari mati-matian, sekarang jadi satu-satunya tempat pulang yang paling kupercaya.
“Aku janji, Nay,” bisiknya pelan, “kalau kita berhasil lewatin ini… aku akan buat kamu lupa rasanya dilukai.”
Aku menutup mata, membiarkan kata-katanya meresap ke dalam setiap inci tubuhku.
“Janji ya,” bisikku. “Jangan pernah berubah.”
“Kalau berubah, cuma satu arah lebih jatuh cinta sama kamu.”
Saat dia kembali mencium keningku, aku tahu satu hal pasti badai mungkin belum berlalu, tapi malam ini aku bisa tenang. Karena aku tak lagi sendiri. Kami adalah dua orang yang dipertemukan secara aneh, tapi disatukan oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan: perasaan yang tumbuh di tengah medan perang.
Dan kami siap melawan… bersama.
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩