Penyesalan Tiada Arti

"Heyyy, jangan tidur dulu !"

" Mandi dan sholat ashar dulu. ,ini sudah lewat lhoo, nanti malah kebablasan tidurnya" seru Nining.

" Iya mah, gantian tuh mandinya jangan lama-lama ya" Azura kesal karena mas Ahmad lama sekali di kamar mandi " kayak cewek "aja gerutu nya.

Mereka bergantian membersihkan badan.

Malam ini cuaca cerah dengan langit malam bertaburan bintang. Angin sepoi-sepoi serasa sejuk dan semakin membuat mata menjadi ngantuk. Di balkon yang menghadap ke taman Ardi dan Nining duduk -duduk di kursi bambu ditemani secangkir kopi panas dan cemilan yang mereka bawa dari rumah.

" Mah, bagaimana kesanmu terhadap Wati ?'" Ardi memulai obrolan.

" Biasa saja seperti perempuan kebanyakan. .. memang nya kenapa pah ?"

" Dia kan sarjana mah, kayaknya cocok buat partner kerja papah, pandai bicara dan meyakinkan lawan bicaranya "

" Ya memang pandai bicara sampai papah pun sangat yakin apa yang di katakan nya semua benar ?" Nining mulai malas membahas masalalu Wati.

" Dia itu anak yatim, janda." anak perempuan satu-satunya.!"

" Ibunya janda ,anak perempuan satu-satunya dikeluarga , saudara nya ada 5 tapi lelaki semua.

"Kok bisa sama ??" Ardi sedikit bingung

" Ya itu suatu kebetulan saja, memang nya kenapa ?"

"Maksud papa, mamah setuju, kan dia menjadi yang kedua, karena niat papak ingin mengangkat derajatnya , jadi di keluarga itu dia punya laki-laki, punya pemimpin keluarga.!"

" Kan mamah sudah ngobrol secara pribadi, setidaknya bisalah menilai dia seperti apa ?" sambil menyeruput kopinya Ardi melanjutkan lagi.

" Papah ingin segera melegalkan pernikahan ini , karena lebih cepat tentu lebih baik!"

Wajah Nining mulai terlihat murung, sesekali kepalanya mendongak keatas melihat bintang -bintang dilangit seolah ingin menghitung nya ,mengalihkan pandangannya dari Ardi yang menatap tajam.

" Mamah tidak keberatan kan ?"

" Kenapa sih Pa, belum lama dan belum tau sifat aslinya dia seperti apa... kenapa tergesa-gesa?"

" Papah nggak tau perasaan mamah seperti apa ?" suara Nining mulai bergetar dan pelupuk matanya mulai berair.

" Mamah belum siap dengar omongan orang tentang hal jelek yang bisa menyudutkan aku !"

Ardi mendekat dan meraih bahu Nining, seolah sedang memberikan kekuatan agar Nining tabah.

" Kenapa memusingkan omongan orang, kan kita tidak minta sesuatu pada orang lain, lagipula mereka tidak perlu ikut campur urusan rumah tangga kita "

" Bukan itu Pa, mamah nggak ingin ada tetangga yang tau kalau papa poligami, karena akan banyak cibiran ...ada yang pro dan kontra "

" Kita ini sudah dewasa mah, papa nggak mau main-main . Papa hanya ingin ibadah dan papa nggak mau menambah dosa lagi "

" Mamah pasti mengerti kan ?"

Nining tertunduk diam ,hanya isaknya mulai terdengar lirih. Ardi mendekatkan kepala Nining ke dadanya hingga detakan jantung Ardi terdengar jelas ditelinga Nining.

"Kau istriku yang taat, insyaallah ada tempatmu kelak di surga"

Ardi menghapus airmata Nining yang deras mengalir dengan jari - jarinya karena tak ada tisu disitu.

Lama keduanya dalam diam. Suara Fariz yang menggema di villa mengejutkan keduanya.

" Mamah sama papa lagi ngapain disini , kan gelap , angin nya juga dingin.....ayo masuk mah " Fariz menarik lengan Nining agar segera masuk.

"Yuk kita masuk mah , istirahat di kamar biar besok seger lagi kan besok mau jalan -jalan ke taman bunga" ajak Ardi sambil merangkul pundak Nining .

Rupanya anak - anak juga sudah ada ditempat tidur masing-masing. Karena udara semakin dingin mereka menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal yang sudah dipersiapkan oleh pengelola villa.