NovelToon NovelToon
Ashes Of The Fallen Throne

Ashes Of The Fallen Throne

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Barat
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mooney moon

Perjalanan seorang pemuda bernama Cassius dalam mencari kekuatan untuk mengungkap misteri keruntuhan kerajaan yang dulu merupakan tempat tinggalnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mooney moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Situasi wilayah gunung berapi

Leiya hanya mengangkat alisnya sedikit, sementara Raya tertawa pelan.

“Banyak yang bertanya begitu,” jawab Raya. “Kami sudah bersama sejak lahir, bahkan sebelum kami memutuskan untuk mengabdi pada Galrath. kami lebih suka menyebutnya… takdir berpasangan.”

“Dan kebetulan kami juga cocok mengawasi satu sama lain,” tambah Leiya tanpa senyum, nadanya datar namun tidak dingin.

Cassius mengangguk, menyadari dinamika di antara keduanya. Ia sempat melirik ke arah Vala yang hanya berdiri diam namun matanya bergerak cepat, mengamati setiap interaksi.

Sementara itu, Mulgur menyeringai lebar, matanya berpindah-pindah dari Leia ke Raya, lalu ke Cassius. “Wah, suasananya jadi makin cerah sekarang. Kalian memang selalu muncul di saat yang pas... atau saat suasana hampir terlalu serius,” gumamnya sambil mengelus jenggot akarnya.

Jormund lalu menoleh pada Leiya dan Raya, memberi isyarat agar mereka mendekat ke arah kawah. “Kita masih dalam proses memperkenalkan altar ini pada Cassius. Dan kalau kalian ingin menyampaikan sesuatu, lebih baik tunggu sampai kami selesai. Ini bagian penting.”

Leiya dan Raya memberi anggukan singkat, lalu berdiri tidak jauh dari Vala menghadap kawah yang masih memancarkan cahaya bara kemerahan, namun sudah tak lagi menyala sekuat tadi. Asap darah telah menghilang, namun nuansa sakral di tempat itu tetap menggantung di udara.

Cassius menoleh kembali pada kawah, rasa ingin tahunya semakin dalam. Kini dia tahu, altar utama itu bukan hanya tempat sembahyang. Tapi juga pintu yang menghubungkan mereka dengan sesuatu yang lebih besar dan lebih misterius.

Jormund menoleh kembali pada Cassius. Ekspresinya tenang, namun sorot matanya tajam, seolah ingin memastikan bahwa semua hal yang perlu disampaikan telah benar-benar dimengerti.

“Apakah masih ada yang ingin kau tanyakan mengenai tempat ini, Cassius?” tanyanya lembut, namun dengan nada yang memberi ruang pada kesungguhan.

Cassius menatap kembali ke arah kawah, memperhatikan abu yang kini perlahan memudar dari nyala merah menjadi bara kehitaman. Ia menghela napas pendek, menyadari bahwa ada banyak pertanyaan yang sebenarnya bergema dalam pikirannya. Tapi… untuk saat ini, ia cukup puas.

“Tidak untuk sekarang,” jawabnya, menggeleng pelan. “Penjelasanmu sudah cukup. Setidaknya untuk tahap ini.”

Jormund mengangguk, seperti sudah menduga jawaban itu. “Kalau begitu, ingatlah bahwa kau selalu boleh bertanya pada siapa pun di sini. Tak ada rahasia di antara mereka yang berjalan di dalam bara yang sama.”

Jormund lalu kembali berekspresi serius. Ia menoleh ke Leiya dan Raya, yang sedari tadi berdiri tenang menunggu giliran.

“Sekarang, giliran kalian. Laporkan hasil patroli dan pengintaian kalian. Aku ingin tahu semua tentang makhluk-makhluk yang berpotensi menimbulkan bahaya, terutama para wyvern.”

Leiya melangkah lebih dulu, diikuti oleh Raya yang berjalan dengan ringan namun sigap. Mereka berdiri tepat di depan kawah, menghadap Jormund dan para yang hadir.

Suara Leiya tenang, nyaris seperti sedang membaca catatan dalam pikirannya.

“Pertama, mengenai danau lava di tenggara. Lava Serpent masih berada di sana... dan semakin besar.”

Cassius sempat mengernyit. Mulgur langsung mencibir pelan.

“Belut berlemak itu ya? Aku yakin dia akan meledak sebelum sempat menyerang siapa pun.”

Leiya tak terganggu. “Ia terlihat menyerap Flame Core yang tertanam di dasar danau. Dua minggu lalu panjang tubuhnya hanya sekitar lima belas meter. Sekarang, hampir dua puluh.”

Jormund mengangguk pelan, raut wajahnya mengeras. “Itu berarti dia mungkin sudah menghabiskan hampir dua Core penuh.”

Raya menambahkan dengan nada yang lebih ringan, “Dan pergerakannya kini lebih aktif. Masih belum menyerang wilayah sekitar, tapi kelihatannya sudah mulai membuat lubang jalur di dasar danau. Mungkin dalam waktu dekat dia akan keluar ke permukaan.”

Cassius menyipitkan mata. “Menyerap Flame Core... makhluk seperti itu bisa melakukannya?” Ia menyimpan pertanyaan itu dalam benaknya.

Leiya melanjutkan, “Kedua, mengenai Basilisk.”

Kata itu membuat suasana altar mendadak lebih berat. Bahkan Mulgur yang biasanya selalu berkomentar, diam kali ini karena tau kalau dia dan Cassius memang berhubungan dengan ini.

“Jejak kaki dan potongan tubuh membatu yang berserakan di mulut gua menunjukan kalau suah terjadi pergerakan,” lanjut Leiya. “Pertandanya sangat kecil. Tapi itu sudah cukup membuktikan bahwa Basilisk mulai bergerak, meski perlahan. Ini pertama kalinya dalam enam bulan terakhir ada perubahan dari zona tidurnya.”

Jormund menyipitkan mata sambil melirik ke arah Mulgur dan Cassius.“Hmm.. Begitu ya?”

“Sedikit, tapi belum signifikan. Ia belum berpindah penuh, tapi mungkin sedang bereaksi terhadap fluktuasi energi di wilayahnya,” jawab Leiya cepat.

Raya ikut menimpali, “Kami curiga Lava Serpent dan aktivitas di danau ikut mempengaruhinya. Ada jejak retakan tanah baru yang tidak sesuai dengan pola biasa.”

“Kalau soal pergerakan Basilisk, kita tidak perlu terlalu khawatir. Mungkin aku sudah tau penyebabnya, kalian sebentar lagi juga akan tau.” Jawab Jormund dengan nada menenangkan.

Cassius mengernyit dan bergumam pelan, “Mungkin itu karena aku...”

Vala yang mendengar cassius bergumam hanya mengerutkan dahi.

Jormund kemudian memberi isyarat agar mereka melanjutkan.

Leiya mengangguk. “Ketiga, wyvern yang terluka. Kami menemukannya jatuh di lereng curam dekat gunung berapi kecil di barat daya. Sayapnya sobek, dan ada luka besar di bagian punggung seperti akibat sabetan makhluk bersisik besar.”

“Mahluk apa yang bisa melukainya sampai seperti itu?” tanya Mulgur cepat.

“Entahlah. Bisa saja akibat benturan dengan sesamanya. Tapi kami belum yakin. Yang jelas... dia masih hidup, meski tak lama lagi jika tak bergerak.” Lanjut Raya.

Cassius membayangkan ukuran luka yang cukup besar untuk membuat wyvern jatuh. “Makhluk macam apa yang cukup kuat untuk mencabik seekor wyvern di langit?”

Raya mengangkat tangannya, menambahkan satu informasi terakhir.

“Dan terakhir... salah satu sarang wyvern yang dulunya kosong, yang ada di celah tebing selatan sudah kembali aktif. Kami melihat dua ekor wyvern dewasa mondar-mandir di sana, dan... terlihat ada telur.”

Jormund menarik napas dalam. “Berapa banyak?”

“Empat. Tapi satu di antaranya sudah retak. Kami belum bisa memastikan apakah itu pecah karena menetas atau rusak,” jawab Raya.

Suasana altar benar-benar menjadi berat sekarang. Bahkan api di dalam kawah tampak meredup, seakan menyadari pembicaraan yang berlangsung.

Cassius mengangguk pelan, mencerna setiap informasi dengan hati-hati. Ini bukan sekadar ancaman liar di alam, ini bisa jadi adalah awal dari sesuatu yang bisa mengubah seluruh keseimbangan wilayah.

Jormund mengusap rahangnya perlahan, lalu berkata lirih, “Sepertinya, waktunya semakin dekat…”

Mulgur menatap langit dari dalam altar dan bergumam, “Sepertinya kita tidak bisa hanya bergantung pada doa saja sekarang.”

Jormund menoleh pada Cassius dan berkata dengan tenang namun dalam, “Mereka semua akan menjadi bagian dari ujian. Tapi mungkin juga... bagian dari jalanmu.”

Cassius hanya meresponnya dengan diam sambil melihat kearah kehampaan.

1
Mưa buồn
Semangat thor, jangan males update ya.
Kovács Natália
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
yongobongo11:11
Gak sabar nih thor, gimana kelanjutan cerita nya? Update yuk sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!