Di Balik Tawa Ibu Mertua

Beberapa bulan kemudian.

Arumi sedang mengandung saat itu. Ia benar-benar di manjakan oleh suami dan juga Ibu mertua nya.

Sedangkan orang tua kandungnya, seminggu sekali pasti akan menjenguk nya. Bu Aminah benar-benar heran.

Padahal keluarga Arumi adalah keluarga kaya. Namun, mereka masih mau untuk tinggal di rumah sederhana milik mereka saat itu.

Dan juga, ada hal lain yang membuat Bu Aminah merasa heran. Semenjak menikah dengan Romi, Arumi tidak pernah pulang ke kota.

Jika bukan Romi, maka kedua orang tua nya yang akan datang untuk menjenguk nya di desa. Keluarga yang lain pun, Bu Aminah tidak pernah melihat nya.

Entah ada apa sebenarnya. Bu Aminah ingin bertanya namun belum ada kesempatan yang pasti. Hingga saat itu. Arumi sedang pergi jalan-jalan dengan orang tua nya.

Bu Aminah pun langsung mengambil kesempatan untuk bertanya pada Romi anak nya.

"Romi, Ibu mau nanya. Tolong kamu jawab yang jujur. Dan Ibu mau, tidak ada rahasia antara kita."

"Memang nya Ibu mau nanya apa?"

"Hmm,, Ibu penasaran. Mengapa setelah menikah, Arumi tidak pernah pulang ke kota. Dan juga, Ibu tidak pernah kenal dengan saudara nya yang lain. Hanya Mama dan Papa nya saja."

"Bu, apa Ibu mau tahu?"

"Jelas Ibu mau tahu. Ibu kan penasaran. Apalagi mertua mu kaya raya. Tidak mungkin anak satu-satunya tidak di buatkan acara."

"Jadi begini, Bu. Masalah Arumi dan keluarga nya yang lain begitu rumit." Ucap Romi.

"Rumit bagaimana?"

"Salah satu sepupu nya Arumi, menyukai dan ingin menikah dengan nya. Namun, Arumi tidak menyukai laki-laki itu."

"Apa karena kamu?"

"Itu salah satu nya. Akan tetapi, laki-laki itu sedikit gi-la. Arumi takut pada nya. Arumi pernah di sekap di kamar nya selama seminggu, dan tak ada satu pun yang tahu."

"Astaghfirullah. Kapan itu?"

"Ketika Arumi kecil. Kira-kira masih SD. Dan, yang lebih membuat orang tua Arumi kesal, orang tua dari laki-laki itu, sama sekali tidak mau membawa anak nya ke rumah sakit jiwa.

Bahkan, mereka marah pada orang tua Arumi karena berbuat kasar pada anak mereka. Orang tua Arumi juga sempat melaporkan laki-laki itu ke polisi."

"Berapa umur laki-laki itu?"

"Saat kejadian itu, dia duduk di bangku SMA. Dan hingga saat ini, laki-laki itu masih meneror dan mengajak Arumi menikah."

"Kasihan sekali menantu ku. Tapi Romi, bukan kan Arumi bisa berkelahi?"

"Arumi bisa menumbangkan lawan nya. Asal kan, bukan laki-laki itu. Setiap kali bertemu dengan laki-laki yang disebut sebagai sepupu nya itu, Arumi langsung pingsan."

"Pasti ada sesuatu yang dilakukan laki-laki itu sehingga Arumi memiliki trauma yang berat di masa kecil nya." ucap Bu Aminah.

"Itu benar, Bu. Maka dari itu, Romi dan beberapa Pria akan selalu berada di samping nya untuk melindungi Arumi."

Bu Aminah pun terdiam. Bagaimana mungkin ada seorang saudara yang mencintai saudari nya sedemikian rupa.

"Apa Arumi tidak pernah cerita tentang masa lalu nya?"

"Tidak, Bu. Memori nya saat itu di hilangkan. Jika tidak, Arumi akan histeris dan tidak bisa dikendalikan. Arumi aman tinggal di desa ini. Dan lebih baik, ia bersama Ibu di sini."

"Ya, nak. Ibu akan melindungi Arumi apapun ceritanya. Kamu tenang saja. Tapi, apa saudara nya yang lain tidak ada yang membela keluarga Arumi? Kan kasihan dia."

"Keluarga yang lain, tidak ada yang percaya. Mereka mengira Mama dan Papa Arumi mengarang cerita itu. Bahkan laki-laki gila itu kini sudah menikah dan memiliki anak. Namun, ia masih mencari tahu dimana Arumi berada."

Bu Aminah mengurut da-da nya. Kasus orang kaya ada-ada saja. Beliau tidak menyangka jika Arumi yang tampak ceria pun, memiliki masalah di masa lalunya.

Bahkan masalah itu lebih berat, sehingga harus ia tanggung sampai dewasa. Semenjak kejadian itu pun Arumi memang tinggal jauh dari saudara-saudaranya yang lain.

Mereka pindah ke luar negeri, dan juga tempat terpencil hingga Arumi dewasa. laki-laki itu benar-benar mencari tahu segalanya tentang Arumi melalui kekuasaan orang tuanya.

di depan kedua orang tuanya dan juga saudara-saudaranya yang lain, ia sangat pintar bermain drama. Sehingga mereka semua mempercayai laki-laki itu.

Mereka bahkan menyalahkan Arumi yang memfitnah saudara sepupunya sendiri. Tanpa mereka ketahui, laki-laki itu menghancurkan hidup Arumi di masa lalu.

"Sungguh laki-laki yang benar-benar gila. kasihan yang menjadi Anak dan Istrinya. mudah-mudahan saja penyakit itu tidak diturunkan kepada anak-anaknya kelak."

"Iya, Bu. Semoga saja, Arumi tidak pernah bertemu lagi dengannya. Romi ingin Arumi hidup tenang dan bahagia di sini bersama Ibu."

"Tentu, Nak. Ibu pasti akan membahagiakan Arumi."

Tidak lama setelah mereka berbincang-bincang, Arumi dan orang tua nya pun pulang.

Ternyata mereka menjemput seorang wanita paruh baya, yang akan menjadi asisten rumah tangga di rumah itu.

Karena Arumi sedang hamil, dan juga Ibu Aminah sudah tua, Romi tidak ingin ibu dan juga Istrinya itu kelelahan.

Bukan itu saja. Wanita paruh baya itu juga membawa suaminya untuk dipekerjakan sebagai tukang kebun dan bersih-bersih.

Pria itu juga akan menjadi supir jika di butuhkan. Romi membeli mobil baru, untuk Istri dan Ibu nya bepergian.

"Bu, perkenalkan. Ini Bu Ida. Dan ini Pak Jali. Mereka berdua akan membantu kita di rumah ini. Ibu tidak keberatan, kan." Tanya Arumi hati-hati.

"Tentu saja tidak, nak. Ibu terserah bagaimana diri mu saja. Yang penting, kamu sehat dan bahagia selalu." Ucap Bu Aminah.

"Insya Allah, Arumi pasti akan sehat selalu." Arumi pun berbicara sambil tersenyum.

Sebenarnya, bukan hanya dua orang paruh baya itu yang akan ada di sekitar rumah Arumi.

Romi dan juga kedua orang tuanya sudah mempekerjakan banyak bodyguard untuk menjaga nya.

Selain menjaga Arumi dari orang-orang yang bersikap tidak baik padanya, Romi juga tidak ingin istrinya yang sedang hamil itu kenapa-napa.

Rumah sederhana itu, kini sudah sangat ramai. Dan hal itu, membuat Bu Aminah sangatlah senang.

Seumur hidup nya, baru kali ini beliau merasakan keramaian. Bercanda ria sambil makan dan juga masak bersama besan dan juga menantu nya.

Sungguh hal yang sangat membahagiakan. Bu Aminah berharap, selama nya mereka bisa tertawa seperti itu, tanpa ada yang mengganggu kebahagiaan mereka semua.

"Bu Aminah, terima kasih karena sudah menyayangi anak kami Arumi." Ucap Mama nya Arumi.

"Jangan begitu, besan. Arumi sudah saya anggap anak saya sendiri. Dan saya berharap, besan juga jangan sungkan mulai sekarang. Kita adalah keluarga."

"Ya. Anda benar. Kita adalah keluarga."