NovelToon NovelToon
Orange Crush

Orange Crush

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Njniken

Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?

Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.

Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?

Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.

Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Calista baper juga?

Tok tok tok...

Dokter Elina yang dimana itu adalah mama Barra mengetuk pintu ruangan yang di pakai Calista.

Tak menunggu jawaban, Dokter Elina langsung masuk yang di belakangnya itu di ikuti oleh Barra juga.

"Maaf, menganggu Kalian. Saya akan memeriksa kondisi Calista." Kata mama Elina dengan ramahnya.

Mama Davira dan papa Harun pun juga tersenyum dan mempersilahkan Dokter Elina untuk memeriksakan Calista.

Tak lama dari itu, Barra muncul membuat Calista dan mama Davira terkejut.

"Loh, Tante, Barra!" Ucap Calista menatap Dokter Elina dan Barra secara bergantian. Calista sendiri juga baru tau jika profesi mama Barra adalah seorang dokter.

Dokter Elina mendekati Calista. Sedangkan papa Harun dan mama Davira diam saja. Sembari itu juga Barra mengapa mama Davira dan papa Harun.

"Maaf Tante. Saya mau menjenguk Calista." Kata Barra sopan.

"Boleh banget. Terima kasih sudah menjenguk Barra."

"Ma, ini Tante Elina yang mau kenalan sama ketemu sama mama." Ucap Calista seraya di periksa kondisinya oleh Dokter Elina.

"Astaga! Maaf saya tidak tau." Mama Davira tentu terkejut. Ia tidak tau jika Elina sekarang ada di hadapannya. "Maaf kan saya. Jadi kamu orangtuanya Barra ya?" Lanjutnya.

"Iya Bu. Ternyata, mamanya Calista ramah juga ya." Ucap Dokter Elina. "Kondisi Calista sudah semakin membaik. Mungkin besok sudah bisa pulang. Lain kali hati-hati ya Calista. Ini kamu kena ulet." Kata Dokter Elina.

"Terima kasih dok."

"Oh, jadi kamu istrinya Darwin ya?" Celetuk papa Harun.

"Iya pak Harun salam kenal. Jika nanti ada waktu mari kita mengobrol." Ucap Dokter Elina dengan ramahnya.

"Dengan senang hati dok. Apakah dokter punya waktu sekarang? Jika punya mari kita makan malam bersama di kantin ini." Kata mama Davira. Wanita itu bisa merasakan aura positif dari Dokter Elina.

"Hm. Tepat sekali pekerjaan saya sudah selesai. Kalau gitu, mari kita ke kantin."

"Baiklah."

Mendengar hal tersebut, Barra benar-benar ingin mencium sang mama saat itu juga. Tapi semua itu Barra tahan Karena malu kan pasti.

"Ah, kalau begitu kalian ngobrol dulu ya, kita akan ke kantin." Kata mama Davira pada Barra dan Calista.

"Siap Tante. Terima kasih waktunya." Balas Barra dengan senyuman penuh kemenangan.

Papa Harun dan mama Davira pun keluar, lalu kemudian Dokter Elina juga Keluar. Sebelum Dokter Elina keluar, ia menoleh sejenak pada Calista dan Barra.

"Jangan lama-lama. Calista juga butuh istirahat. Istirahat yang teratur ya Calista. Kalau Barra nggak mau pulang kamu panggil aja satpam buat ngusir dia." Ucap Dokter Elina.

Calista terkekeh mendengar ucapan dokter Elina. Sungguh wanita yang benar-benar ramah.

Sedangkan Barra tak menggubris omongan mamanya itu. Ia memberikan bentuk love pakai tangannya pada sang mama dan kiss jarak jauh.

Mama Elina pun tertawai geli, setelah itu beliau keluar dari ruangan Calista.

Barra pun langsung duduk disamping Calista. "Gimana keadaan Lo?" Tanya Barra.

"Hm. Lo nggak lihat gue baik-baik aja. Lo ngapain kesini?" Tanya Calista. Kejutekan Calista tak pernah hilang meskipun sedang sakit.

Barra gemas sendiri, ia mencubit pipi kanan Calista. "Ya jengukin elo sayang." Ucap Barra. Calista menatap diam pada Barra.

"Kenapa Lo lihatin gue kayak gitu?" Tanya Barra yang merasa mendapatkan tatapan tidak enak itu deri Calista.

"Dih, Lo manggil gue apa tadi? Sayang---" belum selesai ngomong Barra langsung memotongnya. "Kenapa? Baper Lo? Ha!" Sahut Barra.

Calista langsung mendecih dan melongos seolah ngambek. Barra pun terkekeh gemas. "Bercanda Cal. Coba mana tangan Lo gue mau lihat." Kata Barra hendak meraih lengan Calista yang merah dan banyak bentol itu. Namun seketika Calista langsung menyembunyikan tangannya itu. Dia tidak percaya diri dengan tangannya itu.

"Nggak mau. Lo bakal jijik lihatnya." Ucap Calista menyembunyikan tangannya. Barra menatapnya seolah marah.

"Siniin Calista! Gue nggak bakalan jijik." Ucap Barra ia berusaha meraih tangan Calista. Sepertinya Barra tidak sedang bercanda, Calista pun memberikan tangannya pada Barra.

Barra pun meraih tangan tersebut dan memberikan sentuhan lembut. Ia juga meniupi tangan Calista yang masih merah itu

"Fyuh... Ya ampun ... Masih merah banget ya? Masih gatel nggak?" Tanya Barra lembut tanpa menatap Calista.

Calista diam-diam tersenyum, entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa berbunga-bunga melihat perlakukan Barra seperti ini.

"Masih sih, tapi nggak separah tadi." Ucap Calista yang dimana ucapan itu juga terdengar lembut.

Nyes! Hati Barra tersentuh. Ia merasakan debaran kencang mendengar seseorang yang dia suka berbicara selembut itu.

Barra mengangkat kepalanya melihat wajah Calista yang lebih tinggi dari dia itu. Lalu kemudian Barra tersenyum. Tanpa Barra duga dan harapkan Calista juga tersenyum lembut. Entah apa arti dari senyuman itu.

Barra kembali menunduk ia mengelus lengan Calista yang merah dan meniupinya.

Calista ingin tertawa saat itu. Namun ia hanya tertawa kecil. "Emang biar apa Lo tiupin kayak gitu?" Kata Calista kemudian ia menarik lengannya dari tangan Barra. "Udahlah, Lo pulang aja sana. Udah malem gue mau istirahat." Lanjutnya.

Barra menatap Calista seolah tidak suka. "Lo ngusir gue?" Tanya Barra judes. Calista tentu tak mau kalah judes. "Lo nggak inget kata mama Lo?" Sahut Calista.

Barra mendecak sebal. Mama nya sih, pakai ngomong gitu pula. Ia juga melihat jam sudah menunjukkan pukul 20.50. yang artinya sebentar lagi pukul 9.

"Oke gue akan pulang, tapi sebelum itu gue harus pastikan Lo istirahat sebelum gue pulang."

Calista memutar bola matanya malas, ia yang awalnya duduk pun segera membaringkan tubuhnya lalu kemudian ia tidur. Bahkan ia tidur kepalanya menghadap Barra.

Barra menahan senyum disana. Ia dibuat bingung oleh gadis satu di depannya itu. Kadang selalu melawan namun kadang juga nurut seperti saat ini.

Wajah Calista yang putih mulus, serta bibir yang pucat karena tidak di poles lipstik. Meskipun begitu Calista masih tampak menarik.

Tiba-tiba saja emosi Barra kembali muncul ketika mengingat siapa yang membuat Calista seperti ini.

"Ini keterlaluan! Lo bahkan nggak hanya menghancurkan keluarga gue, tapi Lo menghancurkan orang yang gue sukai juga. Gue nggak akan pernah biarin hal ini terjadi lagi." Ucap Barra dalam hati.

Barra menarik nafasnya untuk mengontrol emosinya. Kemudian ia mengelus rambut Calista. "Gue tau Lo belum tidur. Gue pulang dulu." Kata Barra, kemudian ia berdiri lalu Keluar dari ruangan Calista.

Seketika Calista pun langsung membuka matanya kembali. Padahal, dia hampir saja tidur, dan memang karena Calista ngantuk juga. Mungkin karena efek obat.

Tapi, melihat Barra yang seperti itu membuat Calista kepikiran. "Apa Barra kecewa ya karena gue usir?" Pikirnya.

1
Kim nara
Barra otaknya geser apa y thor malah d tinggal kabur anak orang dah d bawa ke rumah nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!