Liburan Berunjung Dapat Jodoh

Lima hari berlalu, selesai Ashan mengurus keadaan ibu serta kakaknya yang ia pikir mereka telah mendapatkan karma mereka sendiri, apalagi Tiffany tidak apa-apa, walaupun ia memaafkan mereka. Ia juga akan tetap memutuskan untuk menaruh Ratu serta kakaknya itu keluar negeri jauh dari negaranya. Mereka berdua pun juga tidak memberontak lagi, mereka menyadari kesalahan mereka, dan setuju untuk diasingkan.

...----------------...

"Yeeah, pulang... akhirnya aku akan bertemu ibu dan ayah lagi. Ah, betapa aku sangat merindukan halaman sederhanaku," seru Tiffany sambil mengepak dan mengemas barang-barangnya serta oleh-oleh yang akan ia bawa pulang di dalam kamarnya. Ia juga dibantu oleh beberapa pelayan wanita.

"Apa Putri akan kembali lagi?" tanya seorang pelayan dengan raut wajah sedih.

"Eeh, jangan memanggilku Putri, itu sangat tidak pantas. Dan tentu saja aku akan kembali, pria yang kukasihi ada di sini," lirih Tiffany malu-malu.

"Tapi Putri merupakan calon istri Pangeran Mahkota, bagaimana bisa tidak pantas? Dan setelah Putri menikah dengan Pangeran, maka gelar Putri akan lebih tinggi lagi, karena pada saat itu, Pangeran Mahkota akan dinobatkan menjadi Raja ke-4 Kerajaan Al-Khansa, dan Putri akan mendapatkan gelar yang mulia Ratu Al-Khansa," ucap senang seorang pelayan yang sudah cukup tua.

Tiffany hanya menjawab dengan tertawa dan menggeleng tidak percaya dengan takdirnya sendiri, karena sekarang ia sedang fokus mengisi pakaiannya di koper ungu miliknya.

...----------------...

"Yang Mulia Pangeran, saya sudah memesan beberapa cincin terbaik di berbagai negara dan semuanya sudah berada di hadapanmu," ucap Yamin yang saat ini berdiri tegak penuh wibawa di samping Ashan, dan memperkenalkan berbagai merek cincin termahal.

Alis Ashan mengerut dan tatapan penuh serius melihat ratusan cincin indah di hadapannya. "Mereka semua indah, tapi tidak seindah istriku," gumam Ashan sambil menyilangkan kakinya, ia duduk dengan tegap.

Yamin yang mendengar hal itu hanya bisa membuang kedua matanya dengan malas. Karena kebucinan Ashan sudah berada di puncaknya.

"Jadi, Pangeran, yang mana yang akan kamu pilih?"

"Saya bingung, semuanya cantik di jari istriku yang indah itu. Seandainya kalau bisa semuanya saya pakaikan, akan saya lakukan. Menurutmu, dalam hal ini, siapa yang ahlinya? Tidak mungkin saya menanyakan hal besar ini kepada istriku, ini tidak akan menjadi kejutan lagi."

Sampai di situ, Yamin ingin memaki Ashan, namun ia tidak berani. Ia kesal karena sedari kemarin ia sudah lelah mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan Ashan. Dari undangan, resepsi, pakaian, makanan, dan lainnya, yang akan berjalan bulan depan. Dan bagi Ashan, di restui maupun tidak, Tiffany sudah menjadi istrinya.

"Hmmm, setau saya yang ahli dalam hal ini adalah sang Ratu, Pangeran. Dia sangat mencintai perhiasan, tentunya ia pasti tahu tentang perhiasan apa yang cocok untuk Nona Tiffany," ucap Yamin.

Ashan sedikit berpikir, iya ragu tentang menanyakan hal ini ke ibunya, apalagi ini terkait dengan Tiffany, wanita yang ia benci. Namun Yamin tetap meyakinkan Ashan untuk mencoba bertanya kepada sang Ratu. Ashan pun akhirnya setuju, ia meminta Yamin untuk menerima Ratu dan dia sendiri yang akan berbicara.

...----------------...

Hari ke-6, hari keberangkatan Tiffany dan Ashan ke kota asal Tiffany lahir. Kini mereka berdua dengan romantis menaiki pesawat umum, bukan pesawat pribadi milik kerajaan, agar jika sampai di kota tempat tinggalnya Tiffany, tidak terjadi kehebohan. Jika negara Tiffany mengetahui bahwa Pangeran dari negara timur yang cukup terkenal akan datang, mungkin yang akan menyambut mereka langsung pemimpin negara.

Zahra, yang merupakan ibu dari Tiffany, panik luar biasa saat mengetahui bahwa putrinya membawa pulang seorang pangeran ke rumahnya. Damon dan Zahra langsung mengganti perabotan rumah, membersihkan segala penjuru rumah, serta membeli makanan terbaik di kota mereka.

"OOOOH ASTAGAAA TIFFANY ANAK ITU... KENAPA BISA BERANI MEMBAWA SEORANG BANGSAWAN KE RUMAH KITA, SAYANG... AH IBU HAMPIR PINGSAN DIBUATNYA!" teriak Zahra dari dapur, dia dibantu oleh sahabatnya yang bernama Bibi Teona, ibunya Alfero. Mereka mulai memasak dengan baik. Sementara Damon, Tuan Bara, yang merupakan ayahnya Alfero, juga Alfero, menjadi tukang dadakan, memperbaiki dan memperindah rumah mereka.

"Tenangkan dirimu, sayang. Jika tidak, makanannya akan tidak enak," balas Damon, mencoba bercanda. Namun candanya dianggap serius oleh Zahra.

"HAH! BENAR... AKU HARUS TENANG... TERIMA KASIH TEONA ATAS BANTUAN KALIAN!" ucap Zahra.

"Haha, tidak masalah, Zahra. Ini adalah hari yang kalian berdua nantikan. Aku dan keluarga senang membantu kalian," ucap Teona dengan senyumnya yang lembut.

"Huhu, jika wanita ganas itu bisa mendapatkan pria luar biasa seperti pangeran itu. Aku juga akan bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik secantik bidadari," celetuk Alfero di ruang tamu, membuat semua orang tertawa terbahak-bahak, tapi tidak dengan dirinya. "Heeey, apa yang kalian tertawakan... Benarkah..." tanya Alfero.

...********BERSAMBUNG********...