Oh My Kimmy

Hingga malam hari, Jasson masih tak memindah sama sekali posisi tubuhnya dari atas tempat tidur sejak kepulangan Harry dari rumahnya. Baju yang terasa lengket dibiarkan membalut tubuhnya begitu saja. Ia rasanya enggan melakukan aktivitas apapun di saat dirinya kacau seperti ini. Ya, Jasson benar-benar kacau. Kepergian Kimmy seakan sudah merenggut semangat laki-laki itu.

“Tuan ….”  Suara Bi Katty kembali terdengar, bahkan berulang kali dengan ketukan pintu yang mengiringi. Namun, Jasson sangat enggan menyahutinya meskipun ia mendengar. Ia membiarkan pelayannya itu begitu saja. Jangankan menyahut, untuk membuka matanya yang terlanjur terpejam saja dirinya begitu enggan.

Merasa khawatir saat tidak mendapatkan jawaban. Bi Katty pun terpaksa membuka pintu kamar itu, dan menyelonong masuk ke dalam. Wanita parubaya itu terlihat begitu terkejut saat mendapati kamar yang semula tertata rapi, kini terlihat berantakan dan acak-acakan.

“Tuan.” Bi Katty yang kala itu membawa sebuah nampan yang berisikan makanan, meletakan makanan itu di atas nakas. Ia berjalan mendekati Jasson. Ada kekhawatiran di sorot mata wanita itu. "Tuan ... apa Tuan baik-baik saja?"

“Siapa yang menyuruh Bibi masuk ke dalam kamarku?” seru Jasson tanpa membuka matanya yang terpejam.

Bi Katty menundukan pandangan saat suara Jasson yang menggelegar mengagetkan dirinya. “Maaf, Tuan. Saya kemari hanya mau mengantarkan makan malam untuk Tuan.”

Kedua mata Jasson terbuka. Ia menarik tubuhnya hingga kini duduk di tepi tempat tidur. Kening dan alisnya berkerut dalam. Mata kuyunya menatap Bi Katty yang tengah menyembunyikan ketakutan dari dirinya.

“Aku sudah bilang, aku tidak berselara makan. Kenapa Bibi masih saja membawa makanan untukku?!” bentak Jasson.

“Ta-tapi, Nona Kimmy ....”

Mendengar nama itu, emosi Jasson seketika menyurut. “Kimmy?" Jasson mengulangnya.  "Apa Kimmy ada di sini?” Ia langsung beranjak berdir. Menangkup kedua bahu Bibi Katty, dan mendesaknya untuk segera menjawab.

“Ti-tidak, Tuan. Nona Kimmy belum pulang.” Jawaban Bi Katty membuat Jasson kecewa. Ia menghempas kedua bahu rapuh milik wanita itu.

“Tetapi Nona Kimmy tadi menelpon, Tuan.”

“Kimmy menelpon?” Semburat harapan kini terpancar di kedua manik mata kelabu pucat yang tengah merindukan wanitanya itu.

“Iya, Tuan. Dia menanyakan keadaan Tuan. Dan Nona tadi menyuruh saya untuk membuat masakan kesukaan Tuan supaya Tuan mau makan, tetapi Nona tidak tau makanan kesukaan Tuan. Jadi, Nona menyuruh saya membuat pasta.” Jasson mengikuti gerak mata Bi Katty yang menunjukan potongan pasta lasagna yang tadi ia letakan di atas nakas.

“Tuan, tolong makanlah. Tuan sejak tadi pagi belum makan. Nona Kimmy juga mengkhawatirkan Tuan di sini.” Bibi Katty terpaksa bilang kalau Kimmy menelepon karena beliau sendiri merasa kasihan melihat Jasson seperti itu.

Perkataan Bi Katty membuat Jasson terperangah. Ia tidak mengira bahwa sekalipun Kimmy marah terhadapnya,  wanita itu masih memedulikan dirinya.

“Kimmy benar-benar menanyakanku, Bi?” tanya Jasson. Ia kembali menangkup kedua bahu Bi Katty. Bibirnya tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. Ia begitu senang saat mengetahui Kimmy masih peduli kepadanya.

“Iya, Tuan. Nona Kimmy tadi sore menelpon, dan menanyakan keadaan Tuan.”

“Kenapa tadi Bibi tidak memberitahuku? Seharusnya Bibi memberitahuku supaya aku bisa berbicara sebentar dengannya.”

“Tadi Nona melarang Bibi untuk memberitau Tuan. Itu sebabnya Bibi diam.”

“Baiklah, kalau begitu, Bibi boleh pergi sekarang.” Jasson menjauhkan tangannya dari bahu Bi Katty.

“Tuan mau memakan makan malamnya, kan?” Bi Katty kembali memastikan dengan rasa takut yang masih belum menyurut.

“Iya … Jasson akan memakan pasta ini. Aku akan menghabiskannya nanti.”

Bi Katty tersenyum lega. “Baiklah, Tuan. Kalau begitu saya permisi.” Bi Katty berlalu pergi meninggalkan kamar Jasson setelah pintu kamar itu ditutup kembali olehnya.

Sedikit perhatian dari Kimmy ternyata sangat mempengaruhi hingga membuat Jasson kembali bersemangat lagi. Laki-laki itu terlebih dulu membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi, dan mengganti pakaian lamanya yang sudah ia kenakan sejak dua hari ini dengan pakaian yang baru, dan bersih.

"Jasson ...." Suara dan seulas senyuman Kimmy, menyambutnya saat keluar dari kamar mandi dengan membawakan handuk dan juga pakaian lengkap untuknya, tetapi saat ini wanita itu berada jauh darinya.  Senyuman dan suara manja itu hanyalah bayangannya semata.

Jasson mengambil salah satu kaus di beberapa tumpukan baju yang ada di dalam lemari yang baru saja ia buka. Ia tiba-tiba termenung. Napasnya terbuang berat. Mengingat, setiap kali dirinya selesai mandi, selalu Kimmy yang menyiapkan baju untuknya. Ia rasanya sudah bergantung kepada wanita itu. Hatinya kembali tersiksa.

“Aku akan mendapatkannya. Aku bersumpah tidak akan menyia-nyiakan Kimmy setelah dia kuajak kembali ke rumah ini lagi. Tidak akan.” Gumamannya terdengar parau. Jasson mengerjap-ngerjapkan matanya yang tak terasa digenangi oleh cairan bening. Ia membalutkan kaus polos ke tubuhnya yang baru saja ia ambil dari dalam lemari. Lalu, Jasson menikmati makan malam yang sudah dibawakan oleh Bi Katty beberapa menit yang lalu.

Jasson menikmati pasta yang dibuatkan oleh Bi Katty dengan begitu lahap seperti orang yang tengah kelaparan. Laki-laki itu memang kelaparan, karena masalahnya dengan Kimmy, rasanya selera makannya berkurang selama beberapa hari ini. Bisa dikatakan, mulutnya tidak menyentuh makanan sama sekali.

Jasson sebenarnya sejak dari kecil tidak terlalu menyukai pasta, tetapi semenjak menikah dengan Kimmy, dan yang hanya bisa dimasak olehnya untuk pertama kali hanyalah pasta, Jasson pun jadi terbiasa memakannya.

Selama menikah, meskipun sejak awal hubungannya dengan Kimmy tidaklah baik, tetapi Jasson selalu menyukai dan menghargai apapun makanan yang dibuatkan oleh Kimmy. Dirinya tidak pernah menolak atau memaki sekalipun Kimmy pernah memasak masakan yang menurutnya ... buruk.

Mama Merry selalu mengajarkan untuk selalu menghargai apa yang telah dibuatkan atau diberikan oleh orang lain untuknya, yang mungkin kita sendiri tidak tahu, mereka membuatnya dengan susah payah, bahkan ... dengan cinta. Sekalipun tidak suka, Jasson lebih memilih diam ketimbang mengutarakannya. Ia lebih baik menyimpannya sendiri daripada harus membuat orang lain sakit hati.

.

.

.

.

Jangan lupa untuk dukungan like dan votenya, terimakasih.