Menikah mungkin di inginkan bagi semua orang.
Tapi tidak dengan gadis ini, yang tiba-tiba di seret oleh seorang laki-laki tampan. di paksa menikah dengannya. karena perjanjian dari ibunya secara diam-diam menginginkan jika anaknya segera menikah, untuk menyambung hidup lebih baik.
di statusnya yang masih sekolah. dengan terpaksa ia menikah dengan tuan muda tampan dari pemilik perusahaan terkenal Morgan Group.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imas Gustina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mepermalukan
"Salsa" suara serak berat seorang lelaki memanggilnya, membuat langkah kaki Salsa terhenti. Ia menoleh melihat Devian sudah berdiri di belakangnya.
"Sesuai janjiku, ini aku berikan semua peraturan di sini. Di rumah sekarang sedang sepi. Semua keluargaku di rumah sakit menjenguk Alan. Jadi kamu bisa baca semua peraturan di rumah ini yang di buat oleh Devid" ucap Devian.
Mendengar nama Alan, Salsa meyipitkan matanya. "Emangnya Alan kenapa? apa yangbterjadi dengannya?" tanya Salsa penasaran.
"Dia sakit, sehabis pulang dari Vila, Tapi sekarang keadaannya baik-baik saja, mungkin nanti dia baru bisa pulang" gumam Devian.
"Oo.. Ya sudah aku akan baca, dan makasih ya udah ingetin tentang ini"gumam Salsa basa-basi. "Oya,boleh minta tolong gak?" Tanya Salsa pada Devian.
"Minta tolong apa?" tanya Devian.
"kak Devian datang ke sekolahanku, dan bilang pada kepala sekolah kalau aku beberapa hari kemarin ada acara atau apa gitu. Tapi aku yakin kak Devian bisa bantu aku kan, kalau aku minta tolong Devid gak nyelesain masalah jadi tambah masalah baru nantinya. Hanya kak Devian yang baik di rumah ini, jadi aku berharap banget sama kak Devian sekarang"ucap Salsa memegang tangan Devian, memohon padanya.
"Apa?? kamu masih sekolah, gila Devid menikah dengan anak di kecil seperti kamu" ucap Devian menggelengkan kepalanya tak percaya dengan kelakuan Devid itu.
"Emangnya Devid gak cerita ya, sebelumnya. Aku masih kelas 3 SMA dan sebentar lagi juga aku udah ujian. Mungkin tinggal hitung hari. Makanya aku gak mau putus sekolah dulu kak. Lagian juga nanggung bentar lagi juga lulus"ucap Salsa menjelaskan.
"Baiklah, kamu kasih tahu saja nama sekolahan kamu, aku akan beri tahu mereka. Tapi lebih baik kamu rahasiakan semuanya dari orang tua aku ya. Kalau mereka tahu pasti semakin gak suka dengan kamu"ucap Devian mengingatkan.
"Baik kak, makasih sebelumnya. Aku sekolah di Peterson international shcool"ucap Salsa.
"Kamu sekolah disana? aku pemilik sekolahan itu. Jadi kamu gak usah takut jika nantinya di keluarin. Tenang saja, aku akan bereskan semuanya tanpa harus pergi ke sana"ucap Devian menepuk pundak Salsa tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya pergi.
"Apa? kenapa aku gak pernah tahu jika pemilik sekolahanku seganteng dia, padahal aku hampir 3 tahun sekolah di sana"gumam Salsa, ia menatap punggung Devian yang perlahan sudah pergi mejauh.
Sekarang apa yang aku lakukan dirumah ini, Devid kerja, dan Devian sepertinya juga masih banyak pekerjaan lain. Aku di rumah sendiri. Gak ada siapun lagi disini kecuali para pembantu. Apa aku keluar saja ya jalan-jalan di luar, sepertinya cuaca hari ini cerah, gumam salsa mulai melangkahkan kakinya ke kamar.
Ia memakai jaket tebal, dan mengambil topi agar tidak ada temannya yang melihat dia saat di luar jalan-jalan nantinya. Tanpa berlama-lama di dalam rumah. ia segera berjalan keluar dari halaman luar rumah itu. Berjalan menelusuri setiap lengkah pinggiran kota.
"Utung saja aku bawa uang sedikit, uang tabunganku masih ada. Lagian aku menikah juga percuma, Devid hanya bayar hutang ibuku, ya emang salah aku sih sekolah di tempat mewah seperti itu jadi ibuku hatus rela hutang demi aku agar tetap sekolah dengan tenang. Dan sekarang juga aku gak dapat jatah bulanan lagi dari Devid."Gumam Salsa, ia berhanti tepat di sebuah cafe kecil, berjalan masuk ke dalam memesan segelas kopi.
"Mbak, aku pesan capucino satu ya"Pesan Salsa.
"Baik kak, Sama apa lagi? atau mungkin mau cemilan juga kak?" tanya pegawai kasir itu.
Salsa melihat beberapa menu yang ada di depannya. Ia melihat ada berbagai cemilan ringan.
"Sama kentang goreng 1 porsi saja kak, oya aku duduk di luar ya mbak soalnya sambil melihat pemandangan luar"ucap Salsa.
"Baik kak, semua total 40.000. Mau bayar sekarang atau nanti saja kak"
"Sekarang saja mbak" Ucap Salsa segera. Mengeluarkan uang 40.000 miliknya di kantong jaketnya.
"Baikah, tunggu sebentar ya kak. Pesanan akan segera di antarkan"ucap ramah pegawai kasir itu.
Salsa tersenyum dan beranjak pergi dari kasir menuju ke luar cafe, duduk sendiri menatap jalanan yang di depannya. Kota yang begitu nyaman membuat ia betah tinggal di sini. Lagian tempat ini tak begitu banyak polusi.
"Devid?" ucap Salsa, menatap Devid sekilas di dalam mobil dengan Dea,
"Bukannya dia ada meeting tapi kenapa jalan sama Dea, dasar lelaki emang mulutnya licin. Tapi untung saja aku tidak menikah beneran sama dia. Pasti sakit hati melihat seperti itu."gumam Salsa.
"Permisi Kak, ini pesananya"ucap waiters di sana.
"Makasih mbak"ucap Salsa, matanya tak berhenti menatap mobil Devid yang berhenti di lampu merah depannya.
"Gawat Devid menatapku"Salsa menutup wajahnya, saat Devid melirik di balik spion mobilnya, ia menyadari jika itu adalah Salsa.
Cepat pergi, jangan disini. Sana pergi, gerutu Salsa di balik jaket yang menutupi wajahnya.
Ia melirik sekilas, mobil Devid sudah pergi, "Akhirnya pergi juga"ucap Salsa menyeruput capucino di mejanya, dan mulai menyantap kentang gorang. Karena ia tidak punya ponsel jadi hanya bisa diam dan menatap jalanan di sampingnya, sambil menikmati cemilan.
Sebuah lengan kekar meraih kentang goreng yang mau masuk ke mulutnya. "Siapa sih ganggu aja" ucap Salsa kesal menoleh ke belakang.
Devid berdiri di belakangnya, dengan tatapan tajam ke arahnya. "Ka-kamu, kenapa bisa tahu aku di sini? Dan sejak kapan kamu di belakangku?"tanya Salsa terlihat gugup dengan senyum semringainya melihat Devid.
"Harusnya aku tanya kamu ngapain ada di sini"ucap Devid kesal.
Salsa memejamkan matanya sejenak, mengumpulkan semua keberaniannya untuk melawan Devid.
"Aku bosan di rumah jadi jalan-jalan keluar tadi, emangnya kenapa?"ucap Salsa kini tanpa ragu lagi. "Apa kamu mau ikut makan kentang goreng ini"Salsa menarik tangan Devid untuk duduk.
"Dan buwat kamu, gak ada tempat lagi, kamu pergi saja atau kamu ambil kursi sendiri ya"ucap Salsa sinis pada Dea, dengan menarik bibirnya sedikit.
"Shittt.."umpat kesal Dea mengepalkan tangannya seakan ingin sekali menampar Salsa. Bukannya takut Salsa menaikkan alis kananya dengan tatapan menantang ke arahnya.
"Aku gak mau makan di tempat seperti ini"Ucap Devid penuh kesombongan beranjak berdiri di depan Salsa.
"Apa kamu bilang? mentang-mentang seorang boss kaya di kota ini kamu bisa berbicara sombong seperti itu. Ingat lama-lama kamu juga akan tertarik makan di tempat seperi ini"ucap Salsa meninggikan suaranya, mendekatkan wajahnya ke arah Devid dengan tatapan. tajamnya.
Mata mereka saling terkunci sekana ada aliran listrik perselisihan di antara mereka.
Tak perduli semua pengunjung di sana menatap ke arahnya.
"Apa bagusnya tempat seperti ini, di ruangan terbuka penuh dengan asap polusi. Dan Apa higenis makanan seperti ini"ucap Devid membanting makanan di meja.
"Jaga mulut kamu"ucap Salsa, meraih kentang goreng yang berantakan di meja, memasukan ke dalam mulut Devid yang sudah terbuka mau berbicara lagi padanya.
Dea mendorong tubuh salsa, "Apa yang kamu lakukan apa kamu sudah gila?" Bentak Dea.
Salsa hanya senyum sinis menatap mereka berdua.
"Syang kamu gak apa-apa kan?" tanya Dea mengusap punggung Devid.
Devid terdiam, ia merasakan kentang goreng masuk ke dalam mulutnya, ternyata lumayan juga, tidak buruk buwat cemilan, rasanya membuat Devid tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia memakan habis kentang itu di dalam mulutnya.
Salsa tertawa terbahak-bahak melihat Devid memakan habis kentang dalam mulutnya. " lihat kalian semua, pria sombong ini ternyata suka juga makan kentang goreng. Padahal baru saja kalian dengar kan di sini makanan tidak higenis"ucap Salsa dengan suara keras memberi pengumuman pada pengunjung cafe itu, sengaja mempermalukan Devid.
"Shiittt.. "umpat Devid kesal mengepalkan tangannya, ia meraih pergelangan tangan Salsa menariknya masuk ke dalam mobilnya.