Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 Saran Ruby untuk Safir
Melihat wajah Safir, membuat Ruby tersenyum samar. Perempuan tersebut dengan santai menghabiskan makanan yang ada di piringnya terlebih dahulu. Ruby harap, Safir bisa sabar menunggu dan bisa menenangkan hatinya yang sedang kalut.
"Aku bertanya tentang Kak Divya karena aku penasaran. Beberapa hari lagi kamu akan menikah. Bukannya memikirkan calon istri, atau kemana kalian nanti akan pergi bulan madu, atau melakukan hal unik apa setelah sah, tapi kamu memikirkan yang lain."
Safir mengusap wajahnya secara kasar. "Bagaimana aku tidak memikirkan Queen, Kak. Dia berhenti bekerja secara tiba-tiba. Biasanya saat ingin melakukan apapun, dia selalu bilang sama aku. Sekarang? Ini bukan kebiasaan Queen. Aku bicara ini ke Kakak kalau mungkin saja Queen bilang ke Kakak kalau mungkin saja aku punya salah sama dia. Aku sudah minta maaf saat terakhir kali kami telponan. Tapi Queen juga tetap bilang kalau aku tidak salah apapun."
"Jika kamu mengetahui kebiasaan Queen seperti ini. Lalu apa kamu tahu kebiasaan Kak Divya bagaimana?"
"Kenapa Kakak jadi seperti membandingkan Divya dan Queen?"
"Fir. Pernahkah kamu berpikir kalau Queen melakukan itu untuk menjauhi kamu?"
Untuk sesaat, Safir diam sejenak untuk memikirkan sekilas Queen bagaimana. Safir jadi berpikir kalau keputusan Queen tersebut memang di buat untuk menjauhi dirinya. Apalagi sejak terakhir kali mereka saling berbincang, sampai saat ini mereka tidak pernah lagi saling memberi kabar.
"Kalaupun dia menjauhi aku, artinya aku telah melakukan kesalahan. Tapi apa? Yang benar saja tidak lebih dari 24 jam, tiba-tiba memutuskan secara sepihak seperti ini."
"Kamu ini bodoh atau bagaimana sih Fiiirrr?" geram sendiri akhirnya Ruby pada adiknya tersebut. Rasanya saat ini Ruby ingin sekali melempar sendok agar mengenai kening Safir. Berharap otak Safir bisa bekerja dengan benar dan memikirkan semuanya dengan baik.
"Kenapa Kakak jadi bodoh-bodohin aku sih?" bukannya mendapatkan solusi, kini saudara kembar tersebut justru seperti mulai bertengkar.
Ruby menghela nafasnya. Berusaha sabar menghadapi adiknya tersebut. "Aku kalau jadi Queen juga sudah pasti langsung berhenti kerja setelah mengetahui sahabat aku melamar Kakak aku sendiri. Queen pasti tidak ingin Kak Divya salah paham kalau dia terus kerja sama kamu. Apalagi kalian sudah hampir setiap hari pergi kemana-mana bersama. Kuliah, kerja, kalian selalu lebih sering pergi bersama-sama. Sampai membuat banyak orang mengira kalau kalian punya hubungan khusus."
"Selama ini Divya baik-baik saja. Tidak cemburu sekalipun kami pergi bersama. Karena dia tahu kalau kami kuliah dan juga kerja."
"Fir. Bukankah aneh kalau Kak Di tidak cemburu sama Queen, sekalipun Queen adik kandungnya?" tanya Ruby serius.
Safir terdiam untuk memikirkan semaunya lagi.
"Selama ini Queen tidak tahu kalau kamu dan Kak Di memiliki hubungan serius. Kalau sejak awal kamu memberitahu tentang hubungan kalian, aku yakin Queen menjauhi kamu sejak lama. Queen tiak akan kerja sama kamu, dan kamu juga belum tentu sampai ke tingkat sukses seperti sekarang ini. Perlu kamu ingat, suksesnya kamu ada campur tangan Queen."
Ruby beranjak. Ia membereskan lauk ke dalam lemari makanan. Lalu Ruby mencuci piring kotornya. Setelah itu, Ruby membuat minuman hangat dan hendak beranjak dari sana.
"Pernahkah kamu berpikir kalau sebenarnya kamu menyukai Queen tanpa kamu sadari?"
Ucapan Ruby tersebut berhasil membuat Safir menoleh menatap Ruby. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja Ruby ucapkan.
"Rasa nyaman yang tanpa sadar Queen berikan ke kamu. Rasa khawatir kamu sama Queen tentang hal-hal kecil yang kamu takutkan. Pikirkan semuanya tentang diri kamu sendiri, terkait itu."
"Kak, kita bertiga sudah sahabatan sejak lama .."
"Jangan menutupi semuanya dengan kata sahabat, Safir. Tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Karena salah satunya pasti akan memiliki rasa yang lebih," tutur Ruby memarahi Safir. "Perlu kamu tahu, Queen melakukan ini bukan karena dia menyukai kamu. Tapi dia memang seharusnya menjaga jarak dari kamu. Itu harus Queen lakukan karena kedekatan kalian sudah berhasil membuat banyak orang salah sangka."
Sebisa mungkin Ruby harus menutupi dari Safir kalau sebenarnya Queen menyukai Safir sejak lama. Ruby inginnya Safir saja yang merasakan dan menyadari perasaan dirinya sendiri.
"Sudah mencoba solat malam untuk mendapatan petunjuk?"
"Sudah Kak. Tapi aku yakin kalau pilihan aku tidak salah. Perkiraan Kakak dan yang lainnya itu tidak benar."
Ruby mengangguk pelan. "Terserah apa katamu sekarang. Aku beri saran, karena mulai besok kamu sudah tidak keluar rumah sampai hari pernikahan, maka mulai besok kamu coba puasa. Banyak ibadah dan jangan lupa, solat malam setiap hari. Minta ketenangan hati, karena yang seharusnya kamu pikirkan itu Kak Divya, bukan yang lain seperti sekarang ini. Hargai keputusan Queen. karena memang ini yang terbaik. Aku harap, kamu segera mendapatkan jawaban," Ruby menepuk punggung Safir hingga beberapa kali. "Mumpung masih jam setengah tiga. Kamu makan sahur sekarang, terus solat. Jangan lupa banyakin dzikir dan sholawatan. Aku ke atas sekarang."
demo rumah emak guys