NovelToon NovelToon
PEMERAN PEMBANTU

PEMERAN PEMBANTU

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita
Popularitas:8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mira Akira

Ia mengalami kematian konyol setelah mencaci maki sebuah novel sampah berjudul "Keajaiban Cinta Capella". Kemudian, ia menyadari bahwa dirinya menjelma menjadi Adhara, seorang tokoh sampingan dalam novel sampah itu.

Sayangnya, Adhara mengalami kematian konyol karena terlibat dalam kerusuhan.
Kerusuhan itu bermula dari Capella, si tokoh utama yang tak mau dijadikan permaisuri oleh kaisar.

Demi kelangsungan hidupnya, ia harus membuat Capella jatuh cinta dengan Kaisar Negeri Bintang. Kesulitan bertambah saat terjadi banyak perubahan alur cerita dari novel aslinya.


Mampukah ia mencegah kematiannya sebagai Adhara, pemeran pembantu dari dunia novel yang berjudul "Keajaiban Cinta Capella"?

"Mungkin ini hanya jalan agar kita bisa bertemu lagi, dan saling mencintai dengan cara yang lebih bahagia."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira Akira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DEWA DENEB 2: PENGANTIN DEWA

Hujan baru berhenti keesokan harinya.

Dengan sedih, orang-orang menyaksikan sumber air mereka tercemar racun. Meskipun mereka memiliki air yang disimpan di masing-masing rumah, namun air itu tak akan bertahan lama. Mereka berdoa agar turun hujan air biasa, untuk membilas air hitam.

Menjelang tengah hari, Spica datang bersama Regor di desa Deneb. Saat Spica turun dari kereta kuda, pandangannya langsung buram begitu saja. Padahal selama perjalanan, ia tak merasakan apa-apa.

“Ini bukan kutukan dewa. Ini darah dewa,” ucapan Spica yang spontan membuat seluruh orang tercengang.

Apakah Dewa Deneb sedang terluka parah?

Membayangkan hujan lebat yang kemarin menimpa desa Deneb, mereka mulai membayangkan seberapa besar luka yang dialami oleh Dewa Deneb itu.

“Kenapa bisa darah dewa bercucuran begitu?”

Adhara menatap Spica dengan tatapan tak percaya. Bukan hanya Adhara, bahkan Rigel yang saat itu tengah menyindir Regor, mendadak berhenti bicara. Ia menatap gadis cenayang itu dengan bingung.

“Aku tak tahu pasti tentang dewa. Hanya saja, malapetaka yang menimpa desa Deneb mungkin karena dewa telah kehilangan kekuatannya. Entah karena apa. Namun aku melihat kilasan-kilasan seseorang gadis dengan pakaian pengantin. Aku tak mengerti maksudnya apa, namun itu bisa jadi hal yang dipikirkan oleh dewa setempat,” jawab Spica yang merasa tak yakin jika Adhara memahami perkataannya atau tidak.

Pengantin? Apa relasinya antara darah berwarna hitam ini dengan pengantin?

Adhara nyaris mengucapkan kata-kata indahnya bagi penulis yang punya banyak rahasia. Mengapa penulis itu punya banyak alur tersirat di dalamnya?

Harusnya penulis membeberkan semua alur yang tersembunyi, bukan hanya sekadar mengatakan bahwa, kasus di sini sudah selesai, atau kasus di kota ini telah diselesaikan oleh si A.

Penyelesaian kasusnya juga dong!

“Apa mungkin Dewa Deneb menginginkan pengantinnya, seperti mereka dipisahkan atau tak bisa bersama,” Regor mengeluarkan pendapatnya.

Rigel mendelik, “Kau kebanyakan membaca novel erotis, karena itu otakmu tak jauh dari hal-hal seperti itu.”

Adhara menatap kakaknya bingung. Apa hubungannya novel erotis dengan pendapat Regor.

Bukankah itu masuk akal?

Jika Spica melihat seorang pengantin, mungkin saja pengantin Dewa Deneb yang bisa menyembuhkan lukannya. Namun siapa pengantin Dewa Deneb?

Tunggu dulu, apa pengantin yang diinginkan Dewa Deneb ini adalah manusia?

“Saya pikir itu masuk akal, Pejabat Canis. Jika kaisar ada di sini, dia akan setuju dengan pendapat saya,” Regor menegaskan jawabannya.

“Bukannya kaisar sedang marah padamu?” tanya Adhara yang mengingat kemarahan besar Aldebaran kemarin.

Adhara tak bisa menahan tawanya saat mengingat bagaimana sedihnya Regor harus bergadang untuk menangkap seribu nyamuk. Sedangkan Adhara memandangi Regor dari kejauhan sambil membebaskan katak kembali ke habitatnya.

Saat Regor sudah mengumpulkan seribu nyamuk, dan katak yang ingin diberi makan malah sudah dilepaskan oleh Adhara. Mengingat titah Aldebaran, Regor hanya bisa memikirkan bagaimana cara mengatakan alasannya tak memberi makan katak.

Jelas kaisar akan memberikannya hukuman yang lebih tak masuk akal lainnya, jika ia tak berhasil memberi makan katak yang ditangkapnya. Namun karena ia tak bisa mengatakan bahwa kataknya sudah dilepaskan oleh Adhara, lagi-lagi ia harus menerima hukuman aneh dari kaisar.

Terkadang Adhara mempertanyakan, sebesar apa kesetiaan Regor pada kaisar. Padahal Regor tak perlu melakukan semua hukuman yang diberikan kaisar, karena kaisar sejatinya tak serius untuk menghukum Regor.

Siapapun mungkin memahami itu, kecuali Regor sendiri.

Jadi, Regor akan tetap melakukan apa saja titah dari Aldebaran, apa pun itu, meskipun terkadang tak masuk akal.

Kembali pada Regor yang bersedih. Regor mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Adhara. Ia berniat untuk bercerita panjang kali lebar kali tinggi dengan Adhara, tetapi mata Rigel menatapnya dengan ancaman. Padahal Regor hanya ingin mengeluarkan keluh kesahnya saja.

“Pendapat tuan pengawal ini ada benarnya. Namun tanpa adanya bukti kita tidak bisa melakukan apa-apa soal ‘pengantin’ ini. Bisa saja Dewa Deneb menginginkan seseorang untuk dipersembahkan,” ucap Spica tanpa berniat membela Regor.

Namun wajah Regor sudah terang benderang seperti lampu sorot panggung. Spica hanya menghela napas karena tak mampu untuk menghancurkan kebahagiaan sesaat Regor.

“Apa maksudmu dipersembahkan?”

Adhara sering mendengar soal tumbal-menumbal di dunia novel ini.

Namun bukankah menumbalkan orang lain itu sangat buruk? Masih syukur jika dijadikan pengantin, bagaimana jika dimakan?

Jelas ia tak mau memupuk dosa di dunia novel ini. Lagipula kekaisaran berusaha mencegah adanya korban jiwa, meskipun itu hanya satu orang.

“Aku tak mau mengatakan ini, tetapi ini sering terjadi. Seperti saat aku berusia delapan tahun. Ada sebuah pesta di kampung halamanku yang ternyata persembahan jiwa kepada iblis. Mereka mempersembahkan seorang anak muda untuk melepaskan bencana besar di kampung halamanku,” jelas Spica sambil menatap Adhara dengan penuh peringatan.

“Bagaimana kalian bisa menumbalkan manusia?” tanya Adhara tak percaya.

Spica mendesah tak berdaya, “Ini seperti kau berada di sebuah perahu yang bocor. Kau perlu membuang satu orang untuk menyelamatkan orang lainnya. Aku tahu ini tak masuk akal, dan seperti iblis. Hal itu hanyalah bagian dari masa lalu.”

“Menumbalkan orang lain sama saja dengan membunuhnya,” ucap Regor dengan tegas.

“Aku tahu, Tuan Pengawal. Namun yang ku ceritakan tadi adalah sesuatu yang terjadi saat aku masih kecil. Aku tak bisa mengubahnya.”

Rigel menghela napasnya saat menyadari bahwa pembicaraan mereka mulai melenceng dari kasus. Ia memerintahkan prajurit untuk menyelidik lagi di pinggir sungai.

“Bagaimana dengan persediaan air orang-orang desa?” tanya Adhara pada Rigel.

“Hanya cukup untuk satu minggu, tak bisa digunakan untuk mandi. Kita hanya bisa berdoa agar turun hujan, dan bukan lagi hujan air hitam itu.”

Adhara mengkerutkan kening saat membayangkan hari-hari tanpa mandi.

Rasanya…

Dulu, di kehidupan sebelumnya, bila tidak ada kerjaan, ia sering tidak mandi di akhir pekan. Namun di dunia novel ini rasanya tak bisa.

Di dunia novel ini ia memiliki karir, bukan hanya rebahan tak jelas seperti di kehidupan sebelumnya. Ia harus senantiasa bersih dan nyaman untuk bertemu dengan para bangsawan.

Spica menatap Adhara dengan ragu, “Kau mandi tadi pagi?”

“Tentu saja,” jawab Adhara dengan nada tak terima.

“Ya sudah, baguslah kalau begitu.”

Dasar teman kampr*t!

Brakkk..

Seorang prajurit tiba-tiba masuk ke dalam markas. Membawa kabar bahwa seorang penatua desa datang untuk memberi kesaksian.

Tak lama seorang pria berusia sangat tua memasuki markas. Tubuh pria itu membungkuk karena tulangnya yang melemah. Keriput menghiasi pria tua itu, menandakan usianya yang tak muda lagi. Begitu juga dengan uban yang memenuhi kepalanya.

“Pejabat Canis, seseorang penatua mengaku bertemu dengan Dewa Deneb,” lapor prajurit pada Rigel.

Rigel mengangguk dan mempersilahkan penatua itu untuk duduk. Dengan segaja Rigel menyenggol Regor yang berada di sampingnya. Memberinya tatapan tajam, “Menyingkir!”

Mau tak mau Regor menatap sedih pada Spica, dan mendekat kearah gadis itu. Namun rupanya Spica lebih tertarik pada penatua desa, sehingga ia tak menyadari bahwa Regor sedang dianiaya.

Abaikan tentang Regor yang merana.

Penatua desa duduk pada kursi yang disediakan oleh Rigel. Tatapan penatua itu mengarah kepada mereka berempat secara bergantian. Tak lama tatapan penatua itu terfokus pada Regor yang memasang wajah sendu, matanya terlihat bergetar ketakutan.

“Yang Mulia..”

Huh? Apa Regor lagi yang akan dituduh dalam kasus ini? Sial betul nasib Regor.

Penatua itu tiba-tiba menghentikan ucapannya,sesaat beliau seperti hampir mengatakan banyak hal. Ia memandang Regor dengan takut-takut, dan tak lama pandangannya kembali datar seperti biasanya. Adhara yang memperhatikan itu semua mendadak berperasaan buruk.

Penyimpangan alur apa lagi yang akan terjadi di sini?

Menyadari tatapan Adhara, penatua itu mengalihkan pandangannya pada Adhara yang masih memperhatikan dirinya dengan cermat. Ia menjulurkan tangannya kearah Adhara dari kejauhan, dan mata penatua itu terpejam.

“Aku ingin meminjam jantungmu,” setelah mengucapkan hal tersebut, penatua itu mendadak jatuh terbaring di lantai begitu saja.

Dengan cepat Rigel mendekati penatua itu. Membaringkan penatua itu di posisi yang baik agar mudah bernapas. Setelah itu, Rigel memeriksa denyut nadi penatua dengan teliti.

“Dia pingsan.”

Tes…

“Adhara,” Spica yang berdiri di sebelah Adhara menunjuknya dengan kaku.

Ada apa?

Tes…

Adhara menundukkan kepalanya dan melihat tetesan darah yang ada di lantai. Dengan gemetar Adhara menyentuh hidungnya, dan benar saja, itu darahnya. Napas Adhara tercekat dengan panik.

“Ughhh…”

Adhara menggunakan tangannya untuk menahan muntahan yang keluar dari mulutnya. Namun itu bukan bubur yang dimakannya tadi pagi, melainkan darah. Belum lagi dengan darah yang terus mengalir dari hidung Adhara.

Rigel mendekati Adhara dengan panik, menggantikan tangan Adhara yang menutupi hidungnya.

“Mendongak,” perintah Rigel cepat.

Adhara menuruti perintah Rigel. Ia mendongak, tetapi darah itu terus mengalir. Bahkan Adhara muntah darah sekali lagi.

Jantung Adhara berdegup dengan liar, seolah diguncang oleh sesuatu. Napas Adhara menjadi dangkal.

Regor dengan tanggap mengurus penatua yang pingsan di lantai. Ia memerintahkan prajurit untuk membawa penatua itu keluar. Suasana di dalam markas mendadak jadi sangat ramai.

Spica membawakan kain yang sudah direndam dengan air hangat, dan berusaha menghentikan darah yang mengalir dari hidung dan mulutnya. Namun darah terus mengalir dari hidung dan mulut Adhara. Wajah Adhara pucat seperti manekin. Mata Adhara tak fokus lagi.

Apa aku akan mati lagi?

“K..akak.”

Rigel mendecak frustasi, “Jangan bicara, Adhara. Tenang saja, Spica akan membantumu menghilangkan sakit.”

Adhara menahan air matanya, mencoba sabar dengan sakit yang dirasakannya. Rasanya sakit dimana-mana. Jantungnya berdetak seolah akan runtuh kapan saja. Perutnya bergolak layaknya ada seseorang yang mengoreknya. Pusing mendera Adhara, dan mual itu datang lagi.

“Ughhh…Blarr..”

Lagi-lagi darah yang dimuntahkannya. Kali ini lebih banyak dari sebelumnya. Adhara nyaris kehilangan kesadarannya. Matanya berkabut, dan ia tak bisa bernapas dengan hidung. Ia membuka mulutnya untuk bernapas, namun darah juga mengalir dari bibir Adhara yang pucat.

Mengapa selalu aku yang sial. Di kasus kota Dubhe, aku yang diculik. Di sini aku harus sekarat.

“Apa yang terjadi pada Adhara?” tanya Rigel pada Spica.

Wajah Spica terlihat pucat saat memeriksa denyut nadi Adhara, “Sesuatu terjadi pada jantungnya.”

Rigel menatap Spica dengan pandangan tak mengerti. Ia menatap Adhara yang meringis kesakitan. Pikiran Rigel menjadi kacau, “Apa maksudmu?”

“Jantung yang ada di tubuh Adhara bukanlah miliknya.”

Rigel tercengang, “Bagaimana bisa jantung di dalam tubuhnya bukan milik Adhara sendiri?”

Spica terlihat serba salah, ia mengalihkan pandangan pada Regor yang juga terlihat tak mengerti dengan perkataannya. Spica meremas tangannya dengan kalut, berusaha membuang semua pemikiran buruknya.

“Anda ingat tentang penatua mengatakan bahwa ia meminjam jantung Adhara. Itu benar-benar meminjam dalam artian yang sebenarnya,” jelas Spica dengan berusaha mencari bahasa yang mungkin bisa lebih mudah untuk dicerna oleh yang lainnya.

Wajah Rigel masih tercengang tak percaya dengan semua hal yang ia ketahui dari Spica, “Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Tidak ada.”

Apa?

“Apa?” Rigel mewakili perkataan Adhara yang tak bisa berbuat apa-apa.

Apa maksudnya tidak ada yang bisa mereka lakukan? Jadi, Adhara harus terus-terusan muntah darah, dan mimisan seperti ini. Sampai kapan? Sampai dia mati?

“Saya juga tidak tahu caranya, pejabat Rigel. Roh yang merasuki penatua desa itu sudah pergi setelah menukar jantung Adhara dengan jantungnya,” jelas Spica pelan.

Spica menatap Adhara yang semakin pucat. Tangannya mengusap pelan hidung Adhara yang masih mimisan. Untung saja Adhara tak muntah darah lagi.

BRAKK

Rigel memukul tembok markas sekuat yang ia bisa. Melepaskan rasa frustasi yang membelenggu dadanya. Banyak hal yang ingin dikatakannya, namun tak bisa ia ungkapkan.

“Ini hanya dugaan saya saja, tetapi mungkin saja ini benar. Dewa Deneb berasal dari sungai yang kini telah menjadi air hitam. Saya yakin sakit yang dialami Adhara akan berkurang jika menyentuh air hitam itu,” jelas Spica pelan.

“Bagaimana jika dugaan mu salah? Bagaimana jika setelah Adhara menyentuh air hitam itu, Adhara akan keracunan. Bukankah itu sama saja dengan membunuh Adhara?” Rigel berusaha menahan perkataannya sendiri.

“Tetapi, kita tak bisa membiarkan Adhara kesakitan tanpa berbuat apapun.”

Simalakama. Apapun yang mereka lakukan untuk Adhara, posisi Adhara akan tetap sama. Adhara tak tahu jika ia memiliki kesialan seperti ini.

Setelah semua yang ia lakukan, ia tetap mengarah pada kematian.

Rasa sakit yang dialaminya sekarang membuatnya dejavu. Ia pernah mengalami ini di kehidupan sebelumnya, saat ia harus mengalami kematian konyol karena kecerobohannya sendiri. Mungkin ia sudah lupa betapa sakitnya itu, dan karena itulah ia diberikan lagi kesakitan yang sama.

Perasaan sakit ini, bukanlah sakit yang datang sesekali. Perasaan sakit ini menggerogoti seluruh tubuhnya, tanpa diberi jeda apapun. Pandangan Adhara mulai bergoyang. Ia mulai kehilangan fokusnya.

Rasa sakit di dadanya membuat ia tak mampu untuk menarik napasnya sendiri. Bahkan, sekarang ia tak bisa mengangkat tangannya sendiri. Rasa anyir berkeliaran di mulutnya, membuat ia tak berani untuk mengecapkan lidahnya sendiri.

"Dari sekian banyak orang di markas ini, mengapa Adhara yang diambil jantungnya?" tanya Rigel pelan.

Wajah Spica terlihat ragu, "Ini hanyalah ketakutan saya, tetapi mungkin saja Dewa Deneb menginginkan Adhara sebagai pengantinnya."

Bisakah seseorang mengambil kesialanku?

***

Selamat membaca :D

Sempatkan selalu untuk meletakan jempol anda pada tempatnya.

Adhios~

1
zainab rl
Ternyata G-star is Sirius.. Lumayan jg misteri bintang jatuh. ternyata dijatuhkan oleh G-star sendiri.. kereeen ceritanya
zainab rl
Harta, Tahta, dan Wanita ☺
zainab rl
izar ingin memiliki keluarga yg utuh bukan tahta..
zainab rl
🥰😍
zainab rl
mantaap., lanjuut
zainab rl
Antares mau cari kambing hitam.. Lawan Adhara.. 😐
zainab rl
drama yg mudah dibaca oleh Rigel 😅
zainab rl
sudah mulai terrbuka tabir rahasia masa lalu kaisar dan kerajaan markab
zainab rl
lanjutt.. kereeen ceritanya 🥰👍👍👍
zainab rl
Luar biasa🫶🫰⭐⭐⭐⭐⭐
zainab rl
menarik 🥰😍😘
zainab rl
ternyata regor..
zainab rl
ceritanya bagus sekali 👍👍
zainab rl
berlatih lah pedang agar bisa menjaga diri sendiri Andhara...
zainab rl
sang kaisar yg berkunjung.. ☺
zainab rl
naas buat regor,, 😂😂😂
Bzaa
😘🥰
Bzaa
cerita masa lalu yg bgtu memilukan
Bzaa
oooh ternyata bukan g star,
yg matanya terluka kan aldebaran, smga bener tebakan aku😊
Bzaa
OMG, apakah g-star? bukan aldebaran?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!