Sekuel dari Supir untuk Sang Nyonya.
Ervino Prayoga, anak dari Malik dan Elisa yang mulai beranjak dewasa. Tanpa sengaja Ervin bertemu dengan Clara Adeline disebuah tempat wisata. Seorang gadis cantik nan manis itu membuat Ervin jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia mulai mencari tahu identitas lengkap gadis yang telah mencuri hatinya.
Nasib baik berpihak padanya. Ia mengirimkan lamaran kerja pada keluarga Clara untuk menjadi supir pribadi Clara. Dan akhirnya dengan cara curang ia menyuap orang yang menerima surat lamaran kerja dari orang lain sehingga hanya dialah satu-satunya yang mengirimkan berkas itu. Setelah mulai bekerja, ia sangat tak menyangka bahwa kepribadian dan watak Clara tak seperti yang ia kira.
Clara sangat jutek, keras kepala, pemarah dan tak segan mengutuknya. Masihkah Ervin menggapai cintanya dan menerima kepribadian Clara dengan lapang dada ataukah ia akan mencari cinta yang lain??
Simak terus kisah anak-anak dari novel pertama yang berjudul Supir untuk Sang Nyonya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black_queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 Tes dari Tuan D
"Lebih baik kamu makan bersamaku di meja itu!" dia menunjuk dengan dagu.
"Hah, boleh Non?" Ervin tak percaya dengan pendengarannya barusan.
"Boleh," Clara langsung melangkah dan duduk dengan nyaman.
Ervin memilih kursi yang dekat dengan Clara, agar dia bisa memandang wajah wanita impiannya itu.
"Ck, siapa yang menyuruhmu duduk di sana?" Clara mendelik melihat Ervin yang duduk di sebelahnya.
"Lho, bukankah tadi Nona bilang aku boleh semeja?" Ervin menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Maksud aku duduk semeja tapi duduknya harus jauh di sana!" tunjuk Clara pada kursi sudut.
"Owh," Ervin hanya ber'oh' ria tanda kecewa.
Clara membuka bekalnya dan tersenyum lebar.
Masakan bibi tidak pernah mengecewakan. Clara.
Nasi goreng seafood yang disediakan oleh bibinya menambah nafsu makannya saat itu juga. Sementara Ervin belum menyentuh makanannya sama sekali karena sibuk memandangi wajah wanita ayu di depannya.
Nggak apa-apa deh liat dari sini, asalkan masih bisa kelihatan walaupun agak jauh jaraknya, meja panjang amat yak jadi pengen aku gergaji. Ervin.
Clara sudah menghabiskan makanannya tanpa menoleh pada siapapun, sedari kecil almarhumah ibunya selalu menyuruhnya untuk tidak berbicara disaat berhadapan dengan makanan. Jadi dia fokus merasakan makanan yang tengah dia santap. Tak butuh waktu lama, akhirnya makanan itu ludes tak bersisa. Selesai minum, dia mengelap mulutnya dengan tisu basah yang sudah dia siapkan sebelumnya.
"Alhamdulillah, selesai juga deh," Clara menyenderkan bahunya di kursi.
Tatapannya kini beralih pada pria di depannya itu.
"Kamu nggak makan?" kerutnya heran.
"Eh iya Non, ini saya mau makan," Ervin jadi salah tingkah dan membuka bekalnya.
Mau tak mau dia makan masakan bibi.
"Ehm, ternyata enak juga," lirihnya setelah mencicipi rasa makanan bibi.
"Kamu langsung pulang aja setelah makan dan jangan lupa jemput aku sore nanti!" suruhnya pada Ervin.
Clara bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi menjauh.
"Yah, padahal aku masih belum puas menatap wajahnya yang laksana Dewi khayangan," Ervin menatap punggung Clara sampai tak terlihat lagi.
Dia menghabiskan makanannya dan membuka botol minuman instan yang dibelikan oleh Clara.
"Astaga aku lupa kalau mobil masih di bengkel," pria itu menepuk jidatnya.
Dengan terburu-buru Ervin menghubungi orang di bengkel untuk menyiapkan mobilnya dengan segera. Dia kemudian pergi ke bengkel tersebut menggunakan taksi online. Sesampainya di bengkel Ervin mengambil nota pembayaran dan membayarnya dengan cepat. Dia kini harus kembali ke rumah Clara agar tidak dicurigai.
***
Tuan D dan Frank tengah berbincang dengan serius di sofa. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu yang hanya diketahui oleh keduanya. Di sisi lain, Ervin yang sudah sampai lantas keluar dari mobil dan hendak meletakkan kembali kunci mobil majikannya.
Tuan D melihat Ervin yang melintas, Ervin tersenyum tipis dan menyapa majikannya setelah meletakkan kembali kunci mobil di tempatnya.
"Supir baru! sini kamu!" tuan D memanggil Ervin.
Kenapa dia memanggilku ya? (Ervin)
Ervin masih termangu dalam diam, tatapannya tidak beralih pada Tuan D.
"Hei, kemarilah!" panggilnya lagi.
Ervin mendekat perlahan, bukannya apa, tubuhnya terasa terkunci ketika melihat tatapan tuan D yang seakan ingin menelannya bulat-bulat.
"Iya Tuan D, ada apa memanggil saya?" Ervin tersenyum kaku.
"Aku punya tugas khusus untukmu!" tuan D menatap Ervin dengan intens.
Ervin mengerutkan keningnya tanda tidak paham dengan pendengarannya barusan.
"Tugas apa itu Tuan?" Ervin masih bingung.
"Biar Frank saja yang menjelaskannya padamu!" tunjuknya pada orang kepercayaannya di rumah itu.
"Bbb-baiklah Tuan, saya akan berusaha untuk menjalankan tugas tersebut," gagapnya.
Setelah mendengar pengakuan dari mulut Ervin, tuan D langsung beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi. Kini hanya ada Ervin dan Frank, Frank menatap pria muda di depannya dengan pandangan meremehkan.
"Seharusnya bukan kamu yang ditunjuk," ucapnya malas.
Ervin melongo mendengar Frank berucap demikian.
"Tugasnya apa Om?" tanya Ervin sok akrab.
"Jangan pernah panggil aku Om! sejak kapan Tante kamu menikah denganku," decihnya kesal.
"Terus aku harus panggil apa Om, eh Pak?!" Ervin bingung harus memanggil apa.
"Panggil Bapak lebih baik!" Frank tiba-tiba berdiri dan melangkah mendekati Ervin. Kini jarak keduanya sangatlah dekat.
"Ikut aku sekarang juga!" Frank berjalan dengan penuh wibawa. Ervin mengikuti sambil merengut.
Bapak tua sialan, awas aja nanti kalau Clara udah jadi milikku. Nasibmu akan ada di tanganku. (Ervin)
Kita lihat saja seberapa besar kekuatan dan kemampuanmu dalam berpikir. Setelah ujian ini selesai aku akan melepaskan kamu dan tidak curiga lagi padamu. (Frank)
Mereka tiba di sebuah gudang belakang rumah. Di sana ada banyak kotak yang tersusun rapi dan ada nama-nama yang berbeda di tiap kotaknya.
"Kamu ambil kotak yang berlabel R, turunkan dari tempatnya lima kotak!" perintah Frank.
"Iii-ya Pak," Ervin langsung bergegas dan melihat huruf R yang dimaksud.
Dengan cekatan dia meraih kotak tersebut satu persatu dan menurunkannya di depan Frank. Dia menepuk-nepuk tangannya karena ada debu yang menempel.
"Bawa masuk ke mobil warna hitam yang masih ada di garasi!" titah Frank lagi.
Dia hanya berdiri terpaku memperhatikan gerakan Ervin.
Ervin melakukan apa yang di suruh oleh Frank.
"Mau deketin anaknya tuan D, eh malah disuruh jadi kuli begini. Ini kerjaan supir apa bukan sih?" Ervin bergumam dan mendengus sebal.
Sedari kecil, Ervin memang tidak terbiasa melakukan pekerjaan berat seperti mengangkat barang. Untungnya dia sudah berlatih dengan Toni di pulau misterius tak berpenghuni kecuali mereka. Jadi tenaganya sudah lebih terlatih dalam situasi apapun.
Kardus sudah diletakkan di dalam bagasi mobil. Frank menyuruh Ervin menyetir kendaraan tersebut.
"Ayo kita berangkat!" seru Frank.
Ervin sudah duduk dengan perasaan tegang di tempat kemudi. Dia menoleh pada Frank seolah meminta penjelasan. Frank menatapnya malas.
"Berangkat sekarang! aku sudah menyalakan GPS, mobil ini pasti akan memberitahu kemana kamu harus berbelok dan berhenti," serunya tak sabar.
Ervin mengendarai mobil sesuai instruksi dari GPS, selama 30 menit mereka ada di jalanan. Mobil mengarahkan ke suatu tempat seperti gudang tak terpakai. Banyak kontainer berjejer di dalamnya.
"Sampai kapan kamu harus melamun? cepat turun!" Frank tidak sabar dengan sikap Ervin yang seperti orang linglung.
"Tempat apa ini?" Ervin masih tidak mau turun.
"Tidak usah banyak nanya! sebentar lagi kamu pasti akan tahu tempat apa ini," Frank turun dari mobil.
Mau tak mau Ervin turun walaupun dengan perasaan cemas. Dia mengeluarkan kardus yang dibawanya tadi setelah mendapat perintah dari Frank.
"Susun yang rapi di dalam kontainer sesuai label di kardus!" suruhnya.
"Kontainernya bisa dibuka Pak?" Ervin masih ragu.
"Sudah ada yang buka kodenya sebelum kita sampai tadi, sekarang letakkan kardus itu ke sana!" perintah Frank.
Ervin mengangguk ragu, dia membawa kardus itu satu per satu di depan kontainer yang sesuai. Kini tibalah dia membuka kontainer.
Krieeeet
Bunyi pintu kontainer terdengar nyaring di ruangan yang sunyi itu.
"Ti-dak... kenapa bisa...," Ervin melotot, dia mengambil ancang-ancang dan
*
*
*Bersambung
👍 so cool! 👍
💋😏😏😏😏😏💋
👌🚀🚀🚀🚀🚀👌
🚗📷📷📷📷📷🚗
😈😈😈😈😈😈😈