Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Dari Segala Penjuru
Suamiku Pria Tajir #29
Oleh Sept
Rate 18+
Pagi-pagi rambut sudah basah, aroma shampoo sudah memenuhi kamar mereka. Nur baru saja selesai mandi, sedangkan Arya, pria itu masih di dalam sana. Menikmati guyuran air dari shower yang jatuh ke tubuhnya. Ada rasa puas saat ia mengingat kejadian semalam. Bibirnya mengulas senyum, tak kala bayangan tadi malam terbayang di dalam kepala.
Klek
Arya menatap seisi ruangan, kamarnya yang biasanya sepi, kini terdengar suara mesin pengering rambut yang menyala. Ditatapnya Nur dari belakang, istrinya itu tengah mengeringkan rambut. Duduk di depan meja rias dengan tangan yang sibuk memegangi hair dryer.
"Aku bantu," tawar Arya.
Bila semalam ia sangat berani, pagi ini Nur nampak kikuk. Ia merasa canggung, mengingat apa yang semalam terjadi di antara mereka berdua.
Suasana nampak hening, Arya juga tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Tiba-tiba saja ia kepikiran kuliah Nur.
"Nur ... kamu cuti dulu ya? Kuliahnya dipending. Gak apa-apa kan?"
Dari kemarin Nur sempat mengalami mual muntah berat. Arya rasanya tidak tega bila membiarkan Nur tetap ke kampus. Lagian baru awal masuk.
"Nanti kamu bisa lanjutin, setelah melahirkan, bagaimana?" tambah Arya sembari mengamati cermin besar di depannya. Ia hendak melihat, bagaimana ekspresi Nur sekarang.
"Iya, Mas."
Nur pun menurut, tidak ada penolakan dari wanita itu. Wajahnya nampak pasrah, menerima apapun perkataan sang suami.
"Bagus!" seru Arya. Tangan satunya memegangi hair dryer dan satunya mengusap rambut wanita hamil tersebut. Satu sentuhan yang membuat Nur bersemu merah jambu.
***
"Baru keluar kalian, Mama sampai harus sarapan duluan tiap pagi. Nggak kuat lihat kalian lama sekali keluar dari kamar," goda mama sambil meminum teh herbal yang masih mengepulkan asap.
Pak Broto yang sedang membaca surat kabar, melirik sebentar. Dilihatnya wajah Arya yang tidak seperti biasanya. Lebih berseri-seri, tanpa sadar, ujung bibir pendiri KCF Group itu pun terangkat. Ia tersenyum tipis melihat putranya. Ia pernah muda, dan pernah jadi pengantin baru juga.
"Sudahlah, Ma. Jangan menganggu Arya."
"Hehehe ... nggak Pa. Sini Nur, Mama sudah siapkan makanan yang bergizi buat calon cucu Mama," Mama lantas menyodokan banyak makanan ke arah Nur.
Kehangatan keluarga seperti ini, membuat Nur tersentuh. Ia makan dengan perasaan campur aduk.
"Oh ya Nur, kakakmu kok nggak ke sini? Kalau kalian mau ketemuan ... boleh kok sering-sering ke sini," ucap Mama di saat Nur sudah menyelesaikan suapan terakhirnya.
Tidak tahu harus menjawab apa, Nur lalu menoleh ke samping. Ia seakan meminta bantuan pada Arya.
"Iya, Ma. Nanti aku hubungi Ronald," sela Arya. Ia kemudian membantin, duh. Harus bersandiwara lagi di depan sang mama.
***
"Nanti kalau butuh apa-apa bilang ke bibi," pesan Arya saat akan masuk mobil. Ia menghampiri Nur sejenak yang mengantar sampai halaman.
"Iya."
"Mau aku bawakan apa, nanti kalau pulang?"
Nur menggeleng.
"Benarkah? Yang aku tahu, banyak orang yang hamil mengalami rasa ingin yang aneh-aneh. Apa kamu nggak ingin sesuatu, Nur?" tanya Arya penasaran.
Nur tetap menggeleng. Ia memang tidak mau apapun. Kan ngidamnya cuma pingin dekat-dekat ayah si calon bayi. Cuma, Nur nggak mau jujur. Malu, ia pun menggeleng terus. Mengatakan tidak mau apapun.
"Ya sudah, aku berangkat."
Saat sudah membuka pintu, Arya lagi-lagi berbalik. Ia melangkah mendekati Nur, mengusap perut Nur dan mengecup pipi Nur singkat. Lalu pergi setelah membuat Nur meriang.
"Eh!"
Mbremmm
Mesin mobil sudah menyala. Nur tertegun, sikap Arya membuat pipinya terasa panas. Tangannya kemudian melambai ketika mobil itu mundur dan meninggalkan kediaman Brotoseno.
***
"KELUAR!"
Seorang pria menarik paksa tangan tante Susi.
"Beri aku waktu sebulan lagi. Tidak ... Dua minggu. Aku akan mencari anak itu."
Tante memohon dan mengiba pada bos preman.
"Satu bulan lebih sudah aku memberimu waktu, tidak ada lagi tambahan. Cepat kau bereskan semua barang-barangmu!" Ketua preman yang terlihat sangar itu menyeringai.
"Aku akan cari anak itu. Sungguh, beberapa hari yang lalu aku mendengar kabar. Seseorang melihatnya di rumah sakit."
"Kamu pikir aku percaya dengan mulut busukmu?"
"Jangan begitu, kamu tahu aku kan? Tolong beri kesempatan. Kalau pergi dari rumah ini? Lalu aku harus tinggal di mana? Aku tidak mau jadi gelandangan di jalan."
"URUSANMU!"
"Jangan begitu, Tuan," Tante Susi menyentuh kaki pria tersebut. Memohon agar tidak terusir dari rumahnya sendiri. Rumah yang sudah ia tukar dengan tubuh Nur.
"Satu minggu! Lebih dari itu, akan ku seret sendiri kau dari rumah ini!" ancam pria sangar tersebut.
Tante langsung menelan ludah. Hanya seminggu, ia punya waktu mencari Nur, keponakannya.
"Terima kasih ... terima kasih, Tuan."
Malas melihat wajah tante Susi yang tak secantik masa mudanya, bos preman si manusia keji itu pun memilih pergi.
Sedangkan tante Susi, ia menoleh kanan kiri. Berpikir, harus mencari Nur dari mana? Benci dan kesal, ia mengacak-acak rambutnya sendiri.
***
Perusahaan KCF Group
Arya sedang memeriksa berkas di mejanya. Namun, pikirannya malah melayang. Pria itu justru teringat-ingat dengan Nur Azizah. Anak itu bagai racun, sudah meracuni pikiran Arya.
Ingin melihat Nur, Arya pun menelpon istrinya. Sengaja ia melakukan video call karena ingin melihat wajah polos itu.
"Polos?" bibirnya mengembang. Sepertinya Nur tak sepolos itu. Seperti orang kasmaran, Arya senyum-senyum tidak jelas.
Drettt ... Drettt
Nur yang kala itu sedang duduk santai di balkon sambil membaca novel, melirik meja di dekatnya. Ada sebuah pesan masuk dari nomer tak dikenal.
"Apa ini?"
Penasaran, Nur pun mendownload sebuah pesan video dari nomer baru yang tidak ia kenal.
PRANGGG
Ponselnya jatuh ke lantai saat video durasi beberapa detik itu berhasil diputar. Bersambung.