Hidup Freya Almeera Shanum berubah setelah tragedi tahun baru 6th silam yang membuatnya menjadi single parent dari anak bernama Maura Hanin Azzahra.
Maura, gadis berusia 5th itu selalu menanyakan keberadaan Ayahnya yang tak pernah diketemuinya dari kecil.
Pertanyaan sederhana tentang keberadaan sang Ayah yang selalu di lontarkan Maura membuat sang Bunda Freya (25th) merasa bersalah dan sedih. Bahkan Freya juga kadang teringat akan tragedi malam itu setiap sang putri bertanya keberadaan Ayahnya.
Semua salah wanita tak tahu terima kasih itu. Karena wanita itu, Freya sekarang menjadi single parent tanpa status.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi widya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kondisi Maura
Freya mulai mengerjapkan matanya beberapa kali, dia menggelengkan kepalanya pelan merasa sedikit pusing. Ditatapnya sekeliling yang merasa familiar dengan tepat itu.
"Maura." pekik Freya saat mengingat Maura ada di ruang operasi.
Freya melihat tangannya yang diinfus dan segera melepasnya paksa.
"Auchhh..." rintih nya kesakitan ketika di bekas jarum infus mengeluarkan darah.
"Freya, mau kemana kamu?" tanya Bryan yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Bryan mendekat dan membantu Freya menghentikan darah yang keluar dari tangannya.
"Lepas.!!" Freya menarik tangannya yang dipegang Bryan.
"Aku bisa sendiri." Freya mengambil tisu untuk menekan darah supaya tidak keluar lagi.
"Sudah, jangan keras kepala." Bryan kembali mengambil tangan Freya yang masih mengeluarkan darah untuk! membantunya menghentikan darah itu keluar.
Freya diam saja, dia kepikiran bagaimana kondisi Maura sekarang. Dia ingin segera bertemu Maura dan memeluk putrinya itu. Pasti di sana Maura sendirian dan ketakutan.
Tak terasa air mata Freya jatuh membasahi pipinya saat mengingat bagaimana kondisi putrinya saat ini. Putri satu-satunya yang dia miliki di dunia ini. Hanya Maura harta paling berharga yang dimilikinya sekarang. Permata hatinya sekarang tengah berbaring dengan mata terpejam antara hidup dan mati. Tidak ada lagi tawa ceria yang Freya lihat untuk sementara waktu.
"Maura sudah melewati masa kritisnya, dia juga sudah di pindah ke ruang perawatan." kata Bryan saat melihat Freya menangis dalam diam.
Bryan memberi tahu kondisi terkini Maura supaya Freya jauh lebih tenang lagi. Apalagi saat melihat air mata jatuh di pipi Freya. Sakit, itu yang Bryan rasakan. Dan juga saat ini putrinya masih terbaring lemah paska operasi patah tulang tengkorak dan untungnya tidak sampai mengenai otak.
Freya menatap Bryan dalam diam. Air matanya kian mengalir deras saat mengingat kondisi putrinya.
Bryan mengulurkan tangannya dan mengusap air mata yang jatuh di pipi Freya dengan pelan.
"Jangan nangis lagi. Apa kamu nggak ingin melihat putri kita yang sudah keluar dari ruang operasi?" tanya Bryan dengan pelan sambil tangannya masih mengusap air mata Freya.
"Maura anak aku." ucap Freya setengah merajuk karena tak terima kalau Bryan juga mengakui kalau Maura anaknya juga.
Bryan mengulum senyumnya saat melihat Freya yang merajuk. "Iya, Freya anak kamu dan aku Ayahnya." balas Bryan.
"Sudah, Ayo kita lihat Maura." ucap Bryan cepat sebelum Freya melakukan protes.
Freya yang memang ingin segera melihat kondisi Maura langsung saja turun dari brankarnya dibantu Bryan. Mereka keluar dan berjalan menuju ruang perawatan Maura.
Ceklek
Pintu terbuka dari luar membuat Mama Lea dan juga Papa Abri yang duduk di sebelah brankar Muara sontak berdiri dari duduknya.
Mereka melihat Bryan masuk bersama Freya. Mama Lea juga Papa Abri langsung minggir setelah mendapat isyarat dari Bryan.
Freya berjalan mendekat pada putrinya yang terbaring dengan mata tertutup dan beberapa alat medis yang menempel pada hidung dan mulutnya juga infus yang terpasang di tangan kirinya.
Lagi, air mata Freya kembali menetes. Kenapa harus Maura yang mengalami ini. Kenapa tidak dia saja. Jerit Freya dalam hati saat melihat kondisi putrinya yang masih belum sadarkan diri.
Diciuminya wajah putrinya yang pucat tanpa adanya senyum ceria yang selalu Maura tunjukkan setiap kali Freya menciumnya.
"Maafkan Bunda sayang. Maafkan Bunda." bisik Freya dengan suara tercekat di telinga putrinya.
Freya kembali mencium kening Maura lama sambil memejamkan matanya seakan dia juga merasakan sakit yang saat ini Maura rasakan.
"Cepatlah bangun sayang. Bunda akan selalu menanti kehadiranmu sayang." ucap Freya lirih, air matanya terus mengalir seakan tidak ada habisnya.
"Maura, Sang juara nya Bunda Freya. Permata hati Bunda." Freyan memeluk tubuh lemas putrinya, dia menangis dalam diam.
Papa Abri menepuk bahu Bryan yang berdiri disamping Freya. Bryan menoleh menatap Papa nya.
"Papa sama Mama keluar dulu." kata Papa Abri pelan.
Bryan mengangguk sekali pada Papa dan Mama.
Bryan mengelus punggung Freya pelan. Tidak hanya Freya saja yang sedih melihat kondisi Maura saat ini, Bryan juga sedih. Apalagi dia baru tahu kalau Maura putrinya sekitar seminggu yang lalu.
Diusianya yang baru menginjak lima tahun Maura harus mengalami kecelakan jatuh dari tangga dan mengakibatkannya di operasi karena terjadinya benturan di kepala. Hati orang tua mana yang tidak sakit melihat kondisi anaknya yang seperti ini.
"Aku mau menemui dokter yang menangani Maura. Apa kamu mau iku?" tawar Bryan pada Freya siapa tahu mau ikut untuk mendengarkan penjelasan dari dokter tentang kondisi Maura.
"Aku gak mau ninggalin Maura sendirian." ucap Freya lirih.
"Apa kamu gak ingin tahu penjelasan dari dokter?" tanya Bryan lagi berharap Freya ikut dengan nya.
Freya menolaknya dengan gelengan kepala.
Bryan menghembuskan nafas perlahan. "Baiklah kalau begitu. Aku tinggal dulu." pamit Bryan dan mencium kening Maura.
Bryan tersenyum tipis saat Freya menatapnya tak suka karena jarak mereka begitu dekat. "Jaga Maura untukku." kata Bryan mengacak rambut Freya pelan.
"Tunggu!!" Bryan menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Freya.
"Aku ikut." kata Freya setelah mencium Maura dan berpamitan pada putrinya.
"Aku akan meminta Papa sama Mama untuk menjaga Maura." kata Bryan.
Freya langsung menarik kemeja belakang Bryan hingga keluar. Freya menggelengkan kepala tanda tidak setuju kalau Mama Lea yang menjaga Maura.
"Ada Papa. Kamu tenang saja." ujar Bryan yang melihat kekhawatiran Freya.
"Tapi_"
"Kalau kamu lama, kita kembalinya juga lama."
Akhirnya Freya menyetujuinya dan mereka menuju ruang dokter yang menangani Maura.
"Bagaimana kondisi anak saya dokter?" tanya Bryan tanpa basa-basi setelah dipersilahkan duduk oleh Dokter Gery
"Alhamdulillah putri Tuan termasuk anak yang kuat. Meski tadi sempat kritis karena karena stok darah di PMI habis dan untungnya ada Omanya yang mau mendonor darahnya walau tidak bisa diambil banyak karena beliau juga baru menjalani donor darah beberapa hari yang lalu." kata Dokter Gery
"Nyonya Alea mendonorkan darahnya untuk Maura." batin Freya dalam hati.
"Kemungkinan putri Tuan akan sadar 3 sampai 4 hari lagi. Mengingat ini termasuk operasi berat. Dan ada kemungkinan komplikasi nantinya setelah sadar , namun tak perlu khawatir. Pasien nantinya bisa ikut terapi dan sejenisnya." sambung Dokter Gery.
"Kemungkinan apa yang terjadi dok?" tanya Freya.
"Dia..?" Dokter Gery menanyakan siapa wanita muda yang dibawa Tuan Muda Abrisam. Apa Ibu dari anaknya Tuan Muda Abrisam.
"Dia ibu dari anak saya." jawab Bryan jujur tanpa mengadi-ngadi.
"Kondisi umum yang biasa terjadi seperti penurunan kesadaran,epilepsi, kerusakan saraf dan pembuluh darah, miningitis dan penyakit Alzheimer" kata Dokter Gery
"Tapi mengingat kondisi pasien yang cukup kuat, tidak perlu dikhawatirkan meski adanya gejala yang di keluhkan nantinya, kemungkinan cuma tujuh sampai sepuluh hari saja." sambung Dokter Gery.
Bryan dan Freya mengangguk paham.
"Nanti kalau pasien sudah sadar juga akan di CT-scan ulang untuk melihat perkembangannya."
"Baik dok, terima kasih. Tolong tangani putri saya sebaik mungkin." Kata Bryan tegas.
"Pasti Tuan. Itu sudah menjadi tugas kami." jawab dokter Gery.
"Kalau begitu, kami permisi."
Freya dan Bryan keluar dari ruangan dokter Gery. Mereka bernafas lega setelah mengetahui kondisi Maura meski masih harus melakukan beberapa tes lagi untuk melihat perkembangan baik yang terjadi pada putri mereka.
"Freya!!!!!"
🍁🍁🍁
have a nice day
Jangan lupa berikan like dan vote kalian ya kakak-kakak readers
Biar lebih semangat lagi menghalunya
Makasih🤗🤗
dewi widya