TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK DIBACA, KALIAN BISA PILIH NOVEL YANG LAIN (DISARANKAN YANG TERBIT DARI 2022 KE ATAS) ... KALAU MASIH NEKAT, SILAHKAN DIMAKLUMI SEMUA KEANEHAN YANG TERDAPAT DI DALAM NOVELNYA.
SEKIAN _ SALAM HANGAT, DESY PUSPITA.
"Aku merindukanmu, Kinan."
"Kakak sadar, aku bukan kak Kinan!!"
Tak pernah ia duga, niat baiknya justru menjadi malapetaka malam itu. Kinara Ayunda Reva, gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA harus menelan pahit kala Alvino dengan brutal merenggut kesuciannya.
Kesalahan satu malam akibat tak sanggup menahan kerinduan pada mendiang sang Istri membuat Alvino Dirgantara terpaksa menikahi adik kandung dari mendiang istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tidak Punya Menantu Sepertimu (Broto)
Tak mendapat jawaban Gio, Vino atas inisiatifnya mengikuti kemana peginya Gio. Jelas saja ia membawa serta Kinara bersamanya, bahkan sedetikpun gadis itu tak ia izinkan lepas dari genggamannya.
Sepanjang perjalanan, Kinara hanya mampu menahan napas-Nya yang tercekat suasana yang kian mencekam. Vino melaju dengan kecepatan tinggi menyusul Gio yang juga mengendarai mobil seenaknya.
Menatap fokus jalanan yang memang terasa lenggang lantaran lalu lintas tak begitu padat. Vino sesekali mencuri pandang Kinara melalui ekor matanya, wajah pucat itu terlihat ketakutan.
"Ck, kenapa juga aku membawanya," celetuk Vino kemudian mengurangi kecepatannya.
Entah mengapa wajah pucat itu membuatnya seketika tak tega. Keringat yang mengucur di lehernya membuat Vino sejenak salah fokus, seketika pria itu menggeleng cepat dan kembali menatap fokus kedepan.
"Rumah sakit?"
Kinara berucap lirih kala menyadari tujuan Gio, jarak mereka tak terlalu jauh. Melarikan diri dari Vino rasanya tak bisa, pria itu terlalu pandai berinteraksi dengan jalan raya.
"Kau, tunggu disini."
Perintah kecil yang sontak membuat Kinara menghentikan gerakan tangannya yang hendak membuka pintu mobil. Ucapan Vino meski tanpa melihat itu membuatnya takut, trauma akan kekerasan yang ia terima dari Vino merupakan alasannya.
"Ada apa kak Gio buru-buru ke rumah sakit, apa mungkin ...."
Kinara hendak memaksa keluar, namun pintu itu telah terkunci. Vino benar-benar tak menginginkan Kinara lepas dari genggamannya.
"Ya Tuhan, bagaimana jika memang benar."
Tertinggalah kini dirinya hanya mampu menatap punggung Vino yang kini mengenakan kemeja merah maroon itu semakin menjauh.
******
"Bambang, dimana?"
Tanya Gio ketar ketir, ia bahkan lupa kamar yang Bambang beritahu beberapa saat lalu.
"Ayo, Tuan."
Tak jauh dari Gio, Vino kini dengan gagahnya berdiri di samping sang Adik. Sejenak Gio menatap kanan kiri Vino, berharap sang Kakak membawa Kinara turut masuk.
"Kemana, Kina?"
"Ck, bukan urusanmu. Tujuan kita hanya untuk Ayah kan."
Vino berlalu begitu saja, meninggalkan Gio yang kini tengah meradang dengan sejuta kekesalannya.
"Dasar gila," umpat Gio menatap kesal Vino, ingin rasanya ia membakar pria ini hidup-hidup, namun perasaan sayang terhadap saudara sedarahnya itu seakan menutup mata Gio.
Vino lebih dulu masuk, menatap wajah pucat Broto membuat hatinya terhenyak. Perasaan bersalah tiba-tiba menyeruak dalam dirinya, bahkan untuk melangkah saja terasa berat.
"A-ayah," panggil Vino kaku, selama ini ia tak pernah segugup ini. Entah mengapa, perasaan itu semakin nyata kala wajah sendu itu menatap wajahnya dengan mata sayu tak bertenaga.
Alat bantu pernapasan yang terpasang di hidung Broto membuat Vino yakin, kondisi sang Ayah lagi-lagi sungguh tak baik.
"Mana ... Kina, anakku." Kata-kata itu terdengar begitu sulit Broto ucapkan, bahkan untuk meloloskan satu kata saja terasa sulit. Kepalanya masih terasa pening dan tubuhnya luar biara lelah.
"Kina baik-baik saja, Ayah," jawab Gio mengambil peran, menatap Vino yang membatu pria tampan itu kini mendekat dan menggenggam erat tangan Broto, menyalurkan ketenangan pada Broto agar tak berpikir macam-macam.
"Kau ... yakin, Nak?"
"Iya, Ayah, Gio akan menjaga putri Ayah lebih dari apapun."
Gio menekan setiap kata-katanya sembari menatap tajam Vino. Ucapan Sarkas itu sengaja Gio tujukan pada pria gila di depannya itu.
Dengan sisa tenaga, Broto meminta Sera membetulkan posisinya. Ia ingin duduk, iya, duduk walau hanya sesaat. Ditatap nya wajah kedua pria itu satu persatu, menatap lekat namun sulit di artikan.
"Vino," panggil Broto tanpa begitu singkat, dan terdengar cukup lembut.
"I-iya, Ayah," ujar Vino maju beberapa langkah.
PLAK!!!
PLAK!!!
Kanan kiri di bayar tunai di depan wajah Gio. Vino kini menganga namun tak berani menatap netra Broto. Vino mengepalkan tangannya kuat-kuat, rahangnya kini mengeras dan matanya kini terpejam erat.
Untuk pertama kalinya, ia mendapat perlakuan demikian dari Broto. Pria dengan sejuta pesona itu kini hanya mampu terdiam kala mertuanya mendaratkan telapak tangan cukup kuat di wajah mulusnya.
"Ay ...."
PLAK
Baru saja hendak bicara, lagi-lagi Vino mendapat serangan tanpa persiapan. Sudut bibirnya terasa perih karena Broto benar-benar berniat untuk menyakitinya.
"Keluarlah, aku tidak butuh menantu sepertimu!!" Suara itu terdengar samar, tertutup dengan amarah berbalut tangis dan duka karena hatinya teriris.
Gio pun hanya mampu terdiam. Broto pantang di lawan jikalau ia tengah marah. Dan Vino memang belum pernah merasakannya.
"Apa kau tuli, Alvino Dirgantara?!!!"
"Ayahmu pria terhormat, begitupun Ibumu, tapi mengapa mereka melahirkan keturunan tak bermoral bahkan lebih buruk dari binnatang sepertimu!!!"
Sakit, Vino tersayat dengan ucapan Broto yang begitu menggores hatinya. Sadar betul dia memang bukan pria baik, tapi, bukankah tak seharusnya ia disebut demikian.
"Maafkan aku, Ay_"
"Berhenti memanggilku, Ayah!!" Emosi Broto kian tersulut, susah payah ia memegangi dadanya, dan Sera telah mencoba agar pria itu menahan emosinya.
"Aku tidak punya menantu sepertimu, Vino, aku tidak punya!!!"
Air itu mengalir deras, wajah keriput itu menatap sayu. Mungkin ia terlampau sakit hingga membuatnya tak peduli apa yang akan terjadi setelahnya.
"Vino, sebaiknya kau pergi."
Demi menetralisir keadaan, bisa saja Vino jua tersulut emosi menghadapi amukan Broto. Gio tak bermaksud buruk, jika keduanya di kumpulkan dalam satu waktu lebih lama, mungkin keadaan Broto semakin buruk lagi.
"Bapak!!"
"Ya Allah, Suster!!"
"Tidak perlu teriak sekeras itu, Sera!!" ujar Gio mentap tajam wanita cantik itu.
Sera panik, Gio dan Bambang pun demikian. Sedangkan Vino yang hampir saja keluar kini menghentikan langkahnya.
Tbc