Harap bijak dalam membaca!
Felix yang merupakan anak yatim piatu dengan kepribadian yang cuek dan kasar tinggal di Panti Asuhan Helianthus tapi setelah berumur 10 tahun Panti Asuhan tersebut kebakaran dan yang selamat hanya dia seorang dan 2 petugas dapur.
Akhirnya Felix tinggal di Panti Asuhan Arbor bertemu dengan empat orang anak yang seumuran dengannya dan untuk pertama kalinya membuka diri untuk menjalin persahabatan.
Di sekolah barunya 'Gallagher' ada yang menganggap ia adalah pelaku dari kebakaran tersebut, ada juga yang menganggap ia adalah pembawa sial karena hanya dia anak yang berhasil selamat dan membuat orang di dekatnya menderita.
Saat Felix dipenuhi rasa bersalah untung saja ada sahabatnya Cain dan si Kembar 3 yang selalu menemani dan mereka melakukan banyak petualangan bersama.
Tapi tetap saja ia menganggap dirinya tidak beruntung hingga sebuah kekuatan aneh dalam dirinya muncul dan rambut hitamnya mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi hijau.
Apakah benar Felix termasuk orang yang tidak beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.27 - Malexpir
"Ayo cepat keluar makan lalu kita lanjut lagi!" teriak Daisy dari teras.
"Pasti yang tadi aku rasakan adalah Alexavier setiap rumah yang sedang melihatku."
Cain menyodorkan jus jeruk kepada Felix yang tinggal melamun.
Daisy menunjukkan kamar yang masih kosong kepada mereka, "Jadi barang apa yang akan dimasukkan kesini?" tanya Tom dengan suara lelahnya.
"Ini akan jadi kamar kalian, terserah kalian mau isi dengan apa!" perkataan Daisy yang langsung disambut bahagia oleh mereka.
"Jadi kami bisa sering kesini?" tanya Tom.
"Itu tujuannya, karena ibu jarang dirumah jadi kalau ada waktu kalian tinggal bermalam disini saja ... lumayan jaraknya lebih dekat dari sekolah kalian."
"Jadi tujuannya adalah kami disuruh menjaga rumah?" Cain menyipitkan matanya.
"Binggo!" jawab Daisy yang langsung dihadiahi huuuuu dari mereka.
"Padahal rumah ini sudah ada penjaganya," kata Felix dalam hati.
Kamar kosong itu mereka cuma isi dahulu dengan karpet berbulu Daisy yang berwarna ungu, dan mereka semua langsung tidur disana dengan matahari senja yang menyinari dari dinding kaca tembus pandang lantai tiga, "Mereka pasti lelah semua," kata Daisy sambil ingin menutup pintu, "Tentu saja ... dengan bagaimana kamu menyuruhnya sana-sini pasti lelah sekali mereka," kata Alexavier disamping Daisy.
Felix yang mendengar itu hanya tersenyum dan melanjutkan tidur lagi.
Malam pun tiba dan mereka bersepakat untuk bermalam disana dan menyuruh Daisy untuk mengambil seragam mereka di panti. Tan, Teo dan Tom menonton tv di ruang tamu sedang Felix dan Cain naik ke lantai tiga sambil memanggil Alexavier yang sedang berdiri di halaman depan seperti sedang berpatroli.
"Aku tidak percaya hantu sepertiku bisa bertemu dengan anda."
"Jadi siapa namamu?" tanya Felix.
"Eulalia," jawabnya.
"Panggil saja Lia," tambahnya.
"Jadi Alexavier itu ada disemua rumah?" tanya Cain.
"Tidak juga, hanya untuk rumah yang tidak pernah terjadi kejahatan atau Alexavier akan dipanggil dan meninggalkan rumah itu."
"Apa hanya rumah saja? Bagaimana dengan misalnya Panti Asuhan?" Felix sambil bersandar di dinding.
"Semua gedung harusnya memiliki Alexavier tapi baru-baru ini banyak Alexavier Panti Asuhan yang dibantai oleh Malexpir."
"Malexpir?"
"Ibaratnya kalau di dunia manusia mereka itu preman tapi istilah lainnya mereka itu hantu yang bergentayangan."
"Dibantai?" tanya Felix.
"Tunggu ... bagaimana seorang Alexavier tahu hal seperti ini?" Cain bingung penjaga rumah kenapa bisa tahu informasi luar begitu banyak.
"Ah, itu waktu rumah ini akan dijual saya berjalan-jalan sebentar meninggalkan rumah. Lagipula belum ada penghuninya untuk dijaga."
"Jadi kau juga menjaga penghuninya? Bukan hanya rumah?" tanya Cain lagi.
"Tugas utama Alexavier adalah untuk menjaga keselamatan penghuni rumah, tugas kedua barulah untuk menjaga rumah."
"Jadi apa Alexavier bisa mencegah terjadinya suatu hal buruk seperti kebakaran mungkin?" Felix mulai ke inti pembicaraan yang daritadi ingin ditanyakan.
"Setidaknya jika ada Alexavier, bisa membangunkan penghuni rumah atau kalau Alexavier yang punya kekuatan kuat bisa membantu agar api lambat menyebar."
"Tadi yang katanya Alexavier panti asuhan yang dibantai? Bagaimana kamu mendapatkan informasi itu?"
"Karena saya adalah mantan jurnalis juga jadi saat keluar rumah sehari saya bisa mendapatkan banyak informasi sebelum kembali," kata Lia bangga.
Cain hanya menghembuskan napas keras dan mulai naik diatas kasur berbaring, "Mau hantu atau bukan kalau jurnalis yah begini ... ck... ck ... ck."
"Dimana aku bisa menemukan Malexpir itu?" tanya Felix yang langsung membangunkan Cain.
"Felix?!"
"Tentu saja, anda akan menanyakan hal itu," kata Lia sambil tersenyum.
"Seperti preman pada umumnya mereka akan sulit untuk ditemukan apalagi preman hantu tapi jika kita pergi ketempat yang menjadi tujuan mereka melakukan kejahatan pasti mereka akan mudah ditemukan."
"Jangan bilang sekarang kau akan berkeliling panti asuhan?" tanya Cain.
"Anggap saja kita sedang membantu Mertie, bukankah kau yang memaksa untuk membantunya ...." kata Felix memangku tangan.
"Kenapa kau tersenyum?" Felix bertanya kepada Lia.
"Maaf, saya hanya tidak menyangka akan bertemu dan melihat seorang pemula yang menjadi inti dari dunia kegelapan disuruh-suruh seperti tadi ...." Lia tertawa lagi.
"Itu pujian atau makian?" Felix kesal.
"Kau bilang Felix adalah inti dari dunia kegelapan? Mundebris kan? Sebenarnya Felix itu apa?" tanya Cain.
"Saya hanya hantu Alexavier biasa jika mengatakan hal yang tidak seharusnya saya akan langsung menghilang dari dunia ini."
"Apa maksudmu? preman ... maksudku Malexpir tadi yang bebas melakukan kejahatan kenapa tidak menghilang?" Cain kesal karena tidak mendapatkan jawaban yang diinginkannya.
"Biasanya ada yang bertugas menangkap mereka tapi semenjak Sang Caldway menghilang semua aktivitas menjadi terhenti dan hantu jadi bebas berbuat semaunya."
"Maksudmu ada polisi juga di dunia kegelapan ... ah ... tidak ... Mundebris?" Cain tertawa kecil.
"Tentu saja ada, Mundclariss dan Mundebris tidak jauh berbeda."
"Mundclariss? Kebalikan dari dunia kegelapan?" tanya Felix.
"Dunia terang atau dunia dimana manusia tinggal, tempat yang sekarang kita pijaki."
"Bisa tidak kamu beritahu kami sedikit tentang Felix?"
"Saya sudah menjadi hantu selama 50 tahun membuat saya jadi rapuh jika berkata atau melakukan hal yang tidak baik."
"Jadi yang menjadi preman hantu ... maksudku Malexpir adalah hantu baru? Begitu?" tanya Cain.
"Betul sekali."
"Apa orang hanya harus meninggal dan langsung menjadi Malexpir?" Felix menyembunyikan kukunya yang mulai bersinar.
"Indah sekali ...."
"Kau tahu ini apa?" menunjukkan kukunya yang bersinar.
"Kalian dimaaan ... kalian disini rupanya," Teo menganggu pembicaraan mereka dan masuk ke kamar membuat Lia langsung bersembunyi dibalik tirai.
"Ayo turun ... kita makan malam!" Daisy memanggil.
Felix kesal bukan main terlebih lagi harus membungkus tangannya dengan lengan sweater yang dipanjangkan untuk menutupi kukunya dan memakai kaos kaki disaat penghangat ruangan sedang dinyalakan.
Setelah makan malam Felix mencari keberadaan Lia tapi tak ditemukan. Ia juga menyuruh Cain ikut mencari padahal Cain tidak bisa melihat hantu akhirnya ia mencari sendiri kesana kemari tapi tidak juga ditemukan, "Apa ia sengaja bersembunyi dariku?"
Lama Felix menunggu sampai tengah malam pun saat Cain dan yang lain tidur ia bangun mencari, "Disini kau rupanya!"
"Saya tidak bisa memberitahu lebih banyak lagi, tapi saya bisa memberitahu dimana Alvauden sSang Caldway berada," Lia kemudian menunjukkan telapak tangannya yang berisikan alamat.
"Bagaimana kau tahu tentang dia?"
"Dia selama ini mencari kesana-kemari keberadaan anda dan menitipkan alamat ini jika bertemu dengan penerus Sang Caldway."
"Apa anak kecil itu ...." kata Felix dalam hati, "Dia ceroboh sekali sebagai Alvauden memberikan alamat dan menanyakan kesembarang orang," Felix memasang wajah kesal.
"Dia Alvauden yang cerdas, jangan khawatir ... dia tahu apa yang sedang dilakukan dan saya diberitahu hal ini karena juga merupakan Alexavier yang bisa dipercaya."
Felix pun kembali ke kamar untuk tidur dengan alamat yang sudah dicatatnya, tapi entah kenapa ia merasa terburu-buru harus melakukan sesuatu membuat jantungnya tidak bisa berhenti berdegup kencang membuatnya jadi tak bisa tidur.
"Tenanglah, tidak perlu terburu-buru ...." terdengar suara perempuan dari dalam diri Felix, "Hah? Siapa itu?"
...-BERSAMBUNG-...
endingnya nanggung banget, belum ada cerita setelah felix jadi caelvita loh >.<
selamat felix