Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Mantan Kekasih Kenzo Kembali
Mantan kekasih Kenzo telah kembali ke mansion ini untuk merebut kembali posisi yang dia anggap telah dicuri oleh kehadiran Alana secara tiba-tiba. Wanita itu melangkah masuk melewati pintu utama dengan sangat anggun sambil melepaskan kacamata hitam yang menutupi sepasang mata indahnya yang penuh dengan rencana jahat.
Alana terpaku di balkon lantai dua sambil menyaksikan Kenzo yang berlari menuruni anak tangga dengan wajah yang sangat pucat dan sangat penuh dengan kegelisahan. Ketegangan di antara mereka berdua tadi seolah menguap begitu saja digantikan oleh kehadiran sosok wanita yang memiliki kecantikan sangat mematikan tersebut.
"Kenzo sayang, apakah kau tidak merindukanku setelah sekian lama aku pergi meninggalkan semua kemewahan ini demi mengejar karier di luar negeri?" tanya wanita itu sambil merentangkan kedua tangannya.
Wanita yang bernama Clarissa itu tidak memedulikan tatapan tajam dari para pelayan dan langsung menghambur ke pelukan Kenzo yang masih berdiri mematung di tengah ruangan. Clarissa membenamkan wajahnya di dada bidang Kenzo sementara tangannya dengan sengaja menyentuh pinggang pria itu tepat di bagian yang sedang terluka parah.
Kenzo meringis pelan sambil menahan rasa perih yang sangat luar biasa namun dia tidak mendorong Clarissa menjauh melainkan justru membiarkan wanita itu terus memeluknya. Pemandangan itu membuat ulu hati Alana terasa sangat nyeri seolah ada ribuan jarum yang sedang menusuk jantungnya secara bersamaan tanpa henti.
"Kenapa kau kembali sekarang tanpa memberikan kabar apa pun kepadaku terlebih dahulu, Clarissa?" tanya Kenzo dengan suara yang sangat parau.
Clarissa melepaskan pelukannya lalu menoleh ke arah balkon lantai dua di mana Alana sedang berdiri dengan wajah yang sangat pucat dan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia memberikan sebuah senyuman tipis yang sangat penuh dengan penghinaan seolah sedang menandai wilayah kekuasaannya yang baru saja dia ambil kembali.
"Aku kembali karena aku mendengar kau telah menikahi seorang wanita rendahan hanya untuk membalas dendam kepada keluarga yang bahkan tidak sepadan dengan kita," sahut Clarissa dengan nada yang sangat tajam.
Alana merasa martabatnya sedang diinjak-injak di depan seluruh penghuni mansion sementara suaminya sendiri hanya diam membisu tanpa niat sedikit pun untuk membelanya. Dia memutar tubuhnya dan berlari masuk ke dalam kamar utama sambil menutup pintu dengan dentuman yang sangat keras untuk menutupi rasa malu yang sangat mendalam.
Di dalam kamar, Alana menangis sesenggukan sambil memeluk perutnya yang kini terasa semakin kencang akibat gejolak emosi yang sangat tidak stabil dan sangat menyakitkan. Dia menyadari bahwa posisi dirinya di rumah ini hanyalah sebagai pengganti sementara dan bukan pemilik hati sang tuan muda yang sesungguhnya.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka dan Clarissa melangkah masuk tanpa permisi dengan gaya yang sangat angkuh seolah dia adalah nyonya rumah yang sah di tempat itu. Dia memperhatikan setiap sudut kamar yang kini dipenuhi dengan barang-barang milik Alana lalu mendengus meremehkan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Singkirkan semua barang sampahmu dari kamar ini sekarang juga karena aku akan kembali menempati tempat yang seharusnya menjadi milikku sejak dulu," perintah Clarissa dengan suara yang mutlak.
Alana menghapus air matanya lalu berdiri tegak menantang tatapan wanita yang sangat sombong tersebut dengan sisa keberanian yang dia miliki sebagai seorang istri yang sah. Dia tidak akan membiarkan wanita lain mengusirnya begitu saja dari rumah yang secara hukum telah menjadi tempat tinggalnya bersama sang suami.
"Aku adalah istri sah Kenzo Alfarezel dan kau tidak memiliki hak apa pun untuk memerintahku di dalam rumah tangga kami sendiri!" teriak Alana dengan nada yang sangat bergetar.
Clarissa tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Alana seolah dia baru saja mendengar lelucon yang paling lucu di seluruh dunia yang pernah dia temui sebelumnya. Dia mendekati Alana lalu membisikkan sesuatu yang sangat mengerikan tepat di telinga wanita malang itu hingga membuat seluruh tubuh Alana menjadi kaku seperti es.
"Kau hanyalah sebuah alat untuk melahirkan pewaris Alfarezel dan setelah bayi itu lahir, Kenzo sendiri yang akan membuangmu ke jalanan seperti sampah yang sudah tidak berguna lagi," bisik Clarissa dengan sangat kejam.
Setelah mengucapkan kata-kata berbisa itu, Clarissa berjalan menuju lemari pakaian dan mulai mengeluarkan baju-baju milik Alana dengan gerakan yang sangat kasar dan sangat menghina. Alana mencoba menghentikannya namun Clarissa justru mendorongnya hingga Alana jatuh tersungkur di lantai kayu yang sangat keras dan sangat dingin.
Tepat pada saat itu, Kenzo masuk ke dalam kamar dan melihat Alana yang sedang menangis di lantai sementara Clarissa terus mengacak-acak isi lemari dengan wajah yang penuh amarah. Kenzo terdiam sejenak melihat kekacauan tersebut sementara pikirannya tampak sedang berperang antara logika dan perasaan masa lalunya yang belum sepenuhnya padam.
"Hentikan semua kegilaan ini Clarissa, dan kau Alana, berhentilah bersikap seolah kau adalah korban yang paling menderita di seluruh dunia ini!" bentak Kenzo dengan suara yang sangat meledak-ledak.
Kenzo berjalan mendekati Alana namun bukannya membantu istrinya itu berdiri, dia justru mengambil sebuah map berwarna hitam dari atas meja yang berisi sebuah dokumen rahasia. Dia menatap Alana dengan pandangan yang sangat dingin dan sangat asing seolah seluruh kedekatan yang mereka bangun selama beberapa hari terakhir hanyalah sebuah kepura-puraan belaka.
"Mulai besok kau akan tinggal di paviliun belakang lagi karena Clarissa akan membantuku mengurus persiapan pesta perusahaan yang sangat penting bagi masa depan Alfarezel," ucap Kenzo tanpa sedikit pun menatap mata Alana.
Alana merasa dunianya benar-benar runtuh saat mendengar keputusan Kenzo yang sangat tidak adil dan sangat menyakitkan bagi harga dirinya sebagai seorang manusia yang bermartabat. Dia melihat Clarissa tersenyum penuh kemenangan di balik punggung Kenzo sambil memandangi Alana dengan tatapan yang seolah mengatakan bahwa dia hanyalah wanita pengganti yang gagal.
Namun saat Alana hendak melangkah pergi membawa harga dirinya yang hancur, dia tidak sengaja menyenggol laci meja yang tadi sempat terbuka akibat ulah Clarissa yang sangat kasar. Sebuah botol obat kecil berwarna merah jatuh menggelinding ke bawah ranjang dan mengeluarkan bau yang sangat tajam yang sangat dikenal oleh Alana sebagai ramuan penggugur kandungan yang sangat kuat.
Alana menatap botol itu dengan mata yang membelalak lebar sementara wajah Clarissa mendadak berubah menjadi sangat pucat pasi seolah dia baru saja tertangkap basah melakukan kejahatan besar.