Gisella langsung terpesona saat melihat sosok dosen yang baru pertama kali dia lihat selama 5 semester dia kuliah di kampus ini, tapi perasaan terpesonanya itu tidak berlangsung lama saat dia mengetahui jika lelaki matang yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama itu ternyata sudah memiliki 1 anak.
Jendra, dosen yang baru saja pulang dari pelatihannya di Jerman, begitu kembali mengajar di kampus, dia langsung tertarik pada mahasiswinya yang saat itu bertingkah sangat ceroboh di depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Jendela mobil tepat di sebelah Gisella duduk diketuk dari luar, Jendra sudah menunggu di luar agar Gisella segera keluar dari dalam mobil. Perempuan itu menyempatkan diri untuk berdoa lebih dulu dan menyiapkan dirinya.
“Ini rumah Mamah-nya Mas Jendra ya?” Tanyanya basa basi saat dia baru saja keluar dari dalam mobil.
“Hm, ayo masuk.” Ajak Jendra pada perempuan itu.
Gisella mengikuti langkah kaki dosennya itu masuk ke dalam rumah, rumah itu tidak terlalu besar, tapi memiliki halaman yang sangat luas. Di halaman rumah itu juga terdapat taman dan beberapa tanaman yang Gisella yakini ditanam langsung oleh Mamahnya Jendra.
“Aduhh Gana, main gamenya jangan sambil teriak-teriak! Pusing Mamah tuh dengernya!”
Baru saja Gisella menginjakan kakinya di teras rumah, dia bisa langsung mendengar teriakan Mamahnya Jendra dari dalam rumah dan setelah itu disusul dengan sorakan ramai.
“Ya ampun Anno, itu kasian Jemiannya jangan kamu cekek heyy!”
“KaIo kaIah mending hp nya yang dibanting, jangan malah Anno yang kamu banting, Nando! Mamah bisa darah tinggi lama-lama gara-gara kalian semua!”
Gisella menghentikan langkahnya karena memang Jendra yang ada di depannya juga menghentikan langkahnya, lalu lelaki itu menoleh ke arahnya. “Harap kamu maklum kalo rumah saya berisik, ada temen-temennya Danish yang datang soalnya.”
Mendengar hal itu, Gisella lantas menampilkan cengirannya. “Gapapa Mas, lagian itu malah bikin seru karena rumahnya nggak sepi.”
Lelaki itu menganggukan kepalanya dan melanjutkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam rumah, pintu rumah itu memang tidak tertutup sedari tadi, jadi tidak perlu repot-repot untuk mengetuknya lebih dulu.
“Permisi,” Gisella mengucapkan itu karena dia di sini adalah tamu.
Begitu masuk ke dalam rumah Mamahnya Jendra, Gisella langsung mendapati keempat lelaki di ruang tamu yang sedang sibuk bermain ponsel dengan sesekali disertai umpatan, lalu sosok wanita paruh baya yang sedang mengawasi keempat lelaki itu seraya berdecak pinggang.
Sedangkan di bagian dalam rumah, Gisella bisa melihat keberadaan Saka dan Kiky yang sedang menaiki mobil-mobilan.
“Mah, ini Gisella yang tadi Mamah pesen udah dateng.” Ucap Jendra.
Ck, dikira Gisella ini paket cod kah?
Gisella tetap menampilkan senyum manisnya ketika matanya bertemu dengan wanita paruh baya itu. “Halo, Mamah.” Sapanya.
Raut kesal yang tadinya ada di wajahnya Mamah-nya Jendra kini berganti dengan raut ceria dan senyum sumringahnya begitu melihat keberadaan Gisella di sana.
Wanita paruh baya itu berjalan mendekat ke arah Gisella seraya menjulurkan tangannya, untungnya Gisella peka dan langsung menyalimi tangan itu.
“Akhirnya yang udah Mamah tunggu-tunggu dateng juga.” Mamahnya Jendra menangkup pipi Gisella. “Tadi gimana? Arga ngebut nggak bawa mobilnya?” Tanyanya.
“Nggak kok Mah, tapi Pak Jendra bawa mobilnya biasa aja.” Jawab Gisella sejujur mungkin.
Mamahnya Jendra tersenyum tipis ketika mendengar hal itu, lalu membalikan badannya. “Saka, Kiky, coba sini lihat siapa yang udah datang?”
Tidak lama setelah itu, dua anak kecil yang dipanggil oleh Neneknya itu datang menghampiri mereka dengan wajah yang ceria.
“Kak Lala!” “Kak Sella!” Seru Saka dan Kiky secara bersamaan.
Gisella lantas berjongkok agar bisa membawa kedua anak kecil itu ke dalam pelukannya.
“Haloo adek-adek kesayangan Kakak!” Sapa Gisella.
“Kak Sella kok lama bangett… Kiky sampe bosen nunggunya, terus sampe kepala Kiky pusing gara-gara temen-temannya uncIe Danish yang berisik.” Keluh Kiky seraya melirik sini ke arah tempat Danish dan teman-temannya berada.
“Aduh beg0! Nando, Io buta maps apa gimana cok?!”
Nando yang dimarahi oleh Anno hanya cuek dan kembali fokus pada game di ponselnya.
“Panggil Iord anjir!” Teriak Danish. “Itu Balmondnya bunuh woi!!”
“Mamah udah bilang kalian kaIo main game jangan suka ngomong kasar! Ada anak keciI di sini! Danish, kamu dengerin Mamah nggak?!”
“Iya denger, Mah.” Balas Danish tapi lelaki itu tetap melanjutkan bermain gamenya.
“Ck berisik banget kalian, maaf ya Gisella. Rumah ini emang suka berisik kaIo lagi ada temen-temannya Danish.” Ucap Mamahnya Jendra seraya menatap ke arah Gisella dengan tatapan tidak enak hati.
“Gapapa Mah, itu juga kan yang bikin rumah jadi rame.” Balas Gisella tidak lupa dengan senyum tipis di wajahnya.
Mamahnya Jendra mengangguk setuju. “Bener sih apa yang kamu bilang, sebenernya Mamah juga nggak masalah kalo mereka mau main di sini, tapi yang bikin keseInya itu mereka suka ngomong kasar.” Lalu wanita itu kembali menoleh ke arah Danish dan teman-temannya. “Kan nggak baik kaIo didenger sama Saka dan Kiky, takutnya malah nanti mereka jadi ikut-ikutan.”
Memang benar anak kecil seperti Saka dan Kiky akan mudah meniru tingkah laku orang-orang yang ada di sekitarnya.
Mamahnya Jendra melirik ke arah jam dinding yang ada di sana. “Ternyata udah jam 12 aja, ayo kita makan siang dulu, baru abis ini kita ngobrol-ngobrol lagi.” Ajaknya seraya menarik lengan Gisella menuju meja makan,
Wanita itu menyempatkan diri untuk menoleh ke arah Jendra. “Bang, temen-temen kamu juga panggil, suruh mereka makan.” Titahnya.
“Ada siapa aja?” Tanya Jendra.
“Arya sama Jeffry, Dion sama Johan katanya nggak bisa dateng, Iagi sibuk sama pasangannya.” Balas wanita paruh baya itu.
Lalu Jendra menganggukan kepalanya pelan. “Ada di mana? Gazebo beIakang?” Tanya Jendra.
“lya, mereka lagi ngobroI sama Papah.” Jawab wanita paruh baya itu.
Lelaki itu kembali mengangguk, lalu pergi dari sana, meninggalkan Gisella bersama dengan Mamahnya.
“Mah, Gisella simpen tas dulu ya.” Perempuan itu meminta izin untuk menaruh tasnya lebih dulu karena tidak mungkin dia makan sambil bawa-bawa tas.
“Oh iya, kamu simpen di sofa itu aja sayang. Aman kok di situ.” Ucap Mamahnya Jendrs seraya menunjuk ke arah sofa yang tidak jauh dari tempat Danish dan teman-temannya berada.
Gisella lantas membawa langkah kakinya untuk mendekat ke arah sofa yang dimaksud oleh Mamahnya Jendra tadi, bersamaan dengan itu juga Danish dan teman-temannya sudah selesai bermain game, hendak pergi dari sana untuk makan siang.
“Halo Kak!” Danish menyapa Gisella lebih dulu.
“Haii, Dan!” Gisella tentu saja akan kembali menyapa calon adik iparnya itu, hehe…
“Lo kapan datenganya? Perasaan tadi nggak ada.” Tanya Jemian.
“Barusan kok, kaIiannya aja yang sibuk main game.”
“Saking sibuknya sampe kalah gara-gara si Nando buta maps!” Anno kembali menyemburkan kekesalannya pada Nando, sedangkan Nando hanya membalasnya dengan cengiran tidak bersalah.
Mereka berlima akhirnya berjalan beriringan menuju meja makan, begitu sampai di sana, Gisella kembali dibuat takjub dengan hidangan yang ada di atas meja makan.
Duh, kalo gini caranya, Gisella berasa kalau dirinya sedang menjadi tamu kehormatan saat ini.
BERSAMBUNG