Sebuah kisah tentang seorang wanita bernama Rumondang yang memilih menganut ilmu hitam untuk membalas dendam dan memiliki kekayaan.
Berawal dari sebuah kekecewaan dan penderitaan yang begitu berat, membuat ia harus terjerumus dalam lembah hitam untuk bersekutu dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Ia menempuh jalan sesat dengan memilih memelihara sesosok makhluk mengerikan yang berasal dari daerah suku Batak, Sumatera Utara, yang disebut dengan Begu Ganjang. dimana sosok makhluk ini semakin akan memanjang keatas jika semakin dilihat dan siapa yang bertemu dengannya, maka kematian yang akan ia dapatkan...
Apakah Begu Ganjang? dan apakah Rumondang dapat mencapai tujuannya?
Begu Ganjang, suara yang memanggil dalam kegelapan. Membawa kematian yang sangat mengerikan, teror yang tidak berkesudahan.
Bagaimana kisah selanjutnya, ikuti novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peringatan
Hari sudah hampir senja. Hasil autopsi sementara akan keluar setelah tiga sampai empat hari lamanya. Sedangkan untuk hasil keseluruhannya sekitar memakan waktu hingga enam bulan.
Karena tidak adanya jasad yang akan dimakamkan, maka para pelayat memilih membubarkan diri, dan kini hanya tinggal Ture, Opung Boru dan juga Rumondang dirumah itu.
Sebenarnya ia tak ingin membuat Ture tahu tentang kematian Amangnya, namun semua tidak dapat dicegah, sebab bagaimanapun keluarga pasti ada yang mengabarkan padanya.
Sedangkan Imelda dan Ulina memilih untuk tidak pulang le rumah, sebab mereka juga baru sampao ke kota.
Kabar itu mengejutkan mereka, namun tidak membuat mereka syok, karena bagi.keduanya pria itu sudah layak untuk mati, sebab siapa juga yang mau mengurusnya dengan kondisi yang sangat menjijikkan seperti itu.
Hari mulai gelap. Baru saja beberapa hari yang lalu kematian Togar, kini rumah ini sudah kembali lagi berduka, dan kematian terus saja beruntun seolah sebuah rantai yang terus saling bertautan, dan tidak akan berhenti sebelum seluruhnya habis.
Ture berjalan menuju bilik disamping kandang babi. Hari yang semakin menggelap tak membuatnya merasa takut. Ia menatap ruangan dimana malam itu terakhir kali ia bertemu dari jarak yang cukup dekat, tetapi tidak berani untuk masuk, sebab bisa saja akan datang Polisi untuk mencari bukti lain.
Ia melihat pakaian bekas sang bapak yang ia letakkan didalam sebuah ember plastik sudah tak ada lagi ditempatnya, entah siapa yang menyingkirkannya.
Wuuuuush
Ia merasakan sebuah hembusan angin yang berdesir dengan halus menerpa wajahnya. Terasa begitu sangat dingin, dan menusuk hingga ke tulang.
Sesaat sebuah kelebatan bayangan melintas didepannya. Sesosok pria yang bertubuh kekar dengan darah yang membasahi tubuhnya, sepertinya ia sangat terluka parah, dan berjalan membelakanginya menembus kegelapan malam dan kabut embun yang mulai muncul.
"Amang," gumam Ture dengan lirih.
Deguban dijantungnya memburu. Ia sangat begitu penasaran, dan terlihat pria itu berjalan menuju pohon andaliman yang ada dibelakang rumah mereka dan berjarak sekitar lima puluh meter dari dari arah dapur.
"Amang," panggilnya dengan sedikit keras, berharap pria mendengarnya dan memperlambat langkahnya.
Rasa penasaran membuat Ture mengikuti sosok pria yang saat ini ia anggap sebagai ayahnya. Langkahnya dipercepat untuk mengejar pria tersebut.
Ia tak ingin tertinggal dan setengah berlari mengejar sosok tersebut melewati beberapa pohon cabai dan semakin mendekat dengan pohon andaliman yang memiliki banyak duri layaknya pohon jeruk.
Gadis itu tiba dibawah pohon tempat dimana saksi kematian sang Amang yang tergantung dengan wajahnya yang hancur, seolah dihempaskan berulang kali pada duri pohon tersebut.
"Amang, dimana kamu?" tanyanya dengan nafasnya yang tersengal. Dadanya terdengar bergemuruh, ia mengedarkan seluruh pandangannya diantara gelapnya malam yang kian sunyi.
Dedauanan mulai bergesekan dan menimbulkan suara berisik akibat terkena tiupan angin yang mulai berhembus.
Sesaat bulu kuduknya meremang, dan ia merasakan jika perasaannya tak nyaman.
"Amang, dimana kamu?" panggilnya dengan lirih. Kali ini tubuhnya terasa bergetar, bukan karena dinginnya angin malam, tetapi merasakan sebuah energi kegelapan yang seolah datang menuju kepadanya.
Ia melipat kedua tangannya didepan dada, dan ketakutan itu kian begitu kentara.
Angin meniup rambut lurusnya yang sepundak, dan membuat lambaian yang memperlihatkan lehernya yang berkulit putih.
"Boru Hasianku," ucap sesosok pria yang berada dibelakangnya, tepatnya dibawah pohon Andaliman.
"Hah!" Ture tersentak kaget. Ia memutar tubuhnya. Ia melihat satu sosok yang sangat dikenalnya, berdiri dengan senyum tipis dan menatapnya dengan sebuah kesedihan yang teramat dalam.
Wajah dan bibirnya sangat pucat. Ia begitu sangat menderita.
"Amang, boasa ho songon on mangarimangi?" (Ayah, mengapa kau sangat miris sekali?)" tanyanya dengan sangat prihatin.
Ia melihat jika pria itu seolah ingin meminta pertolongan padanya.
"Boruku, jaga dirimu, ingatlah pada Tuhan selalu, selamatkan ibumu, dan kedua kakakmu, serta warga desa" ucapnya dengan nada lirih.
Ture tercengang mendengar ucapan dari sang Amang yang menyiratkan sebuah permintaan yang begitu berat dan sangat besar.
"Apa maksudnya, Amang? Aku tidak mengerti?" ia masih tidak faham.dengan ucapan dari sang Bapak.
"Pergilah Boru Naburjuku, pergilah, selamatkan dirimu, selamatkan seluruh warga desa." sosok pria itu seolah mengusir Ture agar pergi menjauh.
Sosok itu semakin lama seolah semakin memudar, dan saat bersamaan, suara pekik kesakitan terdengar melengking menggema dikegelapan malam.
Dap dap dap
Terdengar suara langkah berat dikejauhan yang semakin lama semakin mendekat. Setiap langkahnya seolah menjadi pintu kematian bagi korban yang dipilihnya.
Langkah nan berat yang menggetar bumi, seolah terjadi sebuah gempa yang membuat siapa saja akan merasa takut dengan kehadirannya yang berasal dari alam kegelapan.
Ture berjalan mundur saat melihat sesook bayangan hitam yang terlihat dikejauhan.
Gesekan dedauanan semakin terdengar sangat berisik, dan pohon andaliman bergoyang kencang, seolah ingin menggugurkan buahnya yang tumbuh lebat.
Saat bersamaan, tiba-tiba saja pohon itu memercikkan darah yang seolah seperti shower yang mengeluarkan cairan pekat merah.
"Selamatkan dirimu, Boru.....," suara itu kembali menggema, lalu menghilang ditelan teriakan kesakitan yang terus menjauh.
Ture merasakan deguban jantungnya semakin memburu, dan ia berbalik arah untuk segera menyelamatkan dirinya, ia berlari sekencangnya dan mencoba menjauhi sosok bayangan hitam yang sedang mengejarnya.
"Huh, huh huh!" nafasnya terdengar memburu dan keringat dingin mengalir deras dari setiap pori-porinya.
Rambutnya melambai ke kanan dan kekiri mengikuti setiap gerakan larinya yang terus ia percepat.
Beberapa pohon cabai rusak dan tumbang karena ia berlari tanpa arah.
Entah mengapa jarak yang hanya lima puluh meter untuk menuju dapur seolah begitu sangat jauh dan berkilo-kilo meter, sedangkan ia dapat melihat dengan jelas pintu dapur, tetapi mengapa ia tak kunjung sampai?
Ia sudah sangat begitu lelah, hingga ia merasakan sebuah tangan menarik kerah pakaiannya dari arah belakang dan membuat ia merasakan dunianya semakin begitu sulit untuk mencapai rumah.
Ditengah kepanikannya, ia berteriak dengan sangat kencang, berharap jika seseorang datang menolongnya dan menyelamatkannya dari cengkraman makhluk mengerikan itu.
"Tuhaaaaan, tolooooooong...," pekiknya dengan ketakutan saat merasakan tubuhnya seolah terangkat keatas udara.
Gadis itu sangat panik, ia belum ingin mati, dan rasa itu ia imbangi dengan doa dan harapannya.
Buuuuurrr
Sebuah semburan memercik ke wajahnya, dan membuat ia tersentak kaget.
"Hah!" ia membuka kedua matanya. Wajah ketakutan masih terbias jelas dengan nafasnya yang terdengar tersengal.
"Syukurlah, akhirnya kau sadar juga," ucap.Opung Boru dengan nada sangat bahagia.
Ture yang merasakan kepalanya masaih pusing, tetapi merasa sangat penasaran dengan apa yang saat ini terjadi padanya.
"Akhirnya Tuhan kembali menyelamatkanmu," Opung Boru mengusap wajah cucunya dengan air yang telah dimantrai
berarti JK Harta Kekayaannya ikutan Musnah ,, Rumondang kembali jd Kismin lagi donk yaa ,, kembali ke Kehidupan Awal lg 🤔🤔😱😱
semoga jg Perkampungan yg td nya Mati kembali Hidup lagi dg banyak nya Masyarakat yg kembali ke Kampung Halaman nya lagi 🤗🤗🤗
Semangat Datu Silaban ,,, Kamu psti bisa Mengembalikan Tondi nya Ture lg ke Jasad nya ,, Aku menaruh Harapan Besar pada Mu , Datu 🥳🥳😘😘
Agam nya Selamat dr si Begu nya ,,, tapi Ture nya malah sdh tak berdaya ,, mna sdh di Cekik nya ,,, apakah Ture selamat , kak ❓❓🤔🤔
knp pula tu Tas yg berisi ramuan nya mlh jatuh dn hilang entaah kmna 😤🥺🥺
sumpah Loch aku deg degan bgt bacanya 😱😱
Takut jg si Agam mati di tangan si Begu 🙈🙈🙈
pdhal mereka baru menyatakan perasaan nya masing-masing Loch ,,, masa mo berpisah alam 😔🥺
ahahayyy tp kek mana dgn wrg desa yaaa kira2 akan ngamuk g ya
ogn nyebur aja dehh 🤣🤣🤣
kekasih hati yg blm terungkap secara lisan 🤣🤣🤣
ayo ture pasti berhasil doa tulus seorang anak demi keselamatan ibunya pasti didengar Rumondang berhasil memutus perjanjian pas diujung ture tercekik