NovelToon NovelToon
BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Cintapertama / Spiritual / CEO Amnesia / TKP / Tamat
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sarifah31

Bayangmu di Hari Pertama
Cinta yang tak lenyap meski waktu dan alam memisahkan.

Wina Agustina tak pernah mengira hari pertama OSPEK di Universitas Wira Dharma akan mengubah hidupnya. Ia bertemu Aleandro Reza Fatur—sosok senior misterius yang ternyata sudah dinyatakan meninggal dunia tiga bulan sebelumnya. Hanya Wina yang bisa melihatnya. Hanya Wina yang bisa menyentuh lukanya.

Dari kampus berhantu hingga lorong hukum Paris, cinta mereka bertahan menantang logika. Namun saat masa lalu kembali dalam wajah baru, Wina harus memilih: mempercayai hatinya, atau menerima kenyataan bahwa cinta sejatinya mungkin sudah lama tiada…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarifah31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 – Perempuan dalam Seragam Merah & Perjalanan Kembali ke Titik Awal

Malam melarut dalam kesunyian, menyelimuti rumah besar keluarga Ar-Rasyid dengan ketenangan yang semu. Di kamar yang tampak elegan dan rapi, Fatur terbaring di ranjang, matanya terpejam, tubuhnya tampak tenang… tapi pikirannya sedang tidak.

Dalam tidurnya, ia dibawa pada mimpi yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Dalam mimpi itu:

Ia berdiri di tengah lapangan luas, dikelilingi sorak-sorai dan terik matahari. Suara megafon menggema, suara yang asing tapi terasa akrab.

Puluhan mahasiswa berbaris, mengenakan pita merah di lengan dan topi kardus aneh. Mereka tertawa, bercakap, sebagian mengeluh kelelahan.

Dan di antara kerumunan itu, seseorang menoleh ke arahnya.

Seorang gadis.

Rambutnya dikuncir rendah, kulitnya kecoklatan sehat, dan matanya… seperti menatap langsung ke jantungnya.

Wajah itu—bersih, polos, dan penuh rasa takut tapi mencoba kuat. Seragam merahnya tampak kebesaran, dan topi kardusnya hampir miring menutupi sebelah mata.

Dia tersenyum.

Dan saat senyum itu muncul, dunia di sekelilingnya mendadak hening.

Suara megafon menghilang. Angin berhenti. Cahaya matahari perlahan menjadi keemasan. Hanya ada wajah itu.

Ia ingin melangkah, ingin memanggil… tapi ia tidak tahu namanya.

“Siapa kamu?” bibirnya bergerak pelan, tanpa suara.

Gadis itu tak menjawab. Tapi mata mereka saling menatap, dan untuk sesaat… ada rasa nyaman yang menyesakkan.

Lalu tiba-tiba, lapangan itu ambruk. Langit runtuh.

Dan suara keras menjerit dari kejauhan --- suara rem bus yang melengking dan bunyi dentuman logam menghantam batu.

Gelap.

Fatur terbangun.

Napaknya terengah, peluh dingin membasahi leher dan dahinya. Lampu tidurnya masih menyala, jam di dinding menunjukkan pukul 03.16 dini hari.

Ia terduduk perlahan, menatap ke arah jendela yang mulai berkabut.

> “Siapa dia…?”

Tangannya terangkat ke pelipis kirinya, tempat bekas luka samar masih terasa seperti bayangan permanen.

> “Kenapa… aku merasa aku pernah mengenalnya?”

Ia bangkit pelan, berjalan ke depan cermin.

Dan untuk pertama kalinya, wajahnya sendiri terasa… setengah asing.

Bukan karena perubahan. Tapi karena ada bagian dari dirinya yang tertinggal di suatu tempat—bersama senyuman gadis berseragam merah dan topi kardus itu.

Fatur meraih jurnal kecil kosong yang selama ini tak pernah ia tulis.

Dengan tangan gemetar, ia menuliskan satu kalimat pertama:

> "Aku bermimpi tentang seseorang yang membuatku ingin mengingat siapa aku sebenarnya."

***

Hari Minggu pagi datang dengan langit cerah dan angin yang berhembus pelan dari arah selatan. Di halaman depan rumah keluarga Wina, dua mobil mewah berhenti, dan suara salam serta tawa hangat menggema menyambut kedatangan keluarga Ar-Rasyid.

Dari dalam rumah, Wina yang sedang membantu Umi-nya memotong buah, buru-buru keluar saat mendengar suara itu.

“Assalamualaikum…”

Suara berat dan berwibawa terdengar dari Bapak Fathur Rahman Ar-Rasyid, disusul oleh sang istri, Ummah Dinda, serta dua anak laki-lakinya.

Yang pertama: Septyan Dewangga Ar-Rasyid — kalem, dewasa, dan selalu berbicara dengan tertata.

Yang kedua: Febriansyah Fatur Fahrezi Ar-Rasyid — diam, sesekali tersenyum, dan hari ini mengenakan kemeja linen putih dengan celana khaki. Terlalu mirip… terlalu akrab di mata Wina.

Mereka disambut dengan penuh kehangatan oleh Abi dan Umi Wina.

Jam terus berjalan. Obrolan antar orang tua mengalir lancar, tentang pekerjaan, masa muda, hingga nostalgia zaman kuliah Abi Wina dan Abah Rahman yang ternyata pernah sekamar kos selama 4 tahun di Jogja.

Di sela tawa dan suguhan kue, Ummah Dinda mendekati Umi Wina dengan suara pelan namun penuh arti.

“Bu, hari ini Fatur dan Wina nggak ada agenda, kan?” tanya Ummah Dinda.

Umi Wina tersenyum. “Wina lagi libur kantor. Kenapa, Bu?”

“Di jalan tadi Fatur bilang ingin tahu seperti apa kampus Wira Dharma. Katanya dia belum pernah ke sana.”

Ummah melirik Fatur sekilas dan tersenyum samar.

“Dan saya dengar kampus mereka sedang adakan pameran foto alumni. Mungkin bisa nostalgia dan sekalian bertemu teman-teman lamanya.”

Umi Wina mengangguk pelan, lalu memanggil Wina.

“Nak, temani Fatur ke pameran di kampusmu, ya. Ibu yakin kamu juga kangen teman-temanmu. Sekalian keluar sebentar, biar nggak suntuk.”

Wina membeku sesaat, lalu menatap Fatur yang tampak menunggu dengan tenang.

“Iya, Mi…” katanya pelan. “Boleh.”

Perjalanan ke kampus Wira Dharma butuh waktu hampir dua jam. Mereka naik mobil sedan hitam milik keluarga Ar-Rasyid, dengan Fatur menyetir sendiri.

Di sepanjang perjalanan, Wina tak banyak bicara. Ia memandangi jalan raya yang menghampar, pohon-pohon yang sesekali melintas di jendela, dan sesekali menatap wajah Fatur dari kaca spion tengah.

Fatur tampak fokus menyetir, tapi tatapannya seperti menyimpan sesuatu. Gelisah yang halus. Seolah ia tahu bahwa tempat yang akan mereka datangi bukan sekadar kampus… tapi sebuah pintu.

“Pernah ke Wira Dharma sebelumnya?” tanya Wina, mencoba mencairkan suasana.

Fatur menggeleng pelan. “Belum. Tapi entah kenapa… tempat itu nggak asing. Namanya, suasananya. Aku kayak pernah ke sana.”

Wina menatapnya lebih lama kali ini. “Mungkin pernah… dalam bentuk yang lain.”

Fatur menoleh sebentar, tersenyum tipis. “Maksudnya?”

Wina menggeleng pelan. “Nggak apa-apa. Nanti kamu lihat sendiri.”

Setibanya di kampus Wira Dharma, suasana tampak ramai. Balon warna-warni menghiasi gerbang depan. Poster-poster besar bertuliskan “PAMERAN FOTO KENANGAN ALUMNI WIRA DHARMA” terbentang di depan aula utama.

Wina menghela napas. Tangannya dingin. Di sini semuanya bermula—dan mungkin akan berakhir, atau terulang kembali.

Sementara itu, Fatur berdiri di sampingnya, memandangi bangunan kampus yang sederhana tapi berdiri kokoh. Matanya menyusuri selasar… dan berhenti di satu titik.

Selasar tempat Ale—dulu—pernah berdiri dan menunggu Wina.

Fatur mengernyit.

> “Aku… kayak pernah ke sini.”

“Tapi kapan?”

Dan dari kejauhan, angin membawa suara samar yang hanya Wina bisa rasakan.

Suara megafon.

Suara kenangan.

Suara cinta yang belum sempat selesai.

------ 🙄😱🥺------

Bab ini ...

Membuka pintu bawah sadar Ale, yang mulai membisikkan kembali potongan-potongan masa lalu. Mimpi tentang Wina adalah langkah pertama menuju pengembalian identitas dan ingatan yang telah lama hilang.

Dan mengantarkan mereka kembali ke tempat asal segala pertemuan, dan memperkuat rasa bahwa Fatur bukan hanya Fatur… tetapi jejak masa lalu yang perlahan ingin pulang.

1
Nurul An-nisa
iya ya, sampe sekarang belum ada alasan kenapa harus Wina
drpiupou
duh apa ada kemungkinan Fatur gidup
drpiupou
sedih banget omongan si Ale Ale ini
Sarifah Aini: Ale Ale rasa apa kak 😂
total 2 replies
drpiupou
apakah kamu akan memilih Ale?

ku harap kamu milih aku sih
Afriyeni Official
tetaplah di sisinya Wina, lambat Laun ia akan pulih dari lukanya yang tak terlihat.
Afriyeni Official
cuma Wina yang belum tahu kalau Fatur adalah Ale
bluemoon
sarapan dulu win lain kali
Aquarius97 🕊️
keren Thor 👋🏻 semangatt
Aquarius97 🕊️
huwaaaaa.... beneran kan Ale ternyata koma .. eh firasat ibunya Ale kuat banget yak
Aquarius97 🕊️
Alee... ahhhh jadi Ale.... masih hidup /Sob/
sjulerjn29
tu kan bener ceuk aku oge ale eta teh..🤭
wina akhirnya pujaan hatimu masih hidup
Iqueena
Yang jelas perasaanmu itu untuk Ale Win, karena dia yg pertama kamu liat, walau bukan sebagai manusia 🥹
Iqueena
Wahhhh, keren plot twist nya kak 👏🏻
Iqueena
Jadi Fatur itu Ale?
Xlyzy
Ale sebenarnya kamu ini manusia apa atau hantu si
Dewi Payang
Sampai kini aku tetap berharap Fathur adalah Ale.....
Ceyra Heelshire
kalau orang liat, bisa dikira gila sih
Drezzlle
Betul Wina
Dasyah🤍
aku doain yah moga moga Fatur benaran Ale
༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻
Ale km hrs bersyukur bertemu mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!