Zanna Kemal lebih memilih tinggal seorang diri setelah ayahnya meninggal dunia dari pada tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, hidup dengan sederhana menjadi seorang perawat di rumah sakit swasta di kota Praha. Anna begitu ia disapa suatu hari terpilih menjadi perawat untuk merawat anak sang pemilik rumah sakit tempatnya bekerja yang bernama Kerem Abraham, ia sudah terbaring koma selama dua belas tahun akibat kecelakaan yang dialaminya.
Setelah beberapa bulan merawat Kerem, pria itu pun akhirnya sadar dari komanya, tapi sejak Kerem sadar mereka tidak pernah bertemu lagi.
Bagaimana kisah pertemuan mereka kembali sehingga keduanya terikat dalam sebuah pernikahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prasangka
“Terpilih untuk merawat apa?”
“Kucing.” Sambung Kerem lalu tertawa keras membuat Anna merengut kesal.
“Iya merawat kucing paling menyebalkan di dunia ini,”bathin Anna melototkan matanya, melihat wajah Kerem yang begitu bahagia kalau sudah membullynya. Ingin rasanya Anna mencakar wajahnya yang begitu menyebalkannya.
“Kenapa menatapku seperti itu,” protes Kerem menyuapi makannya.
“Tidak, siapa yang menatapmu,” kilah Anna mengalihkan tatapanya sembarangan.
“Sudah jelas masih saja mengelak, “bathin Kerem tanpa melepasakan tatapannya pada Anna. Keduany menghabiskan makannya tanpa ada yang bersuara lagi hanya sesekali mereka saling tatap, tapi keduanya sama-sama mengalihkan tatapannya saat terdengar ada yang memanggil nama mereka berdua.
“Kerem…Anna...” Keduanya serentak menolehkan wajahnya , air dalam mulut Anna menyembur keluar begitu melihat Maryam berdiri tak jauh dari meja makan. Ia mengambil tisu di depannya dan melap mulutnya.
“Mammy,” sapa Kerem menyusul Maryam lalu mengambil dua kantong besar di tangan ibunya. “Kenapa mommy tidak bilang kalau mau datang.”
“Mommy mengantarkan bekal untukmu, pasti semua stok makananmu dalam kulkas sudah kosong.” Maryam mengalihkan tatapanpnya pada Anna yangsedang berjalan kearahnya.
“Selamat siang bibi,” sapa Anna sopan senyum mereka dibibirnya mencoba menutupi kegugupannya.
“Sayang bibirmu kenapa,” tanya Maryam menyipitkan matanya melihat memar di sudut bibir Anna, Anna dapat merasakan suara dan tatapan kekwatiran Maryam padanya. “Aduh...ini pasti sakit sekali,” ia mengusapnya sangat lembut membuat Anna tersenyum dengan penuh kebahagian merasakan kasih sayang Maryam yang begitu tulus.
Tatapan Maryam berpindah pada Kerem, menatapnya dengan sorot mata mengintrogasi minta penjelasan sehingga membuat Kerem menelan ludahnya.
“Kenapa mommy menatapku seperti itu,” Kerem berucap meletakan kantong di tangannya di atas meja makan.
“Apakah mommy harus menjelaskan dulu, kenapa bibir Anna, apa...
Tau Maryam akan menjadikan Kerem sebagai penyebab luka pada tubuhnya, dengan cepat ia memotong perkataan Maryam.
“Bibi, bukan Kerem yang…
Anna tak melanjutkan ucapanya melihat Maryam mengangkat tangannya menatapnya sambil menggelengkan kepalanya, tatapan kembali berpindah pada kerem.
“Mommy, jangan berpikir yang aneh-aneh. Mana mungkin aku menyakiti kekasihku sendiri,” Kerem berucap sambil merangkul pinggang Anna dan menariknya merapat ke tubuhnya tidak sampai disana ia juga mengecup puncak kepala Anna lembut.
“Iya kan sayang,” lanjutnya menatap bola mata Anna bergantian, Anna pun mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya tak lupa
memaksakan senyum dibibirnya.
“Lalu kenapa bibir Anna sampai terluka seperti itu.” Tanya Maryam melunak menatap Kerem dan Anna bergantian. Kerem melirik Anna yang tertunduk sambil menarik-narik ujung gaunya. Ia mengusap lembut punggung Anna dapat merasak kalau Anna mungkin tak mau membahas atau mengingat kejadian buruk itu.
Kerem menarik napas panjang menatap ibunya serius sehingga membuat Maryam menautkan kedua alisnya,” Mom semalam Anna mengalami hal buruk.”
“Hal buruk? Apa maksudmu,Nak.” Wajah Maryam langsung tegang apalagi melihat sikap Anna yang tertekuk.
Kerem menceritakan semuanya kepada ibunya tentang kejadian yang dialami oleh Anna, Maryam merasakan kakinya lemas mendengar cerita putranya, ia meraih tubuh Anna dalam pelukannya dan menghibur Anna yang kembali menangis.
“Alhamdulilah ya Allah, Engkau masih meyelamatkan colan menantuku,” lirihnya mengusap kepala Anna penuh kasih sayang. Anna begitu nyaman dalam pelukan Maryam sudah lama ia tidak menadapatkan peluakan hangat dari seorang ibu sejak ibunya pergi meninggalakn dirinya dan ayahnya.
Maryam melepasakn pelukannya mengusap sisa-sisa air mata di pipi Anna,” sudah jangan menangis lagi,” ucapnya begitu menenangkan. Tatapan Maryam berpindah pada Kerem mengusap lembut lengan putra bungsunya itu.
“Mommy ingin kau mengantar dan menjemput Anna kalau ia berpergian,”tutur Maryam serius. Anna yang begitu terkejut dengan perkataan Maryam menyentuh lengannya,” Bibi, tidak perlu aku tidak ingin merepotkan Kerem. Lain kali aku akan lebih hatu-hati,” tolaknya lembut.
“Tidak Anna sayang, kau itu bukan orang lain tapi kekasihnya dan juga calon istrinya jadi tidak ada yang merasa direpotkan disini.”
“Benarakan sayang.” Tanyannya pada Kerem.
“I-iya, tentu saja tidak akan merepotkanku,” sahut Kerem memaksakan senyum dibibirnya menolak perintah ibunya sama saja dengan bunuh diri.
“Apa bibi bilang. Ayo sekarang lanjutkan kembali makan kalian,” perintah Maryam mengajak keduanya kembali duduk di meja makan. Anna dan Kerem kembali melanjutkan makan siangnya, Maryam hanya menatap keduanya bergantian dengan senyuman bahagia yang terus menghias bibirnya, sesekali terdengar obrolan santai mereka yang terkadang diiringi tawa yang terdengar
begitu menenangkan.
Kerem kembali ke kantor setelah selesai makan siang meninggalkan Anna dan ibunya di apartemennya, karena ibunya masih ingin bersama Anna.
****
Elif mengetuk pintu apartemen Anna dan memanggilnya tapi sudah beberapa kali ia melakukannya tapi tetap tak ada sahutan dari dalam, Elif kembali dilanda cemas karena saat ia mencoba menghubungi ponsel Anna nomornya tidak aktif. Ia menunggu di depan pintu mungkin saja Anna tengah tertidur. Tapi
setelah menunggu sekitar sepuluh menit ia kembali mengentuk pintu dan memanggilanya tapi tetap tidak ada sahutan.
Elif memutuskan turun dan menunggu di depan saja, mungkin saja Anna sedang pergi keluar untuk membeli sesuatu. Elif duduk di bangku di depan apartemen Anna, baru saja ia mendudukan tubuhnya ia meihat sebuah mobil yang sangat dikenalinya berhenti di jalan depan gerbang apartemen Anna.
“Itu kan mobil tuan Kerem apa yang ia lakukan disini,” guman Elif terus mengamati mobil itu.
Mata Elif melebar dengan sempurna dengan kedua tangan menutup mulutnya menatap tak percaya saat melihat Anna turun dari mobil Kerem. Elif mengerjapkan matanya beberapa kali memastikan ia tidak salah lihat. Tapi ternyata itu memang kenyataan karena gadis itu benar-benar Anna. Ia melihat mobil itu
pergi dan Anna pun berlajan memasuki pekarangan apartemen.
“Anna….”
Mendengar namanya dipanggil Anna pun mengangkat wajahnya yang
sejak tadi ia tekuk. ia melihat Elif berjalan kearahnya dengan langkah lebar.
“Elif, aduh…aku lupa kalau dia mau datang, semoga saja ia tidak melihat mobil Kerem,” bathin Anna sedikit cemas.
Elif menghentikan langkahnya ketika terpisah jarak sekitar satu meter saja dari Anna, ia sudah menatap Anna sorot mata penuh selidik dan melipat kedua tangannya ke dadanya.
“Bisa kau jelaskan padaku kenapa kau bisa turun dari mobil tuan Kerem.” Ia bertanya tanpa melepaskan tatapnya pada Anna.
Aduhhhh, dia melihatnya.
“A-aku..
“Apa ada yang kau sembunyikan dariku,” tanyannya lagi dengan tatapan tak senang karena merasa kecewa pada Anna.
“Itu tidak seperti yang kau pikirkan, dia hanya mengantarkan aku pulang saja,” sahut Anna pelan sambil menaikan tali tasnya ke bahunya. Elif terkejut melihat siku Anna yang terluka karena kemarin terakhir bersamanya ia tau Anna tidak ada goresan sedikit pun pada tubuhnya.
“Tanganmu kenapa?” tanyanya menahann tangan Anna dan mengamati luka itu. Ia kembali menatap Anna dan juga terkejut ternyata juga ada luka juga di sudut bibirnya.
“Bibirmu juga terluka,” ia berkata sambil menyentuh lukanya, ia menatap bola mata Anna bergantian. Tidak puas sampai disitu Elif kembali memeriksa tubuh Anna yang lain, Anna hanya diam membiarkan Elif melakukannya.
“Anna…!” terdengar pekik Elif saat kembali melihat luka dilutut Anna. “ Apa yang terjadi padamu, siapa yang melakukannya semua ini.”
.
.
.
,
Bersambung
Selamat membaca 🙏🙏🙏
Kenapa g up semalam karena super duper sibuk 😆😆😆 ( aduuhh kayak pejabat saja)
Jangan lupa tinggalkan jejak readers ❤
langkah seribu si ana👻