dapat orderan make up tunangan malah berujung dapat tunangan.Diandra Putri Katrina ditarik secara paksa untuk menggantikan Cliennya yang pingsan satu jam sebelum acara dimulai untuk bertunangan dengan Fandi Gentala Dierja, lelaki tampan dengan kulit sawo matang, tinggi 180. Fandi dan Diandra juga punya kisah masa lalu yang cukup lucu namun juga menyakitkan loh? yakin nggak penasaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gongju-nim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
025. Jebakan Jodoh
Ingin rasanya Randu menginjak pedal gas dengan sekuat tenaga agar mobil yang dikendarainya menabrak mobil si brengsek Bimo di depannya, namun mengingat Sisilia yang juga berada di dalam sana membuat Randu mati-matian menekan emosi. Dirinya tidak ingin membuat celaka Sisilia, untuk urusan mobil, Randu sendiri tidak ingin ambil pusing. Uangnya banyak, untuk mengganti satu mobil Fandi, dirinya masih sangat mampu. Bila perlu, dirinya akan melepas seragam dan masuk kedalam perusahaan milik keluarganya sesuai keinginan sang ayah.
"Brengsek. Kenapa nggak bilang dari tadi Git?" Ucap Randu agak kesal.
Seandainya dari tadi Diandra dan Githa mengatakan alasannya, mungkin dirinya akan membawa kabur Sisilia saja. Nasi sudah menjadi bubur, mau buat apa waktu tidak bisa diulang lagi. Pantas saja Diandra dan Githa sangat ngotot, ingin dirinya mengikuti Sisilia.
"Ya maaf. Ingat Jangan gegabah, ikutin aja terus. Seengaknya Sisilia bakalan aman kalau elu bareng dia bang." Githa berkata penuh harap pada Randu.
"Bener." Diandra mengangguk, "Tolong banget bang, gue takut Sisilia beneran nekat." Diandra berujar risau.
"Nekat apa?" Randu bertanya heran, masih banyak pertanyaan di kepalanya namun tidak bisa diutarakan sekarang karena harus membagi fokus antara menyetir, mendengar, dan melihat mobil Bimo didepannya.
Lengah sedikit, Randu bisa kehilangan jejak. Sisilia bisa saja celaka. Sial, memikirkannya membuat Randu ingin segera menghajar si brengsek itu.
"Bu*nuh diri." Diandra berkata pelan hampir tak terdengar tetapi masih bisa didengar oleh Randu dengan jelas.
Randu lagi dan lagi mencengkram erat kemudi. Sangat erat, bahkan mungkin bisa mematahkan kemudi jika Randu tidak setengah mati menahan emosi.
"Brengsek." Randu memukul setir, di kepalanya bahkan terlintas untuk menabrak mobil Bimo saja saat ini.
"Jangan gegabah, ingat di mobil itu ada Sisilia. Lu buat dia celaka, gua sama Fandi nggak akan segan-segan buat ngehajar elu." Jerry berseru tegas seakan bisa membaca isi pikiran Randu.
"Nggak, tenang aja. Gue masih waras." Randu menyahut tegas, Sisilia tidak boleh lecet sedikitpun.
Randu masih terus mengikuti mobil Bimo, hingga mobil yang dikendarai lelaki brengsek itu berbelok kearah sebuah penginapan kecil di pinggiran kota tak seberapa jauh dari tempat mereka nongkrong tadi. Randu menunggu beberapa saat hingga terlihat Sisilia keluar mobil dengan tergesa lalu disusul oleh Bimo yang terlihat agak sempoyongan. Panggilan teleponnya masih terhubung dengan Fandi, Randu melaporkan semua yang dirinya lihat kepada mereka yang masih berada di cafe.
"Pantau aja dulu bang, jangan langsung keluar. Kita perlu bukti." Githa memberi saran pada Randu, jangan sampai mereka kembali tidak mendapatkan bukti.
Sebenarnya Diandra, Githa, dan Ferdinand dulu pernah mengikuti Sisilia seperti Randu, namun karena terlalu gegabah, mereka tidak berhasil mendapatkan bukti.
"Jangan dimatiin, kita kesana sekarang. Sherlock!" Fandi berseru dengan panik.
Sisilia mendadak menelpon Diandra, wanita itu terdengar menangis. Diandra juga ikut menjadi panik sehingga melupakan Randu yang sedang berada disana.
"Jangan keluar dari mobil, gapapa Sisilia babak belur yang penting nggak sampe diseret masuk kedalam." Githa berseru panik, dirinya panik melihat Diandra panik juga takut Randu keluar dari mobil dan membuat mereka kembali tidak mendapatkan bukti.
"Dasboard gue arahin ke mereka." Fandi juga berseru tak kalah panik.
Randu sendiri hanya bisa menjambak rambut, dirinya ingin turun saat ini juga. Tetapi jika turun mereka tidak akan mendapatkan bukti kuat perbuatan Bimo. Saat ini Bimo belum terlihat berlaku kasar, lelaki itu hanya keluar dari mobil lalu mengejar Sisilia.
"Heh! Kamu berani ngelawan aku?! Hah!" Bimo berseru marah.
"Jangan gila lu ya! Gue nggak mau bareng*sek!" Sisilia menunjuk wajah Bimo dengan marah.
"Sayang ayolah. Semua pasangan juga kayak gini, jangan takut. Oke?" Bimo berkata dengan lembut, meyakinkan Sisilia agar mau masuk kedalam.
"Enggak! Gue nggak mau! Please, gue mau pulang." Sisilia mulai menangis kembali, sambungan telponnya masih terhubung dengan Diandra sehingga Randu bisa mendengar percakapan mereka.
Fandi dan Diandra saat ini berada di mobil Diandra, sedangkan Jerry dan Githa berada di mobil Jerry. Setelah membayar mereka bergegas menyusul Randu, dengan mobil Diandra memimpin jalan. Untung saja lalu lintas tidak terlalu ramai sehingga memungkinkan mereka untuk sampai disana lebih cepat.
"Jangan munafik kamu, kamu sering keluar masuk hotel sama banyak cowo! Sama aku yang jelas-jelas pacar kamu sendiri, kamu nggak mau!" Suara Bimo terdengar lantang berseru, telunjuknya mengarah ke wajah Sisilia yang mulai memerah. "Jangan sok suci kamu perempuan murahan!"
"Brengsek!" Randu memukul setir dan hampir keluar dari dalam mobil jika permintaan Diandra yang diiringi dengan tangisan tidak masuk ke indra pendengarannya.
"Please jangan keluar, ini jalan satu-satunya buat Sisilia lepas dari bangsat itu. Tolong bantuin, jangan keluar dulu." Diandra berkata dengan pelan, dirinya menangis mendengar tuduhan tak berdasar yang Bimo layangkan pada Sisilia.
Sisilia memang beberapa kali pemotretan di beberapa hotel ternama, baik didalam negeri maupun luar negeri. Namun Sisilia selaku ditemani oleh salah satu sahabatnya, jikapun mereka tidak sempat ikut maka Sisilia akan membawa Ibu serta adiknya. Pekerjaannya sebagai model menuntut Sisilia agar selalu bisa berbuat profesional, sebagai tulang keluarga membuat Sisilia akan menerima tawaran pekerjaan selama pekerjaan itu tidak berlebihan. Untuk busanan sendiri, Sisilia juga tidak terlalu pilih-pilih selagi bukan pakaian yang terlalu terbuka.
"Itu semua cewek yang pernah jadi selingkuhan elu! Bukan gue! Lu lupa nikah karna apa?! Hah?!" Sisilia berseru marah lalu menunjuk wajah Bimo, "Lu buntingin anak orang brengsek!"
"Sialan kamu!" Bimo mendekat lalu menyeret paksa Sisilia kedalam penginapan.