Apa dasar dalam ikatan seperti kita?
Apa itu cinta? Keterpaksaan?
Kamu punya cinta, katakan.
Aku punya cinta, itu benar.
Nyatanya kita memang saling di rasa itu.
Tapi kebenarannya, ‘saling’ itu adalah sebuah pengorbanan besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episot 29
Indahnya suasana taman belakang dengan sungai buatan yang aestetik, tidak lagi menarik.
Kavi membawa Puja langsung ke kamar tidur.
Semalam.
.
.
.
KRIIIING!!!!
Alarm jam lima pagi dimatikan Kavi dengan tangan meraba-raba karena katup mata yang masih sangat lengket untuk terbuka. Dia tak peduli suara itu, lanjut kembali tidur sembari memeluk istrinya yang masih lelap dalam keadaan tidak berbaju.
Ya, pada akhir adegan itu terjadi.
Setan mengalah dan pergi.
Sementara detak jarum jam terus merangkak jauh.
Di tempat lain.
"Kavi, kemana bocah itu pergi?" Aji Manggala meradang marah. Ponsel yang baru saja digunakannya digenggam dalam kepalan hingga mengurat.
Gia Marta baru saja menghubungi karena rapat penting kedua akan segera dimulai. Namun sebagai penanggung jawab utama, Kavi justru belum nampak batang hidungnya di kantor. Ponselnya mendadak mati dan tidak bisa dihubungi.
Waktu semakin siang, semua staf yang terlibat sudah menunggu mengisi semua kursi. Mereka mulai bicara satu sama lain karena waktu mereka juga tak banyak jika dihabiskan hanya untuk menunggu.
Aji terus mengutuk, telepon Kavi sama sekali tidak tersambung. Menghubungi Arjuna, pria itu mengatakan tidak tahu juga sama-sama tak bisa menghubungi Kavi maupun Puja.
"Papa gantilah baju dan bersiap, gantikan Kavi menghadiri rapat. Mama akan terus coba menghubungi anak itu." Sebagai seorang ibu, Bening bukannya marah, yang dia rasakan justru kecemasan putranya sedang dalam masalah.
.
.
Getaran ponsel Puja di dalam tasnya yang tergeletak di atas sofa, akhirnya terdengar dan sampai di telinga Kavi.
Dengan wajah sembab khas bangun tidur, dia menoleh istrinya lalu tersenyum, wanita itu masih terlelap. Sekilas dikecupnya kening Puja sebelum akhirnya turun dari ranjang.
Celana yang tercampak di lantai, digamit lalu dikenakannya.
Kepalanya masih terasa pening karena jam tidur yang kurang juga olahraga malam yang banyak menguras energi.
Dia melangkah menuju sofa, ponsel Puja kembali bergetar setelah mati beberapa saat. Dia mengambil untuk melihat siapa gerangan yang terus menghubungi istri yang baru dijamahnya setelah dua bulan menikah itu.
"Mama!"
Tidak terkejut sebenarnya, Bening memang sangat menyayangi Puja dan sering bertukar kabar melalui telepon. Kavi hanya ingin tahu apa yang ingin dikatakan ibunya pada kegiatan telepon pagi ini. Tapi saat akan mengangkat, panggilan itu mati. Layar kembali ke semula dengan wallpaper wajah cantik Puja saat tersenyum, senyum yang kemudian tertular juga pada dirinya.
Detik berikutnya Kavi penasaran, ada banyak panggilan tak terjawab yang terpampang. Segera dia mengecek untuk mengetahui siapa saja yang sudah menghubungi istrinya sejak semalam.
Arjuna, nama itu berada di urutan pertama, Kavi mendengus menanggapi itu. "Calling sampai sepuluh kali, apa-apaan dia?"
Berikutnya ada nama Luna, Manager Divisi, dua nama lain yang merupakan staf divisi Puja, dan yang terakhir sebelum ibunya tadi ... Jimmy Ardana.
"Sialan itu," geram Kavi, tertuju pada lelaki anak emas ayahnya di perusahaan Manggala itu.
Lupa attitude, Kavi jadi penasaran banyak tentang isi dan aktifitas virtual Puja dalam ponselnya. Dia bahkan sampai duduk di sofa untuk mengambil posisi nyaman.
Tidak ada yang aneh, semua nampak biasa. Pun pada pesan chat yang berjejer dari beberapa kontak, termasuk Arjuna dan Jimmy. Hanya obrolan ringan yang tak patut dicurigai.
Sampai kemudian pandangan Kavi jatuh pada sesuatu di layar depan ponsel pintar milik istrinya itu.
"Jam sembilan!" pekiknya sontak berdiri dan membelalak. Langsung kelabakan mencari ponselnya sendiri. Dia harus menghubungi Gia segera terkait rapat yang harus dimulai pukul 8.30.
"Sial, sial, sial!"
Setelah memperingati para karyawan yang nongkrong di kedai semalam bersama Puja tentang disiplin kerja, pada akhir dia yang memakan semua peringatannya sendiri.
Bos tolol!
Dengan serampangan mencari, ponsel ditemukannya di saku jas yang semalam dia kenakan.
Baru ingat jika semalam ponselnya dia matikan sengaja karena kesal dengan Eva Liora yang tak bosan terus menghubunginya.
Segera dikembalikan benda pintar itu ke posisi on.
Benar saja, ada banyak notifikasi panggilan terbengkalai dari Gia ditambah beberapa pesan.
Tepat saat dia akan menelepon sekretarisnya itu, sebuah panggilan video masuk, dari mamanya.
"My God!" geramnya. "Kenapa Mama mengganggu di saat urgent begini?"
Walau cukup kesal, diangkatnya juga panggilan itu.
"Ya, Ma!"
"KAVI! AKHIRNYA KAMU ANGKAT TELEPON JUGA. MAMA PAPA KHAWATIR! KAMU ADA DI MANA, ANAK NAKAL?!”
Kavi menutup telinga dengan berondongan ibunya yang seperti petasan meledak-ledak. Suara kerasnya membuat sakit gendang telinga.
"Aku baik-baik aja, Maaa! Aku baru bangun tidur!"
"Anak nakal! Kamu lupa hari ini ada rapat penting?! Papamu marah dan sekarang dia terpaksa gantiin kamu padahal kerjaannya sendiri sibuk!”
Pemberitahuan Bening justru menyenangkan hati sialan itu. Senyumnya mengembang lebar dengan perasaan lega. "Ah, ternyata Papa. Syukurlah. Titip makasih sama Papa, Ma.”
"Kamu! Dasar an--" Umpatan Bening terpotong sendiri, wajah kesalnya berganti kernyitan dalam. Memerhatikan tampilan anaknya dengan seksama. "Kavi, kamu ada di mana sebenarnya?”
Mendengar pertanyaan itu, Kavi langsung mengamati dirinya sendiri yang tiba-tiba ditelisik ibunya. "Aku ada diー”
Namun sebelum usai dia menjawab, Bening sudah menyemprot, "Kamu di hotel? Bersama seorang wanita?!"
"Nggak, Mama! Hotel apaan?!” tampik cepat Kavi.
"Itu perempuan yang meringkuk di ranjang itu, siapa, hah?!"
Sontak Kavi menoleh ke belakang, lalu melihat layar bagian dirinya, ternyata Puja tak sengaja terekspos kamera ponselnya. "Uhm, dia--
"DIA SIAPA?! KAMU MENYELINGKUHI ISTRIMU?"
Kavi mendadak gagap, bingung dan garuk-garuk kepala. Kamera sudah dia alihkan dari pemandangan Puja, namun ....
"Kavi, siapa yang menelepon? Kenapa ribut begitu?”
Suara serak Puja sungguh sangat mengejutkan ibu dan anak.
"Ah!”
Jika dia jujur kalau itu Puja, rasanya masih terlalu malu pada ibunya. Tapi jika berbohong ....
"Kavi ...." Suara Bening menajam, sekalian dengan matanya.
Dan Puja, mendengar suara wanita dari ponsel Kavi, langsung melengak tanpa memindai lebih dulu. Pikirannya langsung tertuju pada para wanita yang selama ini sibuk menggoda suaminya baik secara nyata maupun virtual seperti sekarang.
Tanpa berpikir panjang, selimut ditarik hingga ke dada, lalu bangkit dan turun dari ranjang. Dengan wajah kesal dan rambut acak-acakan, direbutnya ponsel dari tangan Kavi dengan cara kasar.
"HEY, KA--"
Niat makinya seketika terhenti setelah mendapati wajah itu, wajah Bening, ibu mertuanya. "MaーMa!" Auto melebarkan mata dengan sempurna.
Tak jauh di seberang, Bening juga langsung terkejut setengah mati. "Puja ... i-itu kamu, Sayang?" tanyanya. Bukan terkejut karena yang lain, tapi keadaan tampilan Puja yang menggemaskan. "Oh, my God!" Wajahnya seketika menjadi cerah dan bersukacita.
Pikiran Bening tentu langsung merujuk ke sana. Kavi dan menantunya sudah melakukan selayaknya suami istri. Terlihat dari keadaan yang sama kacau, tapi justru membahagiakan untuk dirinya.
Kepalang sudah, Puja tak bisa menghindar lagi. "Se-selamat pagi, Mama.”
perjalanan dan ekspansi bisnis mungkin bisa jadi pembelajaran juga buat pembaca..
tetaplah berkarya dan menjadi yang terbaik.. 👍👍😍🙏
jadi lupakan obsesi cintamu puja..
ada jim dan jun, walaupun mereka belum teruji, jim karena kedekatan kerja.. jun terkesan memancing di air keruh..