Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Dia pemilik hati
Sebenarnya pesan yang di kirim Vanya itu pesan sederhana, tapi tentu saja tidak sesederhana itu bagi Maureen apa lagi pesan itu dikirim pada Essa.
‘Sa, kamu lagi ngapain? Udah makan belum?’ isi pesan yang dikirim Vanya.
‘Udah baru aja Reen. Kamu sendiri?’ Essa membalas.
Deg...
Jantung Maureen berdetak dengan cepat, dia melirik Vanya seolah meminta pendapat.
“Bales gih,” ujarnya.
Maureen mengangguk pelan, entahlah mengapa dia sangat gugup padahal dia dan Essa berjauhan.
‘Gue juga lagi makan siang bareng Vanya,’ tulis Maureen.
“Elu harus traktir gue sebagai imbalannya,” ujar Vanya sambil meminum habis jus jeruk dari gelasnya.
“Entar kalau berhasil gue traktir, sekarang kan masih tahap pendekatan jadi belum berhasil.” Sanggahnya.
“Eh Reen, kenapa gak langsung lu sosor aja Bang Essa, kalian kan udah sah gak usah repot-repot kaya gini. Dia pasti gak bakalan nolak diajak begituan ama elu.” Cetusnya.
“Kampret lu! Kagak, gila aja ya, mau di taruh dimana muka gue Vanya. Lagian mana ada cewek duluan yang ngajak begituan ke cowok, apa lagi gue masih perawan anjir. Gak ada harga dirinya banget dong gue.”
“Ngajakin suami ninu-ninu duluan itu pahalanya gede tahu.”
“Bodo amat soal pahala, rasa malu gue lebih gede dari pahala yang akan gue dapet.” Ujarnya.
“Ck, serah lu dah, gue kan cuma ngasih saran.”
Waktu pun berlalu, kini Maureen harus kembali berkutat dengan pekerjaannya. Laporan yang dia buat pun harus segera diserahkan pada Manager baru mereka.
Maureen mengetuk pintu dua kali sebelum masuk, setelah mendapat ijin dari sang pemilik ruangan barulah dia melangkah masuk.
Diluar dugaan, ternyata Manager baru itu adalah Arkan orang yang selalu berusaha ia hindari akhir-akhir ini. Dia menatap Maureen dalam diam, pun dengan Maureen. Dia lekas memutus pandangan, kemudian menaruh laporan itu di meja Arkan, karena tak ingin lama-lama berduaan di satu ruangan yang sama Maureen pun beranjak pergi. Namun suara Arkan menghentikan langkahnya kembali.
“Tunggu, kamu tidak boleh pergi sebelum saya lihat laporannya,” ucapnya terdengar formal.
Dengan terpaksa Maureen pun berbalik dan berdiri di posisi semula.
Arkan membuka buku laporan tersebut, menelaah tiap baris kata, seolah sengaja ingin membuat Maureen berdiam lama di ruangannya.
“Pak, saya harus kembali bekerja, jika sudah saya permisi dulu,” ucap Maureen, dia rasa lima menit cukup untuk membaca laporan yang tak seberapa itu, tapi setelah sepuluh menit berlalu Arkan masih saja diam, seakan sengaja mengulur waktu agar Maureen tetap dalam posisinya sekarang.
“Tunggu masih belum, saya menemukan kejanggalan di laporan ini. Data pengeluaran dan pemasukan uangnya tidak sama, kamu harus memperbaikinya.” Ujarnya sambil mendongak menatap Maureen.
“Baik saya akan memperbaikinya,” sahut Maureen, dia hendak meraih kembali buku tersebut namun Arkan lebih dulu menarik tangannya.
“Lepasin aku Arkan, kamu benar-benar kurang ajar ya!” kesal Maureen, dia menepis tangan Arkan dari lengannya. Hilang sudah sikap formal yang sebelumnya mereka tunjukkan.
Dia mendengus senyum, “dalam sekejap aku berubah jadi laki-laki kurang ajar di mata kamu Reen, apa hubungan kita selama setahun ini tak ada artinya buat kamu? Kamu bisa dengan cepat melupakan aku, sedang aku, kamu tahu aku seperti mayat hidup.” lirihnya.
Maureen mendengus tawa, “sejak kapan mayat hidup bisa naik jabatan secepat kamu Kan, jangan ngada-ngada deh. Jangan berkata seolah aku yang bersalah disini.”
“Maureen, sekarang kita sudah tahu rahasia masing-masing, aku sudah menikah dan kamu juga. Sejujurnya aku tidak peduli soal itu, perasaanku padamu masih tetap sama.”
Maureen mengerutkan keningnya, “apa maksudmu dengan mengatakan itu? Tidakkah kau memikirkan perasaan istrimu?”
“Aisyah sudah tahu sejak awal kalau aku mencintaimu Maureen, aku tetap bertahan dalam pernikahan ini karena orang tua kami.”
“Terserah, aku sudah tidak ingin punya hubungan apa-apa lagi denganmu. Sekarang aku ingin melanjutkan hidupku sendiri, pernikahanku dan suamiku.”
“Suami? Kau pikir aku tidak tahu seperti apa pernikahanmu dengannya,” dia mendengus tawa.
“Ya awalnya hubungan kami memang sebuah kesalahan, tapi sekarang aku jatuh cinta padanya aku ingin menjadikan hubungan yang salah ini menjadi benar, jadi aku mohon jangan ganggu aku lagi.” Tegas Maureen.
“Hebat sekali Maureen, dengan mudahnya cintamu bisa berpindah kelain hati. Lalu bagaimana dengan aku?”
“Arkan, aku yakin kau juga bisa memperbaiki hubunganmu dengan istrimu, cobalah buka hatimu untuknya. Mbak Aisyah wanita yang baik, jika aku jadi dia mungkin aku sudah mencekikmu sampai mati, tapi dia tidak. Dia mampu menerima laki-laki yang sudah mengkhianatinya dan tetap berbakti sebagai seorang istri yang baik, perbaikilah hubunganmu dengannya sebelum semuanya terlambat, atau nanti kau akan hidup dalam penyesalan. Aku permisi dulu.” Maureen menyambar laporan tersebut dan berlalu keluar dari ruangan itu. Dia tak ingin berlama-lama bicara dengan Arkan yang punya pikiran aneh seperti itu.
“Aku bener-bener gak nyangka si Arkan ternyata sebrengsek itu, untung aku cepet sadar kalau sampai aku bener-bener terjebak sama orang kaya gitu, ngeri sih.” Maureen lekas kembali ke mejanya.
“Ko laporannya dibawa lagi Reen?” tanya Vanya.
“Ada yang salah di laporannya katanya jadi aku harus bikin laporan ulang,” jelas Maureen dengan wajah kesal.
“Hah masa sih? Perasaan ini udah sesuai data yang gue dapet dari semuanya, ko bisa salah? Coba gue liat,” Vanya membaca laporan tersebut, keningnya berkerut.
“Ini bener ko Reen, tapi ko manager itu bilang salah sih?” Vanya terlihat bingung.
“Ck, udahlah Vany, Ini pasti kerjaan si Arkan, biarin aja nanti gue kasih dulu ke Bu Dewi biar Bu Dewi yang ngasih ke dia. Males gue ngurusin Itu kalau Managernya si Arkan.”
“Hooh nyebelin banget, gue juga baru tahu barusan pas elu masuk ke ruangannya. Dia gak ngomong yang aneh-aneh kan ke elu?”
“Adalah dikit, tapi gue udah jelasin sejelas-jelasnya kalau sekarang hati gue cuma buat laki gue, gak ada lagi tempat buat dia di hati gue. Karena sekarang hati gue, sepenuhnya cuma buat Essa.”
❤❤❤❤❤😉😀😀😀😀😀
di perusaahaan lain masih banyak...
❤❤❤❤
itu akal2an Arkan aja biar Maureen mau kembali padanya...
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤