Seorang pembunuh bayaran harus mati ditangan sang kekasih. Namun tiba-tiba dia terbangun di sebuah tempat yang bernama lembah Iblis.
Seperti namanya lembah itu terkenal seram dan penuh dengan misteri. Banyak orang yang masuk kedalam lembah tersebut namun tidak pernah kembali lagi.
Bagaimana jadinya jika seorang pembunuh bayaran di buang ke tempat itu?
Ternyata jasad yang tempati oleh si pembunuh bayaran, adalah putri dari seorang perdana menteri. Gadis itu menjadi korban penculikan sekaligus pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
Mampukah gadis itu keluar dari lembah iblis dan membalas semua dendam sang pemilik tubuh?
Baca keseruannya disini🥰🥰🥰🥰. Jangan lupa dukungannya agar bisa semangat dalam berkarya. Terima kasih😘💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raja Ji berkomunikasi dengan Liong
"Kalau boleh tahu kenapa Kamu bisa ada disini? " tanya Raja Ji dengan tatapan bingung.
"Ini kan rumah Hamba. Apa salahnya Hamba tinggal disini," jawab Jiang He dengan santai.
"Bukan begitu maksudku."
Raja Ji bingung mengatakannya. Dia hanya kaget bagaimana bisa Jiang ada di lembah Iblis. Bukankah dia saja baru tiba di ibu kota. kenapa sekarang malah pergi lagi. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Sebenarnya Hamba kabur dari rumah, " kata Jiang He dengan jujur. Raja Ji kembali terkejut mendengar perkataan Jiang He. Kemudian ia mengingat pertemuan terakhir mereka di istana.
"Apa ini ada sangkut pautnya dengan pembicaraan Kita di istana. " Jiang He menganggukkan kepalanya dengan jujur.
"Hamba diminta untuk ke istana dan meminta maaf atas permintaan yang katanya tidak masuk akal. Keluarga Hamba takut jika permintaan itu membuat yang Mulia kaisar dan semua anggota keluarga istana marah. Takutnya berimbas pada jabatan Ayah sebagai seorang perdana menteri. "
"Hanya karena itu Kamu kabur dari rumah? " tanya Raja Ji dengan tatapan tak percaya.
"Sebenarnya bukan hanya karena itu saja. Apa yang mulia pernah dengar Dewi yang melawan Raja Iblis? "
".... "
"Apa ini ada hubungannya dengan naga itu? " tanya Raja Ji sambil menunjuk kearah Liong.
"Panggil saja Liong. Bisa dibilang Liong memang ada hubungannya dengan sang Dewi." Setelah itu Jiang He menoleh kearah Liong.
"Coba Kamu merubah wujud mu seperti sebelumnya Liong."
Tanpa banyak kata, Liong merubah tubuhnya dengan bentuk aslinya. Raja Ji kembali terkejut hingga tanpa sadar langsung berdiri.
"Jadi.... itu bukan hanya legenda! " seru Raja Ji dengan kagum.
"Bisa dibilang begitu."
"Sudah cukup apa belum? " tanya Liong dengan malas.
"Sudah cukup. "
Bukan Jiang He yang menjawabnya. Namun Raja Ji lah yang menjawabnya. Liong dan Jiang He sampai terkejut.
"Yang Mulia juga bisa mendengar suara Liong? "
"Kenapa? apa ada yang salah? "
"Tidak ada yang salah. Sebenarnya selama Liong bersama Hamba, belum ada siapapun kecuali Hamba yang bisa berkomunikasi dengannya."
"Benarkah? "
"Hmmmm"
"Jadi... apa hubungannya dengan kepergian mu dari rumah? "
"Sebenarnya, iblis yang bertarung dengan sang Dewi itu belum benar-benar hancur. Dia hanya di segel di tempat yang tersembunyi. Sewaktu-waktu segel itu bisa rusak ataupun dirusak. Karena bangsa siluman dan bangsa Iblis yang tersisa masih berusaha untuk mencari rajanya dan membangkitkan kembali. Untuk itu Nona harus mengumpulkan semua senjata yang tersebar di beberapa tempat, " kata Liong menjelaskan.
"Senjata apa saja itu? "
"Pedang Naga Api, Busur panah es, Tombak Naga Laut dan Api Phoenix . "
"Dimana bisa mendapatkannya? "
Liong menggelengkan kepalanya. Karena tidak ada yang tahu kemana senjata itu tersebar.
"Yang Mulia bisa berbincang dulu dengan Liong. Hamba akan mempersiapkan malam dulu. "
"Silahkan.... "
Kebetulan perut Jiang He sedang lapar. Ia masuk kedalam kamar dan masuk kedalam ruang batu giok.
Selain masak, Jiang He juga sempat membersihkan tubuhnya. Ia keluar dengan wajah yang segar.
Saat Raja Ji melihat penampilannya, Ia tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya sama sekali. Dan dengan terang-terangan memuji kecantikannya.
"Nona Jiang sungguh sangat cantik."
"Yang Mulia pandai memuji. Padahal di ibu kota masih banyak wanita yang lebih cantik dari Hamba. "
"Bagiku Nona Jiang lebih cantik. "
"Terima kasih. Mari kita makan, " ajak Jiang He.
"Maaf telah merepotkan Nona Jiang. "
"Tidak masalah."