Terlahir dari penjaja cinta satu malam membuat Eleanora Davidson menjadi sosok yang tidak mempercayai cinta.
Hidup karena pengasihan kakek Robert Birdie sesudah kematian misterius ibunya membuat Eleanora bertekad harus sukses demi misi menghukum ppembunuh ibunya dengan tangannya sendiri tapi dunianya seakan jungkir balik karena ONS yang menghasilkan benih-benih kehidupan dalam rahimnya sedangkan pria penanam benih ternyata anak penjahat yang selama ini dicarinya
Don't judge by the cover..
Jangan tertipu dengan sinopsis..
Let's check it out 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LOST IN MISSION #29
"Kau pandai memasak, Will?" tanya Eleanora takjub dengan sosok pria yang kini menggunakan apron membelakanginya. Masih terlihat menawan, meski benda berwarna biru muda itu melekat di tubuh tegapnya.
Menangkap suara lembut dari Eleanora, membuat William tersenyum, lalu ia berbalik, ingin melihat wajah cantik Eleanora yang meneduhkan. "Tidak terlalu, hanya beberapa menu masakan yang ku bisa." jawab William dengan tangan bergerak menyedokkan sup krim, lalu meniupnya.
"Cicipilah, " William memajukan sendok ke arah mulut Eleanora membuat gadis itu terdiam sebentar lalu membuka mulutnya membiarkan William menyuapinya. Bukankah ini terlalu manis.
Perhatian William fokus pada bibir Eleanora. Ia menelan ludahnya dengan kasar, bibir ranum itu nampak merekah. Dan persetan dengan hasraatnya yang ingin mencicipi bibir itu lagi yang sudah menjadi candunya.
Benar apa yang di katakan Sean saat di mobil kemarin, tinggal bersama akan membuatnya tersiksa dengan menahan nalurinya sebagai seorang pria.
"Bagaimana? apa rasanya sudah pas? " tanya William, ia pun mencicipi lagi sisa sup yang tertinggal di sendok tersebut.
Eleanora mengulum bibirnya, menikmati rasa dari sup krim, membuat ia mengingat mendiang ibunya. "Sudah, ini sangat lezat."
Gadis itu menghiasi wajah cantiknya dengan senyuman merekah, disusul William yang kini mengerling bangga. Dia sudah terbiasa mendapatkan pujian dari orang-orang, tapi entah mengapa pujian yang diucapkan Eleanora membuat dadanya bergejolak, melambung bahagia.
"Syukurlah, aku akan memindahkan ke dalam mangkuk. Sekarang kau duduklah Elea." William merangkul pundak Eleanora dari belakang, meminta gadis itu untuk duduk.
"No, no, aku akan membantumu, Will. " Eleanora berhasil melepaskan diri dari rangkulan William di bahunya yang terasa nyaman namun mampu mengusik jantungnya. Hampir saja jantungnya copot. "Jadi, please jangan larang aku, tuan William. Biarkan aku membantumu, okey. " cicit Eleanora di akhiri dengan mengacungkan ibu jarinya.
"Oke nona Eleanora Davidson. " William tidak bisa menolak dengan keinginan Eleanora. Bagaimana cara Eleanora berbicara tadi, keinginan untuk membantunya begitu besar.
Eleanora berinisiatif, melanjutkan pekerjaan William memotong daun bawang. Kemudian, ia mengambil dua mangkuk dari dalam nakas, dan memberikan kepada pria itu. "Ini mangkuknya, tuan."
"Terimakasih nona Dulce, " ucap William nyaris tidak terdengar, sukses membuat Eleanora terpaku menatap wajah tampan William kini .
*Apa barusan, dia memanggilku dengan panggilan Dulce*? batinnya meragu.
William menarik kedua sudut bibirnya, ia pun beralih dari tatapan gadis itu, menuangkan sup ke dalam mangkuk, dan menaburkan daun bawang di atasnya.
"Sebaiknya kita sarapan sekarang, " William mengangkat dua mangkuk tersebut, memindahkannya ke atas meja di depan televisi. Lalu, ia berbalik melihat Eleanora masih bergeming pada posisi tadi.
"Kenapa kau melamun, Eleanora? "
Eleanora terperanjat sebelum kesadaran mengambil alih dirinya. "William, " sebut Eleanora sambil tersenyum yang dibuat-buat.
"Ayo kita makan." ajak William menautkan jemari mereka, tanpa ada penolakan dari Eleanora. "Come, " keduanya pun melangkah sambil bergandengan tangan.
Sesampainya di ruang santai, Eleanora pun mendaratkan bokongnya di atas sofa panjang, di ikuti William kemudian.
"Apa hari ini, kau bekerja Elea? " tanya William seraya memasukkan sendok berisi sup ke dalam mulutnya.
Eleanora menoleh. "Tidak Will, kecuali ada panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskan aku untuk datang kesana. " Jelasnya.
William mengangguk, ia sangat mengerti dengan profesi Eleanora sebagai seorang dokter harus mengemban tanggung jawab yang sangat besar untuk kesehatan dan keselamatan pasiennya.
"Ada apa? hmm." Eleanora mengajukan pertanyaan, masih menatap William.
"Bagaimana, jika hari ini kita berkencan! " ajak William sesuai teori yang diberikan Sky semalam. Mencoba peruntungan dari ucapan bijak seorang don juan sejati, dan tidak ada salahnya ia mencoba. mungkin saja, ia beruntung kali ini.
Eleanora mengerjap, mulutnya menganga "A- apa?kau barusan mengajakku, berkencan?" tanya gadis itu untuk memastikan jika ia tidak salah mendengar, atau memastikan pendengaran masih berfungsi normal atau tidak.
William meringis dengan tangan mengusap tengkuk lehernya, merasa gugup bahkan ia kesulitan untuk mengembangkan senyuman. "Ya, Eleanora. Dan kau harus menerima ajakan ku."
Teori memaksa juga diajarkan oleh Sky, dan ia begitu saja mengikuti ucapan si kadal gurun itu. Semalam pria itu berkata, 'ajaklah dia berkencan, dan jangan memberinya celah menolak ajakanmu. Praktisnya, kau paksa dia'. Seperti itu ucapannya.
Eleanora mendesis pelan. "Apakah kau sedang memaksa ku, tuan William? " Eleanora dengan tatapan kesal.
"Sedikit," singkat pria itu kembali ia memasukan sup ke dalam mulutnya, tidak menghiraukan sorot mata Eleanora yang masih membulat. "Lagipula, kau tidak akan rugi jalan bersamaku, Elea." Lanjut William dengan ekspresi lempeng, dan ucapan sedikit narsis.
"Oh astaga," Eleanora menertawakan kepercayaan diri pria berada di sampingnya. "So, kau ingin mengajakku pergi kemana? "
"Pantai Malvarrosa, bagaimana menurutmu? " tanya William meminta pendapat Eleanora lebih dahulu sebelum ia memutuskan. Ya, barangkali, gadis itu punya tujuan lain yang ingin dikunjunginya.
"Sepertinya itu menyenangkan. Baiklah, aku setuju. "
Keduanya saling memandang, dan saling melemparkan senyuman.
"Sekarang habiskan sup mu Elea, sebelum dingin. Apa kau ingin, aku menyuapi? jika iya, sungguh aku tidak keberatan melakukannya. " William mengerling jenaka.
"Aku bisa makan sendiri William," Eleanora memulai menyedokkan supnya, dan langsung melahapnya. "Ini sangat lezat, Will. "
Desaah napas Eleanora lepaskan. Ia memberhentikan suapannya, dan memandang lurus ke depan.
"Ada apa Elea? " William memperhatikan raut wajah Eleanora telah berubah, pias, nampak menyedihkan.
Ia meraih tangan Eleanora, dan menggenggamnya.
Eleanora menengok, tersenyum lirih. "Memakan sup krim, mengingatkan aku pada mendiang ibuku, Will."
"Apa ibumu kerap membuatkan sup krim untuk mu?"
"Ya kau benar, William. Sup krim menjadi masakan andalannya. Apalagi saat hujan seperti ini. " Ucap Eleanora dengan tatapan sendu, ia menerawang ke masa kecilnya.
William menggerakkan satu tangannya lagi, merapikan helai demi helaian rambut Eleanora. "Pasti masakan mendiang ibumu sangat lezat."
Eleanora mengangguk cepat, mendadak ia bersemangat lagi. "Kau benar William, apalagi brownis buatannya. Satu loyang brownies, aku sanggup menghabiskannya sendiri."
"Really??" tangan pria itu turun menyelusuri garis rahang Eleanora. Membelai dengan perlahan.
"I- iya William, " jawab Eleanora gugup. "Kau harus percaya padaku. " Tubuhnya mendadak menegang. Ia berusaha menghirup udara banyak-banyak untuk memenuhi ruangan pada paru-parunya ketika jemari William mengusap sisa sup di sudut bibirnya.
"Tentu, Elea. " bisik William parau, menatap intens dengan senyuman menawan yang sukses membuat Eleanora terpaku hanya sepersekian detik. "Dan aku tidak akan membiarkan kau... "
Dering ponsel terdengar memotong ucapan William. Pria itu menghembuskan napas dengan kasar sebelum ia mengambil ponselnya di atas nakas. *Sial siapa yang telah menghubungi ku*?? gerutu William dalam hatinya, seraya memeriksa benda pipih miliknya. "Sean.. "
*Dasar brengsek*!!
.
.
.
.
Gimana all? ikut terbawa suasana tak? 🤣 tak bonusi visual William dan Elea, biar makin yahud halunya.
Cocok ya 😍😍😍 yang belum rate LIM, monggo rate dulu kasih ⭐ 5 dan like n jejak kalian ya guys...
Terimakasih ❤
gw nunggu bomnya nih...
hebat tp Angela mau berbesar hati memaafkan dan menemui ibunya walau ibunya udh jahat
kmna pikiranmu saat lg asyik2 sama calon mertuamu sendiri
kok Fabio mau aja sama emak2..apa lebh pengalaman lbh aduhai kahh
Milih kok sama yg emak2..apa krn yg pengalaman lebih aduhai kah..wkwkw
pacar anaknya main embat kayak ga ada laki2 lain😱🤦♀️
Fabio mauu aja lagi..
anak angkatnya Robert yg sdh sangat dipercaya ternyata anak dr pmbunuh kekasihnya...
tp bukan salah William kann..semoga saja mereka mengerti walau Will pasti merasa bersalah