Setelah kembali dari luar negeri, Keira Adelina Oliver terpaksa harus menikah dengan seorang pria asing untuk membantu perusahaan ayahnya yang diambang kebangkrutan.
Xavier Grayson Chester seorang pria tua berumur 34 tahun, dibuang oleh keluarganya setelah kecelakaan mobil yang dialaminya. Yang mana membuat kedua kakinya menjadi lumpuh. Dan sebagai imbalan atas kerja kerasnya, keluarganya mencarikannya seorang istri untuk menemaninya di pengasingan.
Dan bagaimana jika seorang wanita yang mirip dengan Keira muncul di tengah-tengah pernikahan mereka.
Apa hubungannya?
penasaran dengan ceritanya? yuk baca.
jangan lupa like and comment ya 🥰
ini karya ku yang pertama, jika ada kesalahan mohon maaf.
Terima kasih 🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selenophile, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Setelah makan siang dan minum obat selesai, Keira berbaring di tempat tidur untuk istirahat. Sebenarnya dia ingin pergi ke taman belakang untuk sekedar jalan-jalan menghirup udara segar, terlalu sumpek jika berada di kamar terus.
Tapi Xavier sangat melarangnya, dengan alasan dia masih sakit harus banyak-banyak istirahat dan tidak boleh ke mana-mana.
"Huh…." Menghela nafas bosan, Keira menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran kacau.
Ternyata alasan anak itu, Lucas autis bukan karena Bawaan sejak lahir. Tapi, karena trauma mendalam yang dialaminya sejak kecil.
Dia tidak bisa membayangkan bagaimana anak sekecil itu harus mengalami kekerasan dari ibu kandungnya sendiri. Ditambah lagi harus melihat bagaimana ayahnya sendiri membunuh ibunya di depan mata kepalanya.
"Hah…." Keira tidak menyangka masa lalu mereka akan setragis ini.
Tapi untungnya sekarang Lucas baik-baik saja. Katanya alasan dulu mereka pergi ke luar negeri adalah untuk membawa Lucas berobat ke psikiater terkenal dibantu oleh xavier.
Karena trauma yang dialaminya, membuat Lucas sangat takut terhadap orang asing dan juga ayah kandungnya sendiri. Tapi jika dilihat sekarang Lucas sudah tidak takut lagi terhadap ayah kandungnya sendiri.
Tapi, kenapa Keenan tidak dipenjara setelah dia membunuh istrinya sendiri? Alasannya adalah karena pada saat itu Xavier datang membantunya menghilangkan jejaknya.
Membuat seolah-olah pembunuhan itu terjadi karena ada perampok yang masuk ke rumah mereka. Dan pada saat itu kondisi rumah juga sangat berantakan seolah-olah mendukung alasan kuat mereka.
"Aku sangat kasihan pada anak itu. Anak sekecil itu harus mengalami luka yang sangat mendalam dan membekas di hati dan ingatannya." Batinnya merasa sedih.
"Ah… kepalaku pusing, sebaiknya aku tidur dulu aja." Kepalanya terus berdenyut sakit, mungkin karena terlalu banyak pikiran.
......................
Selain itu, di sebuah bangsal rumah sakit yang dijaga oleh beberapa pria berbadan besar, seorang gadis cantik terbaring lemah di tempat tidur dengan beberapa pasang alat yang menempel di tubuhnya.
Wajahnya yang cantik terdapat selang oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya. Matanya yang indah saat ini terpejam, seolah dia tidak akan bangun dari mimpinya yang panjang.
"Nak, kapan kamu bangun? Ayah merindukanmu. Ayo buka matamu lihat Ayah. Apa kamu tidak merindukan Ayah, hm." Baron menggenggam tangan mungil anaknya, wajahnya terlihat kuyu dan tak terawat.
Setelah kecelakaan itu, anaknya mengalami koma selama dua bulan dan tidak pernah bangun sampai sekarang. Membuat Baron sangat frustasi dan putus asa, dia adalah putri kesayangannya yang dia manja dan jaga di telapak tangannya sendiri seolah takut dia terluka. Tapi apa, putri yang dia jaga sekarang terbaring koma di hadapannya.
Henry yang melihat tuannya sedih juga ikut sedih. Tapi mau bagaimana lagi, sekarang nasi sudah menjadi bubur. Karena cinta, orang bisa berbuat apa saja untuk mendapatkannya.
"Tuan, ayo istirahat dulu dari kemarin Tuan belum istirahat,"bujuk Henry saat melihat wajah lelah tuannya.
Baron menggelengkan kepalanya lesu.
"Tidak, aku akan menjaga putriku di sini. Kamu pergilah istirahat jangan pedulikan aku."
Bagaimana bisa dia beristirahat jika tuannya saja tidak istirahat. Dia tidak tega meninggalkan tuannya sendiri di sini.
"Jika Nona Clara bangun dan melihat keadaan Tuan seperti ini, Nona Clara akan merasa sedih. Tuan tidak inginkan melihat Nona Clara sedih, kan?"
Mendengar perkataan Henry ada benarnya, Baron langsung tersadar.
"Ya kamu benar, bagaimana bisa aku memperlihatkan keadaan menyedihkanku pada putri kecilku."
Melihat tuannya berhasil dibujuk, Henry menghela nafas lega.
Akhirnya kita istirahat.
"Nak, Ayah pamit dulu. Jangan khawatir nanti Ayah akan ke sini lagi menemanimu." Baron mencium kening putrinya sekilas.
Saat dia akan melepaskan pegangan tangannya sesuatu yang mengejutkan terjadi, tubuhnya membeku saat melihat jari mungil putrinya menggenggam tangannya.
Dia tidak menyangka pada saat ini harapan yang selalu dia inginkan terjadi. Tubuhnya bergetar tak terkendali, dia kemudian mengalihkan pandangannya ke atas, melihat wajah putrinya. Matanya yang selama ini menutup kini bergerak seolah akan membukanya.
"Nak…," Panggil Baron dengan nada gugup.
Melihat tubuh tuannya yang gemetar hebat, Henry mengangkat alisnya bingung. Saat ini dia berada di belakang pintu ingin membukakan pintu untuk tuannya, tapi dia melihat tuannya masih terpaku di tempatnya.
"Tuan? "
"Henry cepat panggilkan dokter! putriku sudah bangun! " Teriak Baron semangat.
Henry membelalak matanya terkejut, dia tidak percaya nona muda yang selama ini koma akhirnya bangun. Tapi melihat ekspresi bersemangat tuannya, dia tidak punya waktu berpikir dan langsung berlari keluar untuk memanggil Dokter.
"Dokter! "
......................
Saat ini suasana di ruang makan sangat sunyi dan senyap, tidak ada yang berani memulai percakapan di meja makan karena aura yang dikeluarkan Xavier membuat mereka takut.
"Aku ingin Ibu di sini, Ayah terlihat sangat menakutkan,"gumam Shaka sedih sembari mengaduk-aduk makannya.
"Shaka apa yang kamu lakukan, makan makanannya!" tegur Xavier saat melihat putranya tidak memakan makanannya.
Terlonjak kaget saat mendengar teguran ayahnya, Shaka buru-buru memakan makanannya. Dia takut dengan tatapan tajam ayahnya yang mengarah padanya.
"Aku ingin ibu,"bisiknya sedih sambil menyuapkan makanannya dengan getir.
Xavier menghembuskan nafas tak berdaya, dia tidak tahu kenapa mereka sangat takut padanya.
Hatinya sangat terluka oleh perilaku mereka, dia butuh pelukan dari istri kecilnya.
"Aku sudah selesai makan, kalian habiskan makanannya,"ucap Xavier tiba-tiba.
Mereka mengangkat kepalanya dan melihat ke arahnya. Menghiraukan tatapan mereka, Xavier mengusap mulutnya menggunakan tisu.
"Oh ya, saya sudah menyuruh Bi Eli membersihkan kamar kosong di sebelah kamar William. Kamu bisa tinggal di sana,"ujarnya pada Asher.
"Ah… te-terima kasih Kakak ipar, maaf merepotkanmu." Asher akan menginap untuk sementara di sini, karena dia diusir oleh ayahnya.
"Hm, anggap saja seperti rumahmu." Selepas mengucapkan itu Xavier mendorong kursi rodanya menuju lift.
**
Keira merasa tubuhnya seperti terperangkap oleh sesuatu, tidak bisa menggerakkan badannya. Karena terlalu kesal, dia membuka matanya dan alangkah terkejutnya saat disuguhi pemandangan yang sangat indah. Dada bidang kuat dan kekar ada dihadapannya.
Melihat ke atas, Keira menatap wajah suaminya yang tertidur pulas. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, dia langsung beraksi.
"I-ini terlalu vulgar." Keira tidak bisa membiarkan pemandangan indah ini dianggurkan.
Dengan wajah merah, Keira mengangkat tanganya, menyentuh otot dada yang terekspos seperti orang mesum.
"Aku tidak menyangka otot dadanya akan sangat keras dan kuat seperti ini."
Seolah tidak puas perlahan tangannya turun ke bawah, namun sebelum tangannya menyentuh perut suaminya, dia sudah dicegah oleh tangan kuat dan kasar seseorang.
"Belum puas, hm?" tanya Xavier suaranya sangat rendah dan serak.
Keira tersentak kaget, tubuhnya langsung membeku, dia tidak menyangka akan terciduk seperti ini.
"A-apa maksudmu aku tidak puas," elak Keira. Dia ingin mengambil kembali tangannya dari genggaman Xavier, namun apa daya tenaganya jelas berbeda dengan tenaga Xavier.
"Lalu apa yang dilakukan tangan kecil nakalmu, hm." Xavier menatap wajah menawan istrinya yang memerah malu.
"Apa! aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya ingin membenarkan kancing bajumu yang terbuka saja. " Keira tidak ingin mengakuinya kalau dia sangat terpesona oleh dada bidang suaminya.
"Benarkah?" Memicingkan matanya berbahaya, perlahan Xavier mendekatkan wajahnya.
Melihat wajah Xavier dari jarak dekat, Keira langsung mundur tapi tangan Xavier mencegah kepalanya.
"A-apa yang ingin kamu lakukan, " ujarnya gugup.
"Apa lagi...." suaranya yang rendah dan seksi terdengar menggoda.
Mata gelapnya yang tajam bersinar dengan cahaya aneh saat menatap bibir mungil Keira yang terlihat menggoda.
"Tentu saja menghukummu, honey." Tanpa memberi kesempatan Xavier langsung menyambar bibir istrinya.