NovelToon NovelToon
Rahim Titipan

Rahim Titipan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:37M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Aaric seorang CEO muda yang belum terpikir untuk menikah harus memenuhi keinginan terakhir neneknya yang ingin memiliki seorang cicit sebelum sang Nenek pergi untuk selama-lamanya.
Aaric dan ibunya akhirnya merencanakan sesuatu demi untuk mengabulkan keinginan nenek.
Apakah yang sebenarnya mereka rencanakan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bulan Madu.

Naina bangkit dari tidurnya ketika dia mendengar Aaric memasuki kamar mandi, jantungnya semakin berdebar memikirkan apa yang akan dilakukan suaminya itu ketika keluar dari kamar mandi nanti, mungkinkah dia akan terprovokasi olehnya dan akhirnya mereka akan melakukannya malam ini.

Naina menurunkan kakinya ke lantai, duduk di atas tempat tidur sambil menarik napas panjang beberapa kali, berharap bisa sedikit menenangkan dirinya yang gugup.

Beberapa saat kemudian.

Ceklek. Suara pintu kamar mandi terbuka, Aaric keluar dari sana hanya dengan mengenakan handuk saja.

"Bisa tolong ambilkan bajuku?"

Naina yang kaget langsung berdiri, dengan tanpa melihat suaminya itu dia berjalan mendekati walk-in closet untuk mengambil baju yang lupa dia siapkan, Aaric mengikutinya dari belakang.

Aaric tersenyum melihat Naina yang mulai salah tingkah, tidak seperti tadi yang terlihat tenang, kini Naina terlihat sedikit takut.

Naina memang salah tingkah, pikirannya tidak fokus hingga dia salah mengambil baju.

"Itu kemeja kerjaku." Aaric tersenyum melihat Naina memberikan kemeja padanya.

Naina kaget langsung melihat baju di tangannya lalu membalikkan tubuhnya menyimpan kembali kemeja itu di dalam lemari dan mencari kaos yang biasa di pakai suaminya, tapi dia tak kunjung menemukannya.

Aaric yang berdiri di belakang istrinya memperhatikan lekuk tubuh Naina yang hanya mengenakan baju tidur mini berwarna merah berbahan satin yang membuat keindahan tubuh istrinya semakin terekspos dengan jelas.

Aaric mendekati Naina lebih dekat.

"Kenapa?Apa kamu grogi?" bisik Aaric di telinga istrinya karena Naina yang tak kunjung menemukan baju untuknya.

Jantung Naina semakin berdebar ketika dirasakannya kini dada sang suami telah menempel di punggungnya.

"Atau kamu sengaja agar aku tidak memakai baju malam ini?" bisik Aaric lagi dengan pelan, tangannya mulai beraksi memegang pinggang istrinya.

Tubuh Naina menegang seketika, napasnya tidak beraturan karena kini Aaric telah memeluknya erat dari belakang.

"Iya kan?" tanya Aaric lagi menggodanya.

Naina berusaha untuk bersikap tenang.

"Tentu saja tidak," jawab Naina pelan.

Aaric tersenyum, dia melepas pelukannya lalu memutar badan istrinya agar menghadap ke arahnya.

"Apa kamu benar-benar sudah siap?" tanya Aaric menatap wajah Naina.

Naina tampak mengangguk dengan ragu.

Aaric mendorong tubuh istrinya hingga menempel ke lemari yang terbuka, Naina nampak pasrah ketika Aaric mulai memegang tengkuk lehernya.

Dengan perlahan Aaric mendekatkan bibirnya pada bibir istrinya, Naina memejamkan matanya ketika Aaric mulai mengecup bibirnya sekali.

Aaric melihat reaksi istrinya yang pasrah, tanpa ada penolakan Naina seakan sudah mempersiapkan diri dengan semua yang akan dia lakukan padanya.

Aaric kembali mengecup bibir istrinya, namun kali ini dilanjutkan dengan ********** perlahan, Naina masih memejamkan matanya mengikuti permainan bibir yang dilakukan suaminya walaupun sedikit kaku karena ini kali pertama untuknya.

Aaric semakin bergairah ketika merasa Naina memang telah benar-benar siap akan semua serangannya, tangan yang tadinya memegang tengkuk leher Naina sedikit demi sedikit turun ke bawah, menuju pundak istrinya lalu berniat akan menurunkan baju tidur mini yang dikenakannya.

Namun nyatanya Naina tak sesiap seperti apa yang dikatakannya, dia kaget karena Aaric mulai mencoba menurunkan baju yang dipakainya, dia membuka matanya, tangannya yang tadinya hanya memegang sisi lemari di belakangnya, mulai terangkat memegang dada polos suaminya.

Aaric menghentikan ciumannya merasakan dadanya dipegang Naina bahkan sedikit didorong olehnya.

Kini mereka bertatapan kembali, Aaric mengusap lembut bibir istrinya yang basah sambil tersenyum.

"Kamu belum siap," ucap Aaric.

Naina langsung menundukkan kepalanya.

"Aku tidak akan memaksamu, aku ingin kamu benar-benar siap." Aaric memundurkan tubuhnya.

"Tidak. Aku siap." Naina menarik tangan suaminya.

Aaric kaget karena kini Naina mendekati dirinya.

"Aku siap, sudah sangat siap," ucap Naina dengan ragu. Aaric tersenyum mengerti mengapa Naina memaksanya, karena sebenarnya dia ingin agar dirinya segera hamil.

"Percuma saja karena kamu tidak akan hamil, kata Dr. Dani masa suburmu sudah lewat," jawab Aaric.

Mendengar jawaban Aaric, Naina malah semakin mendekati suaminya.

"Aku ingin melakukannya karena menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri," ucap Naina lagi dengan ragu sambil menundukkan kepalanya.

Aaric nampak tersentak kaget mendengar jawaban Naina.

"Apa?"

Naina mengangkat wajahnya, menatap suaminya.

"Selain karena agar hamil, melayanimu sudah kewajibanku sebagai seorang istri."

Aaric tersenyum senang. Dia menatap Naina dengan wajah berseri-seri.

"Apa itu berarti kamu sudah membuka hatimu untukku?"

Naina langsung menunduk lagi.

"Aku sedang berusaha membukanya untukmu."

Aaric memegang dagu istrinya, ingin agar Naina kembali menatap wajahnya.

"Cintai saja aku dulu," ucap Aaric pelan.

"Kita masih punya banyak waktu, sekarang yang terpenting adalah kamu dan aku mempunyai perasaan yang sama, kita saling mencintai, karena aku ingin melakukannya dengan cinta, bukan karena kesepakatan atau kewajiban," ucap Aaric lagi.

Naina terdiam.

"Sekarang sebaiknya kita tidur saja." Aaric lalu mencium kening istrinya.

***

Pagi hari.

Naina tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi malam, dimana akhirnya mereka berdua tidur bersama, Aaric bahkan memeluknya dengan sangat erat, awalnya tentu saja dia merasa tidak nyaman namun akhirnya dia terbiasa hingga keduanya terlelap.

"Aku tidak pergi kerja hari ini." ucap Aaric melihat Naina tengah menyiapkan baju untuknya.

"Kenapa?" tanya Naina heran.

"Kita akan pergi bersama, kamu bersiaplah."

"Kita? Pergi kemana?"

"Bulan madu." jawab Aaric mendekati lemari dan mencari baju untuknya.

Naina kaget.

"Kemana?"

"Tadinya aku ingin mengajakmu keluar negeri, tapi karena kamu belum mempunyai paspor, maka kita akan pergi Bali saja."

"Bali?"

"Iya, kenapa? Apa kamu tidak suka? Apa kamu punya keinginan untuk pergi ke suatu tempat selama ini? katakan saja karena aku akan mewujudkannya." tanya Aaric sambil memegang baju yang baru diambilnya dari lemari.

"Tidak. Tidak ada." jawab Naina cepat.

"Kalau begitu bersiaplah, bajuku dan bajumu masukan dalam satu koper saja."

Naina mengangguk.

***

Winda dan Nenek nampak senang ketika Naina dan Aaric berpamitan untuk pergi berbulan madu, keduanya nampak sumringah memberi mereka izin untuk pergi beberapa hari.

Selama di dalam pesawat, Naina lebih banyak terdiam.

Naina kaget ketika Aaric memegang tangannya erat, dia melihat Aaric yang duduk di sebelahnya.

Aaric tersenyum.

"Aku mencintaimu." Aaric mencium punggung tangan Naina.

Wajah Naina tampak merah merona, kembali menunduk karena malu, namun sebenarnya hatinya berbunga-bunga.

Sepanjang perjalanan Aaric memperlakukan Naina dengan sangat manis, tak lepas menggenggam tangan istrinya hingga akhirnya mereka sampai di sebuah Resort di atas bukit.

Naina berdiri di atas balkon, tampak takjub melihat keindahan alam disana, ditambah dengan udaranya yang sejuk membuatnya merasa tenang.

"Apa kamu suka?" Aaric tiba-tiba memeluk Naina dari belakang.

Naina kaget, namun kemudian di mengangguk pelan.

"Iya, terima kasih."

Aaric memeluk istrinya semakin erat.

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, Aaric melepaskan pelukannya dan pergi menuju pintu untuk membukanya.

Matanya terbelalak ketika dia melihat orang-orang dibalik pintu.

"Apa yang kalian lakukan disini?"

Bukannya menjawab Dani dan Ryan bersama istrinya masing-masing masuk ke dalam.

"Mana istrimu? Kenalkan pada kami," ucap Sherly, istri Ryan sambil melihat sekeliling.

"Iya. Kamu menikah bahkan tidak memberitahu kami," tambah Intan, istri Dani yang juga seorang Dokter.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Aaric lagi mengulangi pertanyaannya.

Ryan dan Dani tersenyum.

"Kami disini untuk membantumu, kami akan memberi contoh bagaimana seharusnya pasangan suami istri itu bersikap." Ryan mendekati Sheryl, memeluknya lalu mencium bibirnya

"Itu benar. Kami akan memberi kalian tutorial bagaimana cara saling mencintai yang benar." Dani juga mendekati Intan lalu mencium pipinya.

Aaric menepuk keningnya dengan kesal.

1
Ds Phone
hanya anak jadi ubat nya
Ds Phone
kenapa keritis
Ds Phone
jumpa kau ni lagi hantu
Ds Phone
jangan harap kau kena cukup cukup dulu
Ds Phone
dia orang nya rupa nya
Ds Phone
itu angan angan dia fari kecil
Ds Phone
apa dia agak nya
Ds Phone
gila cinta habis
Ds Phone
ni satu lagi musuh meraka
Ds Phone
dia sayang ibu dia
Ds Phone
dia dah tahu rupa nya
Ds Phone
perumpuan tu tak habis habis buat jahat
Ds Phone
yang jahat bini dia
Ds Phone
apa yang dia buat pulak
Ds Phone
meraka bertemu
Ds Phone
kau kacau lagi anak kau bini kau tu no satu nya
Ds Phone
dah jumpa pulak
Ds Phone
emak dia ni buat kacau lah dengan masalah dia lagi
Ds Phone
dia pun rindu tapi keras kepala
Ds Phone
semoga nia akan dengar suaima nys
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!