NovelToon NovelToon
Jati Pengantin Keramat

Jati Pengantin Keramat

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Tumbal
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Gendhis Banuwati, wanita berusia 20 tahun itu tidak percaya dengan penyakit yang dialami sang Ayah saat ini. Joko Rekso, dinyatakan mengalami gangguan mental, usai menebang 2 pohon jati di ujung desanya.

Hal di luar nalar pun terjadi. Begitu jati itu di tebang, darah segar mengalir dari batangnya.

"KEMBALIKAN TUBUH KAMI KE TEMPAT SEMULA!"

Dalam mimpi itu, Pak Joko diminta untuk mengembalikan kayu yang sudah ia tebang ke tempat semula. Pihak keluarga sempat tak percaya. Mereka hanya menganggap itu layaknya bunga tidur saja.

Akan tetapi, 1 minggu semenjak kejadian itu ... Joko benar-benar mendapat balak atas ulahnya. Ia tetiba menjadi ling lung, bahkan sampai lupa dengan jati dirinya sendiri.

2 teman Pak Joko yang tak lain, Mukti dan Arman ... Mereka juga sama menjadi gila.

Semenjak itu, Gendhis berniat mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan tempat yang di juluki dengan TANAH KERAMAT itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jati keramat 3

Tubuh Pak joko di tarik oleh dua rekanya, "Pak, mau kemana?" tegur Mukti yang sudah panik.

Pak Joko tersadar. Ia mencoba menggelengkan kepalanya, mengusir halusinasi dalam pikiranya saat ini. Suara-suara aneh itu seketika hilang.

"Nggak, Muk! Tadi, saya hanya mau mencari daun buat pegangan saat menebang nanti!" Sanggah Pak Joko. "Ya sudah, mendung sudah mulai hilang. Kita mulai saja gergajinya!" lanjutnya sambil bersiap-siap.

'Perasaan, tadi ada orang yang nangis dan ketawa? Tapi kok hilang, ya?' tanya batin Pak Joko yang kini belum terpecahkan.

Suasana kembali normal.

Pak Joko dan para rekanya segera menjalankan tugas dari Lurahnya itu. Mukti sudah ada disebelah barat. Sementara Pak Joko berada disebelah utara. Dan untuk Arman, ia memegang tali tambang, gunanya untuk menarik pohon jati nantinya.

Baru saja gergaji itu di tancapkan kearah batang pohon jati itu. Tiba-tiba ....

Awhhh!!!!

Suara rintihan kesakitan dari seseorang, namun suara itu hanya sekali, dan hilang terbawa angin. Dan untuk kali ini, ketiga pria dewasa itu mendengarnya.

Ketiganya saling tatap. Seolah kini jantung ketiga pria itu berdetak kuat, hingga membuat suasana mencekam seketika.

Namun lagi-lagi Pak Joko mengenyahkan semua itu. "Sudah, ayo kita lanjutkan biar cepat selesai!"

Grek ... Grek ... !!!

Baru dua dorongan gergaji manual itu bergerak. Namun lagi-lagi kejadian di luar nalar terjadi.

Darah segar tiba-tiba mengalir dari dalam batang jati itu. Tak mengidahkan, Pak Joko dan Mukti terus saja menggergaji pohon jati itu.

Pikir mereka, memang pohon jati mengeluarkan getah bewarna merah. Dan hal itu tidak terlalu mereka fikirkan. Namun yang terjadi, getah bewarna merah itu menimbulkan bau yang sangat anyir.

Semakin dalam mereka menggergaji, darah merah kental itu mengalir, bak aliran anak sungai yang tiada henti. Di penghujung, Arman menarik tali tambang tadi, dengan aba-aba Mukti.

"1 ... 2 ... Iyak, Tarik!" Hingga ...

BRAK!!!!

Tumbang lah satu pohon satu itu.

"Pak, kok baunya amis, ya? Kaya bau darah?" celetuk Mukti sambil menoel sedikit darah segar itu.

Arman mendekat. Ia juga penasaran. Dan setelah mencium aromanya, itu benar-benar darah, bukan getah pohon.

"Sudah, ayo selesaikan satunya, biar cepat dikirim sama Indro!" Lagi-lagi Pak Joko enggan bersuara tentang darah segar itu.

Untuk menutupi darah itu, Pak Joko segera mengambil pasir miliknya di pinggir sungai, untuk merumpuki sisa aliran darah segar tadi.

"Sudah, gini kan nggak ke cium lagi baunya. Yok, kita kerja lagi!" Pak Joko kembali mengambil gergaji yang masih berlumuran darah itu, untuk ia gunakan menebang jati satunya.

Dan untuk penebangan kali ini, tidak sejanggal penebangan jati satu tadi. Namun, hanya saja darah yang keluar sangatlah banyak, dibanding pohon jati tadi. Bahkan, darah itu memuncrat ke tubuh Pak Joko dan Mukti, begitu juga Arman. Sempat menghentikan sejenak untuk membersihkan wajahnya dari sisa-sisa darah tadi, kini mereka bertiga kembali melanjutkan aktivitasnya.

Bebrapa jam kemudian, dan hampir pukul 12 siang.

Semua kayu sudah terpotong, dan di tata didalam bak truk pengiriman. Mereka bertiga saling gotong royong membersihkan dahan-dahan, dan ranting yang berhamburan.

"Pak Joko, potongan kayunya kok bau anyir, ya? Apa cuma perasaan saya saja?" Ujar Pak Dul sopir truk.

"Itu cuma perasaan Anda saja, Pak Dul! Sudah, cepat bawa kayu ini. Kami mau istirahat dulu. Kalau Anda mau ikut rokokan, ayok!" Jawab kembali Pak Joko.

Pak Dul hanya menatap kayu yang sudah tertata itu sekilas, lalu mengikuti Pak Joko untuk istirahat dulu dibawah pohon besar tadi.

***

Gendhis seharian tadi melayani customer banyak sekali. Ia yang jaga dengan dua orang teman lainnya, kini harus beristirahat secara bergantian, karena keadaan toko memang tidak seperti biasanya.

Toko Emas Pak Lurah berada dipusat kecamatan, tepatnya disebelah pasar tradisional Kecamatan Tlogo Asih.

Namanya Fitri dan Ningrum. Keduanya sudah bekerja hampir 2 tahun di Toko Emas itu. Fitri dan Ningrum bukan orang Desa Sendang, mereka tinggal di sebuah desa yang tak jauh dari kecamatan Tlogo Asih.

"Mbak Ning, saya istirahat dulu ya! Mau sholat dhuhur sekalian makan!" Ucap Gendhis yang tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

"Iya, Ndis! Sholat lah dulu! Nanti gantian sama Fitri!" Meskipun beragama katolik, tapi Ningrum selalu mengingatkan kedua temanya yang beragama islam untuk mengingat Tuhanya masing-masing. "Oh ya, Ndis! Ingat ya ... Jangan buka kamar yang di tertutup! Kamu ingat 'kan pesan Pak Lurah?!" lanjut Ningrum, sambil meletakan sebuah cincin di etalase.

"Iya, Mbak! Ingat kok. Ya sudah, saya ke belakang dulu!" Gendhis kini segera berjalan ke belakang Toko, untuk menuju kamar mandi.

Toko yang Pak Lurah sewa itu bukan semacam ruko. Melainkan bangunan besar, yang memang di bangun khusus untuk berjualan toko sembako juga disebelah Toko Mas tadi. Jadi, bangunan itu sangat besar dan luas. Di belakang, terdapat satu kamar mandi satu gudang, dan satu kamar yang selalu terkunci. Dan untuk di Toko sembako sebelahnya, juga terdapat bagian-bagian terlarang yang sudah Pak Lurah terapkan juga.

"Ini kok gelap banget, apa lampunya mati ya?" Gendhis berjalan melewati lorong yang sangat gelap. Meskipun tidak panjang, namun hal itu terasa sunyi sekali. Di kedua sisi lorong itu terdapat gudang, dan kamar yang selalu terkunci.

Pak Lurah bilang, itu kamar untuk menyimpan Emas batangan, dan beberapa uang. Para karyawan pun percaya begitu saja, karena memang mereka tengah bekerja dengan barang mewah (Emas).

Kriettt ..

Gendhis tersentak, ketika pintu di gudang terbuka dengan sendirinya.

Deg!!!

Deg!!!

Jantung Gendhis spontan berdetak kuat, dan refleknya ia langsung lari kembali kedepan.

Ia urungkan niatnya untuk ke kamar mandi, karena pintu tadi tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Padahal, tidak ada angin, ataupun kucing yang lewat. Dan, jikapun itu tertera angin, tidak mungkin pintu yang sudah tertutup sempurna akan dapat terbuka dengan sendirinya.

Wajah Gendhis kini memucat. Ia berdiri di ambang pintu masuk, dan dengan nafas yang sulit terkendali.

Fitri yang baru akan menimbang Emas, kini menatap temanya dengan mengernyit. "Ndis, kamu kenapa?"

Gendhis masih diam. Pikiranya seolah melekat dengan kejadian janggal tadi. Ia mencari hal sewajarnya, namun kejadian tadi menunjukan hal sebaliknya.

Fitri semakin di buat bingung. Ia lalu mengambil sebotol air minum, dan langsung di berikan pada temanya itu. "Di minum dulu!" Perintahnya.

Gendhis masih diam. Ia menerima botol minum tadi dengan tangan bergetar. Setelah menenggak setengahnya, Gendhis mencoba membuang nafas perlahan, lalu menatap Fitri dengan lamat. Nafas gadis itu terengah.

1
Lucas
seru banget lo ceritanya
Septi.sari: Kak terimaaksih🙏❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!