Seorang wanita mendatangi klinik bersalin di tengah malam buta. Wanita itu meringis menahan rasa sakit. Sepertinya dia ingin melahirkan.
Setelah mendapatkan pertolongan dari Bidan, kini wanita itu menunggu jalan lahir terbuka sempurna. Namun, siapa sangka ia akan di pertemukan oleh lelaki yang sengaja ia hindari selama ini.
"Lepas, Dok! Aku tidak butuh rasa kasihan darimu, tolong jangan pernah menyakiti hatiku lagi. Sekarang aku tak butuh pria pengecut sepertimu!" sentak wanita itu dengan mata memerah menahan agar air mata tak jatuh dihadapannya.
"Alia, aku mohon tolong maafkan aku," lirih lelaki yang berprofesi sebagai seorang Dokter di sebuah klinik bersalin tempat Alia melahirkan. Lelaki itu menatap dengan penuh harap. Namun, sepertinya hati wanita itu telah mati rasa sehingga tak terusik sedikitpun oleh kata-kata menghibanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Alia
Resha tak menjawab. Wanita itu segera melebur dalam pelukan sang suami. Seketika tubuh Hendra membatu saat Resha memeluknya dengan erat. Terdengar isakan kecil dari bibirnya.
Hendra membalas pelukan istrinya dan mengusap punggungnya dengan lembut. Ia tak tahu tangisan apa yang keluar dari bibir sang istri. Apakah Resha tidak suka dengan kejutan itu?
"Hei, kenapa menangis? Apakah kamu tidak suka dengan kejutan ini? Tolong maafkan aku. Lain kali aku tidak akan melakukannya, dan aku...."
"Tidak Mas, aku sangat suka. Sungguh aku bahagia," ucapnya masih dengan tangisan.
Hendra menghela nafas lega, lalu merenggangkan pelukannya. "Kalau kamu suka kenapa harus menangis?" tanyanya dengan raut wajah bingung.
BUGH!
"Dasar lelaki kaku! Kenapa hidup kamu itu tak peka sedikitpun dengan hati seorang wanita," ucap Resha sembari memukul dada Hendra dengan gemas.
Pria itu hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya maaf, sungguh aku tidak paham," cicitnya dengan senyum salah tingkah.
"Mana Perhiasannya? Ayo pakaikan padaku," titah Resha yang membuat Hendra semakin salah tingkah.
"Ah b-baiklah." Hendra memasangkan kalung dan gelang di tubuh wanitanya. Sungguh jantung Pria kaku itu semakin tidak nyaman. Wajahnya terlihat memerah saat di tatap oleh Resha.
"Wow, cantik banget..." Resha tersenyum senang. "Terimakasih banyak ya Mas. aku suka banget."
"Ya, sama-sama." Hendra masih terdiam. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana. Ah benar-benar Pria kaku.
"Kamu demam, Mas?" tanya Resha sembari meraba kening Hendra dengan punggung tangannya.
"Aish, apaan sih." Hendra menyingkirkan tangan Resha.
"Terus, kenapa wajah kamu panas begitu?" tanya Resha menatap tak mengerti.
"Ini karena kamu," jawab Hendra singkat sembari menatap dengan dalam.
"Aku?" tanya Resha menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, karena jantungku selalu tidak tenang saat bersama denganmu," jawab Hendra jujur sekali.
"Kenapa bisa begitu?" tanya Resha semakin tidak paham.
"Aku juga tidak tahu. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?" tanya Hendra begitu lugu.
Seketika wajah Resha bersemu merah. Kini giliran jantung wanita itu yang tidak tenang saat mendengar kata-kata dari sang suami. Benarkah Hendra sedang jatuh cinta? Benarkah segala yang ia berikan saat ini karena sudah adanya perasaan cinta pada dirinya?
"Hei, lihatlah, wajahmu tak kalah merah. Jangan katakan bahwa kamu juga jatuh cinta. Hahaha..."
Pria itu terkekeh geli melihat ekspresi wajah mereka masing-masing. Resha kembali memukuli dada Hendra dengan gemas.
Bugh! Bugh! Bugh!
"Dasar lelaki kaku, lelaki es balok," rutu Resha dengan kesal.
"Hahaha... Jangan marah seperti itu, Sayang, sungguh kamu terlihat jelek," ucap Hendra sembari meraih tubuh wanita itu kembali masuk kedalam pelukannya.
"Habisnya aku kesal. Hiks Hiks, kenapa aku mempunyai suami seperti ini," ucap Resha dengan rengekannya.
"Baiklah baiklah, aku minta maaf. Mulai sekarang aku akan berusaha untuk menjadi lelakimu yang pengertian dan akan memahami apa yang kamu inginkan," janji Pria itu mengusap punggung Resha dengan lembut.
Resha semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang suami. Sungguh rasanya begitu nyaman dan bahagia.
Jika Hendra dan Resha sedang berusaha untuk menyelami perasaan masing-masing, berbeda dengan Hanan yang masih bingung sendiri.
Hanan kembali masuk kedalam kamar, ia melihat Alia sudah lebih tenang. Namun, tetap saja ada rasa takut dan cemas saat melihat kehadirannya.
Hanan tak bicara apapun, ia meraih ponsel yang ada di nakas, lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia sengaja memberi Alia waktu agar lebih tenang.
Alia turun dari ranjang, lalu menuju lemari pakaian untuk mengambil pakaian ganti. Hanan hanya mengamati aktivitas sang istri tanpa ada pertanyaan. Namun, saat melihat Alia mengambil pakaian ganti dan handuk, maka hatinya merasa semakin bersyukur.
"Kamu mau mandi? Mau aku bantu?" tanya Hanan menawarkan jasa.
"Tidak perlu," jawab Alia datar. Wanita itu segera masuk kamar mandi.
"Apakah dia sudah bisa mandi sendiri? Apakah benar dia sudah sembuh?" Pria itu bertanya-tanya sendiri.
Hanan masih belum yakin dengan perubahan sang istri, sehingga ia tidak fokus memainkan benda pipih yang ada di tangannya. Hanan duduk dengan gelisah.
Hanan berdiri di depan pintu kamar mandi. Ia mendekatkan telinganya untuk mendengarkan ada kekacauan apa di dalam sana. Biasanya Alia akan bermain busa dan menumpahkan shampo maupun sabun cair.
Tak terdengar suara apapun selain gemercik air yang keluar dari shower. "Apakah benar dia sedang mandi dengan benar?" gumam Pria itu.
Tok! Tok!
"Alia! Alia apakah kamu baik-baik saja!" panggil Hanan merasa cemas karena wanita itu tak kunjung keluar. Namun, tak berselang lama terdengar kenop pintu di putar.
Alia keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang telah berganti. Rambut panjangnya yang tergerai indah, aroma shampo begitu menguar.
"Alhamdulillah ya Allah." Hanan mengucapkan syukur dalam hati saat melihat Alia benar-benar sudah bisa mandi sendiri.
Alia menatap sekilas pada Hanan, setelah itu ia segera duduk di depan cermin. Hanan berdiri di belakangnya bersiap untuk membantu menyisir rambut panjang wanita cantik itu.
"Tidak perlu, Dokter," ucap Alia sembari meraih sisir yang ada di tangan Hanan.
"Baiklah, apakah kamu ingin makan sesuatu?" tanya Hanan dengan senyum manis.
Alia hanya menggeleng sembari menyisir rambutnya pelan. Hanan mengusap kepala Alia dengan lembut. Senyum bahagia begitu terlihat di wajah Pria itu saat menyaksikan perubahan nyata pada sang istri.
"Jika nanti kamu ingin makan sesuatu beritahu aku ya," ucapnya sebelum beranjak kembali duduk di sofa.
Lagi-lagi wanita itu menjawab dengan anggukan. Tak mengapa, bagi Hanan ia sudah cukup bahagia melihat perubahan Alia yang telah bisa mandi sendiri dengan benar.
Hanan kembali memainkan game di ponselnya untuk menghilangkan bosan. Namun, netranya tetap mengawasi gerak-gerik Alia.
Setelah bersisiran, Alia kembali naik keatas tempat tidur. Ia kembali membungkus tubuhnya dengan kain tebal. Sepertinya wanita itu masih was-was dan takut dengan kehadiran Hanan di kamar itu.
"Alia, mau ikut aku jalan-jalan sore?" tanya Hanan. Ia sengaja ingin membuat Alia agar selalu dekat, dan ia berharap rasa takut dan traumanya segera sirna.
Alia hanya diam, tetapi netranya menatap dengan lekat. Alia masih ragu untuk menerima tawaran sang suami.
"Bagaimana? Apakah kamu mau ikut? Kita jalan-jalan ke taman, kamu mau lihat kupu-kupu nggak?" tanya Hanan masih berusaha membujuk agar wanita itu mau ikut.
"K-kupu-kupu?" tanyanya dengan senyum sumringah.
"Ya, kita lihat kupu-kupu. Aku akan menangkapnya untukmu," ucap Hanan. Ia sudah tahu dari Resha bahwa Alia sangat menyukai makhluk halus nan begitu indah itu.
Alia mengangguk, dan segera turun dari ranjang. Hanan kembali menghela nafas lega. Sekali lagi ia mengucapkan syukur dalam hati atas segala perubahan pada istrinya.
"Tunggu sebentar, Sayang," ucap Hanan sembari meraih tangan Alia. Hanan mengambil sisir dan kembali merapikan rambut Alia yang sedikit kusut.
Alia hanya bisa menatap manik indah lelaki itu saat sedang fokus menyisir rambutnya.
"Udah, kamu terlihat begitu cantik. Ayo kita jalan sekarang."
Alia hanya mengangguk. Saat ingin keluar kamar, ia melihat boneka yang sudah beberapa hari ini tak ia sentuh.
"Dia," ucap Alia sembari menunjuk ke arah boneka itu.
Bersambung...
NB. Maaf agak telat update ya🤗 terimakasih banyak untuk raeder yang selalu beri dukungan. Salam sayang dari aku🤗🙏🙏
Happy reading 🥰
fix no debat