NovelToon NovelToon
Menikah Karena Fitnah

Menikah Karena Fitnah

Status: tamat
Genre:CEO / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi / Romansa / Tamat
Popularitas:830.5k
Nilai: 4
Nama Author: Kopii Hitam

Niat hati hanya ingin menolong seorang pria yang baru saja mengalami kecelakaan motor tunggal di jalanan, namun keadaan itu malah dimanfaatkan oleh seorang wanita yang tidak bertanggung jawab.

Alana dipaksa menikah hari itu juga oleh segerombolan orang-orang yang menangkap basah dirinya bersama seorang pria di sebuah kontrakan. Alana tidak dapat membela diri karena seorang wanita berhasil memprovokasi massa yang sudah berdatangan.

Bagaimanakah cara Alana menghadapi situasi ini?
Bisakah dia mengelak atau malah terpaksa menikah dengan pria itu? Pria yang tidak dia kenal sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29.

Pagi hari, Alana bangun lebih dulu. Saat membuka mata, alangkah terkejutnya dia mendapati dirinya yang tengah berada di dalam dekapan Azzam.

Alana membuka mata lebar-lebar, lalu menyingkirkan tangan Azzam yang melingkar di pinggangnya dengan sangat hati-hati.

Azzam tidak boleh terbangun, dia bisa besar kepala jika menyaksikan posisi mereka yang menempel layaknya perangko.

Setelah berhasil membebaskan diri, Alana cepat-cepat turun dari ranjang dan berlari memasuki kamar mandi.

Dia sangat malu, dia yang memberi batas dia pula yang melewatinya, tapi Alana juga bersyukur karena Azzam tidak menyadari itu.

Di kamar mandi, Alana mencuci muka dan menggosok gigi, dia sengaja tidak mandi karena harus menyiapkan sarapan pagi. Percuma saja mandi, ujung-ujungnya dia akan berkeringat berhadapan dengan kompor.

Setelah mengelap wajah dan merapikan rambut, Alana keluar dan meninggalkan kamar terburu-buru, dia bahkan tidak sadar kalau Azzam tengah tersenyum mematutnya.

"Dasar munafik, tidak mau dipeluk tapi malah memeluk. Gadis aneh!" batin Azzam mengulum senyum, dia turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.

Di dalam sana, Azzam membuka plester yang melekat di keningnya, dia merasa tidak memerlukan itu lagi, lagian lukanya juga sudah mengering.

Namun seketika Azzam menundukkan kepala, dia mengernyit menatap bagian bawahnya yang tiba-tiba bangun tanpa disuruh.

Azzam menghela nafas berat lalu membuangnya kasar. "Jangan sekarang tong, bersabarlah!" keluh Azzam sembari mengacak rambutnya frustasi.

Sepertinya dampak kejadian kemarin sudah membuat otong Azzam ketagihan. Pagi-pagi benda itu ikut bangun menyusul sang pemilik.

Cepat-cepat Azzam menyalakan shower dan berdiri di bawahnya. Mungkin air dingin mampu membuat tongkatnya kembali tidur.

"Ya Tuhan, kalau begini terus, aku bisa gila." batin Azzam sembari mengurut benda itu perlahan. Kakinya gemetaran dengan kepala menengadah menatap langit-langit.

Setengah jam kemudian, Azzam menumpukan tangannya di dinding, dia mengerang hebat setelah berhasil mengeluarkan cebongnya.

Tubuh Azzam rasanya lemas sekali, kakinya bergetar kuat menikmati rasa yang entah. Kapan penderitaan ini akan berakhir? Azzam benar-benar lelah.

Setelah membersihkan diri, Azzam melilit pinggangnya dengan handuk lalu meninggalkan kamar mandi.

Dia kemudian membuka pintu lemari dan mengeluarkan pakaian kantor yang akan dia pakai.

Sebenarnya Azzam masih ingin istirahat di apartemen, namun tanggung jawab membuatnya harus kuat melawan rasa letih.

Usai mengenakan pakaian dan merapikan rambutnya, Azzam memakai sepatu lalu berjalan menuju ruang makan.

Kebetulan Alana sudah menyiapkan nasi goreng dan menaruhnya di atas meja, ada secangkir kopi juga yang baru diseduh untuknya.

"Pagi," sapa Azzam dengan raut sedikit lesu lalu menarik kursi dan duduk. Tanpa banyak bicara, dia langsung saja menyantap makanan itu dengan lahap.

Enak memang, tapi Azzam sengaja diam, dia tidak ingin membuat Alana kepedean dan besar kepala.

Alana ikut duduk di hadapan Azzam, keduanya benar-benar bungkam tanpa bicara sepatah katapun.

Usai menghabiskan sarapan, Azzam menyeruput kopi yang ada di samping piringnya, kemudian menatap Alana sejenak dan berkata. "Hari ini aku mungkin pulang terlambat, tidak usah menungguku!"

"Hmm..." gumam Alana mengangguk lemah.

Apa Azzam... Entahlah, Alana tidak ingin memikirkan itu.

Setelah mengatakan itu, Azzam bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

"Azzam..." panggil Alana, pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Ya, ada apa?" tanya Azzam dengan nada terdengar dingin.

"Apa kamu sudah menemukan sekretaris baru?"

Alana memberanikan diri menanyakan itu, sejak semalam pertanyaan itu membuatnya menjadi tidak tenang.

"Sudah," angguk Azzam mengiyakan. "Kenapa?" imbuhnya menautkan kedua alis.

"Tidak apa-apa, hanya bertanya saja."

Alana cepat-cepat membereskan piring kotor dan bergegas meninggalkan meja makan. Azzam yang melihat itu sontak tersenyum, dia bisa melihat raut kekhawatiran di wajah istrinya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Azzam kembali berbalik dan lekas membuka pintu. Dia meninggalkan apartemen serta rasa gundah di hati Alana.

Setelah Azzam menghilang, Alana membanting piring dengan mata memerah karena kesal. Ucapan Azzam tadi membuatnya tidak ingin menyelesaikan pekerjaan.

Alana meninggalkan dapur dan masuk ke kamar, dia membanting tubuhnya di kasur dan memukul bantal untuk melampiaskan rasa sakit yang menghujam jantungnya.

Cemburu?

Entahlah, bisa iya bisa juga tidak. Alana sendiri tidak tau bagaimana perasaannya terhadap Azzam.

Setelah semua yang terjadi diantara mereka, Alana tidak rela Azzam berdekatan dengan wanita lain. Apalagi dia tau bahwa seorang sekretaris akan menghabiskan banyak waktu bersama bos mereka.

...****************...

Siang hari, Alana meninggalkan apartemen. Dia hendak ke supermarket untuk membeli bahan makanan yang sudah kosong di dalam kulkas.

Entah angin apa yang menerpa tubuhnya, tiba-tiba Alana memutar arah menuju perusahaan.

Dia belum bisa tenang memikirkan ucapan Azzam tadi. Dia penasaran, secantik apakah sekretaris baru itu?

Sesampainya di depan gedung Global Grup yang dipimpin Azzam, Alana melangkah pelan dengan tangan saling meremas. Dia ragu untuk masuk, tapi rasa penasaran membuatnya harus berani memasuki perusahaan itu.

Bukankah Azzam suaminya? Dia berhak mendatangi gedung itu dan mengetahui apa saja yang dilakukan Azzam di sana.

Sebelum memasuki lift, Alana mendekat ke meja resepsionis, dia bertanya pada seorang staf wanita mengenai keberadaan Azzam.

Alana menghela nafas lega saat wanita itu mengatakan bahwa Azzam ada di ruangannya.

Alana mengucapkan terima kasih lalu berjalan menuju lift.

"Nona Alana ada di sini, beliau sedang menuju ke ruangan Tuan."

Azzam tersenyum lebar mendengar ucapan seseorang melalui sambungan telepon. Setelah panggilan itu terputus, Azzam bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

"Ira, kalau ada yang mencariku, katakan bahwa aku sedang sibuk bersama sekretaris baru, paham!" titah Azzam dengan sedikit penekanan.

"Baik, Tuan." angguk Ira.

Setelah Azzam menghilang, Ira menautkan kedua alisnya. Sejak kapan ada sekretaris baru di kantor itu, perasaan dia lah yang ditugaskan menggantikan pekerjaan Alana untuk sementara waktu.

Ira hanya bisa geleng-geleng kepala menyadari keanehan bosnya itu.

Tidak lama berselang, Alana keluar dari lift dan berjalan menghampiri meja Ira.

"Siang, Mbak." sapa Alana dengan suara lembutnya.

Ira terperanjat sembari mendongakkan kepala, dia lantas berhamburan saking senangnya melihat kedatangan Alana.

Ira memeluk gadis itu seperti seorang kakak yang sudah lama tidak bertemu dengan adiknya.

Setelah mengurai pelukan, Alana langsung bertanya tentang keberadaan Azzam, dia beralasan ada hal penting yang harus mereka bicarakan.

Ira pikir Alana akan kembali ke perusahaan itu, sebab itulah Alana ingin bertemu dengan Azzam.

"Tunggu di sini saja, Tuan masih ada pekerjaan dengan sekretaris barunya." Ira menarik kursi kosong yang ada di belakangnya dan menyuruh Alana duduk di sana.

Alana mengernyit sembari menekuk kaki di kursi itu. Apa harus seorang bos berdua-duaan dengan sekretaris dalam ruangan dan menutup pintu rapat-rapat?

Waktu dia menjadi sekretaris Azzam, mereka harus berhubungan melalui sambungan telepon, ini tidak masuk akal. Apa Azzam?

Alana menggeleng-gelengkan kepala, dia tidak boleh berpikir negatif, siapa tau mereka memang hanya membahas tentang pekerjaan.

Hampir satu jam Alana menunggu, namun sampai detik ini tidak ada tanda-tanda seseorang akan keluar dari ruangan itu.

Pekerjaan apa yang mengharuskan mereka mengurung diri selama berjam-jam?

Alana mulai gelisah, pikirannya tidak bisa lagi dikondisikan. Dia harus masuk, dia harus tau pekerjaan apa yang tengah mereka lakukan.

1
Omah Tien
paling malas lihat cewe nya g tau diri so
oma lina katarina
nah gitu dong
oma lina katarina
kurang apa si Azzam, ganteng,, mapan , Alanna nya ga tau diri ,,jadi kesel sendiri
oma lina katarina
belagu Alanna nya kadang bikin sebel , jadi bukan kasian ,, sok, ga tau diri dah di sayang banyak tingkah
Diah Anggraini
azzam semangat donk.. kalo azzam nyerah saya sedih nih bacanya
Yosef Sudin
putar keliling cari terus alur ceritanya, belum ada tujuan yang jelas
Nelviati 17
kok kek gini outhor buat cerita nya dari salah paham trus emosi jg lama2 bacanya
Nelviati 17
kok kem gitu alana kurang suka ah sifatnya sama Azzam
I'iss Bundanya Queisha
outhor nya pasti agak rada2,GK masuk akal bget ceritanya,
Atika1234 Atika
capek bacanya
Yunik Yuliatin
Sungguh membagongkan...😃😃
Heintje Anumpitan
azzam nya yg bego,,,,
Bu Zahwawe
cerita ini sebenernya mau d bawa kemana,, muter"
Yuli Yuli
cm sgtu kurang seru
Yuli Yuli
akhirnyaaaa....
Yuli Yuli
bonusnya cm dikit
Yuli Yuli
trus g dlanjut lg tu cerita azzam
Yuli Yuli
pengen sembuh kok mlah tinggal didesa, trus gmn terapinya
Yuli Yuli
yg sbar azzam
Yuli Yuli
bkin mewek tp g jelas" ujungnya smpe kmn" kok akhire muter LG kstu🙄🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!