NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kau anggap aku apa?

"Apakah Anda wali dari wanita yang ada di dalam?" tanya dokter yang baru keluar dari ruang operasi. Ia melihat hanya ada Leon yang menunggu di luar.

Leon mengusap wajahnya, berusaha menghapus air matanya. "Iya, Dokter. Saya temannya... dan satu-satunya yang bersamanya saat ini," ucap Leon sambil berdiri.

Dokter menatap Leon dan menyerahkan selembar catatan padanya.

"Operasinya berjalan lancar. Namun karena keterbatasan kantong darah, kondisinya masih sangat kritis," jelas sang dokter, mengacu pada tulisan dalam kertas yang diberikan kepada Leon.

Leon membaca kertas itu, lalu menatap sang dokter dengan cemas.

"Bagaimana saya bisa mendapatkan kantong darahnya, Dok? Apa yang harus saya lakukan?" Ia tampak putus asa. Apapun akan ia lakukan agar Liora tetap hidup.

Dokter menyerahkan formulir.

"Isi ini dulu. Setelah itu, kau bisa mencari relawan. Golongan darah Liora sangat langka. Rumah sakit kami kehabisan stok."

Leon terduduk di kursi, menatap formulir itu tanpa tahu harus berbuat apa. Sampai ia teringat pada pamannya—Alex. Satu-satunya orang yang mungkin bisa membantunya saat ini.

Dengan cepat, Leon mengirim pesan. Untung saja Alex segera membalas, memberitahukan bahwa Zelena memiliki golongan darah yang sama dengan Liora—informasi yang ia ketahui setelah menelusuri latar belakang medis Zelena.

Tanpa membuang waktu, Leon keluar dari rumah sakit, masuk ke mobil, dan meluncur ke rumah Zelena. Ia tahu tadi Arman membawanya pulang. Semua ini terjadi karena Leon terlalu fokus pada Liora.

 

Sesampainya di rumah Zelena...

Leon melihat Zelena sedang naik ke lantai atas, menuju kamarnya. Dengan cepat, Leon mengejarnya dan menahan tangannya.

"Zelena," ucapnya pelan.

Zelena berbalik. Wajahnya tampak khawatir. Ia masih mengenakan pakaian yang sama, kini penuh dengan bercak darah.

"Ya, Kak? Kenapa?" tanyanya pelan. Ia berusaha tetap tenang, menahan semua pertanyaan dan sakit hatinya.

Leon memegang kedua tangan Zelena, matanya basah.

"Ikutlah denganku ke rumah sakit. Liora... dia butuh darahmu. Sekarang. Dia dalam kondisi kritis. Aku tidak bisa kehilangan dia..." ucapnya sambil menangis.

Zelena pun ikut menangis. Bukan karena Liora... tapi karena pria yang ia cintai begitu mencintai wanita lain.

"Tapi Kak... ini sudah malam. Aku nggak bisa," ucapnya—sebuah alasan yang dibuat-buat. Padahal, kalau mau, dia bisa saja langsung pergi.

Leon berlutut di hadapannya, menatap mata Zelena dari bawah.

"Aku nggak tahu harus ke mana lagi, Zelena. Semua rumah sakit tak punya stok darah itu. Bahkan tubuhku sendiri... darahku tak cocok untuknya." Leon tampak sangat putus asa.

Zelena menggigit bibir. Jika saja Liora bukan orang yang memiliki hubungan rumit dengan Leon... mungkin dari tadi ia sudah bersedia menolong.

Ahmad, yang menyaksikan semuanya dari kejauhan, merasa ada yang berbeda. Ini adalah kedua kalinya ia melihat wajah Leon dengan kekhawatiran sebesar itu. Pertama, saat Zelena diculik. Sekarang, saat Liora berada di ambang kematian.

Ahmad mendekat.

"Pergilah, Nak. Bantu teman Leon. Tak ada kebaikan yang sia-sia," ucap Ahmad lembut.

Leon menatap Ahmad.

"Pak... Anda juga punya golongan darah yang sama, bukan? Kenapa tidak ikut?"

Zelena menatap Ahmad dengan bingung.

"Ayah...?"

Situasi makin kacau malam itu.

Leon menggenggam tangan Zelena dan menariknya.

"Mungkin ini belum waktunya aku mengungkap semua kebenarannya... Tapi satu dari seribu rahasiamu sudah terbongkar." bisiknya pelan.

 

Sesampainya di rumah sakit...

Zelena duduk di kursi tunggu, menatap Leon yang tampak panik.

"Siapa sebenarnya wanita itu? Siapa Liora? Kenapa Kak Leon begitu peduli padanya?" isi hati Zelena.

Di depan ruang operasi, Leon berbicara pada dokter.

"Dok, ini salah satu relawan yang akan mendonorkan darah untuk Liora. Bagaimana keadaannya?"

Dokter menatap mereka.

"Liora baik-baik saja. Kau datang tepat waktu. Jika melihat tindakanmu tadi... sepertinya kau sangat mencintai gadis itu."

Leon hanya diam. Tapi wajahnya menjawab semuanya. Zelena melihat dengan jelas ekspresi itu—dan menyimpannya dalam hati.

 

Dua puluh menit berlalu.

Liora telah dipindahkan ke ruang perawatan. Sementara itu, Zelena masih terbaring di ruang donor darah. Ia belum sadar penuh, tubuhnya lemas akibat darah yang diambil cukup banyak.

Dari kejauhan, Leon menatapnya.

"Maaf, Zelena... semua ini rumit. Tapi tunggulah... setelah Liora pulih, aku akan kembali padamu."

Leon kemudian masuk ke ruang perawatan Liora. Ia duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Liora, menatap wajah cinta pertamanya itu.

 

Beberapa saat kemudian...

Zelena membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa pusing. Ia melirik sekitar, tidak ada siapa pun.

Hening. Malam semakin larut.

Ia turun dari ranjang, berjalan pelan mencari Leon. Dia yang membawaku ke sini... dia juga yang harus membawaku pulang, batinnya.

Zelena memeriksa satu per satu kamar rawat. Hingga akhirnya, ia sampai di ujung lorong... dan menemukan satu pintu yang tak tertutup rapat.

Ia mengintip.

Tepat di dalam, Leon tertidur sambil menggenggam tangan Liora, duduk di kursi di sebelah ranjang.

Zelena terdiam.

"Bahkan saat aku berada di sini... dia tetap lebih memilih Liora," bisiknya pilu, lalu perlahan memutar badan dan berjalan menjauh.

Zelena keluar dari rumah sakit, ia berjalan sendirian di pinggir jalan yang ramai namun terasa sunyi dan gelap bagi nya, dia membayangkan kejadian yang baru saja ia saksikan,

Udara dingin menusuk kuli nya, Langkahnya goyah. Tangannya masih sakit, tubuhnya panas, dan pandangannya mulai kabur.

Tubuhnya semakin lemah. Ia merasa akan jatuh.

Dan benar saja ia hampir roboh ke trotoar pinggir jalan,

Namun sebuah tangan menangkap tubuhnya tepat waktu.

"Zelena!" suara itu familiar dan hangat, juga terdengar sangat tulus,

Zelena mendongak pelan. "Tama...?", ini bukan orang yang di harap kan Zelena, namun dialah yang datang dan memberikan kehangatan di malam yang dingin,

Tama menatapnya cemas. Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Zelena.

"Kau demam... tubuhmu panas sekali."

"Kenapa kau di sini...?" ucap Zelena lemah.

"Kak Kenzo bilang kau tak ada di rumah. Aku datang bersama Amira. Setelah memanggil taksi untuknya, aku kembali mencarimu," jelas Tama sambil melepas jaketnya dan menyelimuti tubuh Zelena.

"Baiklah..." ucap Zelena, ingin kembali berjalan.

Namun tubuhnya tak kuat. Kakinya nyaris roboh lagi.

Tama langsung jongkok di hadapannya.

"Naiklah di punggungku. Dengan kondisi begini, kau tak mungkin jalan sendirian."

Zelena tak banyak berpikir. Ia terlalu lelah. Dengan sisa tenaganya, ia naik ke punggung Tama.

Tama mengaitkan tangan Zelena di lehernya, memastikan ia tidak terjatuh, lalu mulai melangkah perlahan.

"Kenapa kau ke rumah sakit...? Kau datang sendiri...?" tanya Tama lembut.

Namun tak ada jawaban.

Zelena sudah tertidur di punggungnya.

Tama tersenyum kecil.

"Istirahatlah, Zel., pasti kami ngerasa lelah dengan semua tantangan yang kamu hadapi sekarang " bisik Tama, agar tidur Zelena tidak terganggu

Ada kabar bahagia buat kalian para pembaca setia novel ini, aku bakal adakan giveaway berupa hadiah uang tunai, untuk kalian yang beruntung, dengan syarat follow akun noveltoon aku yang ini, like, subscribe cerita nya, follow ig viola.13.22.26

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!