Enemy, I Love You

#Yaya

"Setelah aku fikir-fikir tidak ada salahnya aku

ikut kalau Felix juga ada disana," ucapku sambil tersenyum kearah Ocha dan Felix.

"Nah, gitu dong dari tadi kenapa jawab begitu," jawab mereka berdua berbarengan.

"Kompak amat pak buk haha," ucapku meledek keduanya.

Sambil berbincang kami menghabiskan makan siang kami diselingi dengan candaan receh dari Felix yang membuat aku dan Ocha sakit perut karena tidak bisa berhenti tertawa.

Sementara dari meja lain, ada Alvin yang sedang memperhatikan mereka bertiga.

#Alvin

"Selalu bisa tertawa selepas itu jika bersama Felix, memangnya apa yang Felix bicarakan sampai tertawa begitu !" gumamku kesal melihat kearah meja Yaya.

#Author

"Hm Ocha Yaya, aku harus pergi sekarang ada kelas lagi soalnya, " ucap Felix berpamitan seraya berdiri.

"Ok makasih ya Fel,

dan semangat ya belajarnya," jawab Yaya.

"Ia santai saja Yaya.

Telphone aku kapan saja kalau kamu butuh bantuan aku, " ucap Felix dan langsung pergi meninggalkan Yaya dan Ocha.

Setelah Felix pergi, Yaya kembali dengan lamunannya, sampai Ocha bicarapun Yaya tidak begitu memperhartikannya.

"Yaya, ternyata Felix itu benar-benar baik ya, sudah tampan, sopan, badannya bagus, aku yakin pasti banyak sekali cewe-cewe yang mengharapkan cinta darinya, ia kan Yaya ?" Tanya Ocha seraya melirik kearah Yaya yang sedang fokus memandangi es teh didepannya.

"YAYA !" teriak Ocha mengagetkannya.

"Ocha , kenapa harus teriak-teriak ?" tanya Yaya setengah berbisik.

"Kamu melamun terus, kayaknya es teh itu lebih menarik dari pada omongan aku, aku yakin omongan aku tadi kamu gak dengar, kan ? makanya aku teriak biar kamu cepat bangun dari lamunan kamu, " kata Ocha membela dirinya.

"Hm, maaf Ocha, aku itu cuma lagi memikirkan orangkaya seperti Alvin pasti sudah punya segalanya, kan ?" ucap Yaya sambil menghela nafas panjang.

"Terus maksudnya apa ?" tanya Ocha bingung.

"Begini Cha , inti dari apa yang aku lamunkan tadi adalah, aku hanya sedang bingung memikirkan kado apa yang harus aku kasih untuk dia," jelas Yaya.

"Oh ia juga, Kenapa gak kefikiran sama aku soal itu, ya ?

hm, kenapa gak jam tangan aja, " ucap Ocha mencoba memberi solusi.

"Sepertinya sudah banyak Cha, malahan yang aku lihat jam dia semuanya mahal.

Sudahlah gak usah dibahas makin pusing aku, nanti saja kita fikirin lagi, " jawab Yaya.

"Hm yasudah kalau begitu, jangan manyun atau melamun lagi Yaya jelek, gak usah terlalu banyak berfikir," ucap Ocha.

Mereka berdua masih mengobrol dengan santai sambil menunggu kelas berikutnya dimulai.

#

Alvin yang saat itu sedang sibuk menatap sinis kearah yaya, tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara dibelakangnya.

"Vin " sapa suara itu.

"Ada apa !" jawab Alvin ketus.

"Lo kenapa Vin ?

santai saja dong jangan bentak-bentak gitu ngomongnya !" ucap Ajeng dengan nada kecewa.

"Eh Ajeng, sorry tadi gua lagi melamun jadi agak kaget pas lo nyapa, gua kira tadi bukan lo, makanya gua sedikit tinggi barusan," jawab Alvin mencoba mengelak.

"Yasudah gak usah dibahas lagi , gua ada hal yang lebih penting buat dibahas Vin, lo mau dengar gak ?" tanya Ajeng memberitahu.

"Hal penting apa ? " tanya Alvin mulai fokus pada Ajeng.

"Bentar-bentar sebelumnya gua mau nanya dulu Vin,

ngomong-ngomong apa lo masih mau menyingkirkan cewe miskin sialan itu Vin ?" tanya Ajeng sambil melihat kedalam mata Alvin yang tiba-tiba terdiam tanpa suara.

"Vin,

Alvin !" teriak Ajeng memanggil Alvin yang melamun.

"Ha ?

hm ya ialah jelas masih," jawab Alvin, terdengar ragu dari suaranya.

Namun sepertinya Ajeng tidak terlalu memperdulikan mau Alvin masih yakin atau tidak tetap mau menyingkirin Yaya, sepertinya dia memang punya niat buruk terhadap Yaya.

"Baiklah kalau begitu, nanti dipesta lo , gua bakal bikin satu game, dimana game itu yang akan bisa merugikan untuk dia.

Karena dari apa yang gua tau Vin, dia itu gak pernah bisa minum alcohol sama sekali , jadi nanti kita buat game, yang sudah gua atur supaya dia yang kalah," ucap Ajeng mencoba menjelaskan pada Alvin.

"Terus keuntungannya buat gua apa Jeng ?" tanya Alvin bingung dengan maksud dan tujuan Ajeng membuat game seperti itu.

"Alvin , selama ini itu dia terkenalnya disini sebagai cewe baik-baik, kalau seandainya nanti dia sudah mabuk parah , dia bakal bertingkah konyol, bahkan melakukan hal diluar kebiasaannya, lalu langkah terakhir kita adalah merekam video dan menyebarkannya kegrup kampus, gua sangat yakin itu bakal buat dia malu sekali, dan lagi lo pernah bilang kalau dia itu anak beasiswa, kan ?

gua juga yakin beasiswanya pasti bakalan dipertimbangkan lagi, mau diteruskan atau di stop !

Jadii gimana menurut lo Vin rencana gua bagus, kan ?" tanya Ajeng.

"Hm tapi apa itu gak terlalu berlebihan Jeng ?" tanya Alvin ragu.

"Kenapa ?

jangan-jangan lo mulai lemah sama dia !" ucap Ajeng sinis.

"Gak mungkin lah Jeng.

Yasudah lo lanjutkan saja rencana lo tadi ," jawab Alvin pasrah.

"Ok, berarti gua anggap lo setuju ya Vin dengan ide gua ?" tanya Ajeng lagi untuk lebih meyakinkan.

"Lanjutkan Jeng , gua setuju sama rencana lo " jawab Alvin seraya melihat kearah Yaya.

#Ajeng

"Sorry Vin , tapi gua melakukan ini buat diri gua sendiri, karena gua juga benci sama cewe itu, semua berawal dari lo yang gua lihat sudah mulai berubah.

Ditambah lagi dia bisa mengancam posisi gua didekat lo, jadi sebelum dia benar-benar berhasil merebut hati lo , gua harus bisa menyingkirkan dia terlebih dahulu," gumamku dalam hati, seraya melihat kearah Yaya dan Alvin secara bergantian,aku menyungingkan bibirku, merasa menang .