Ayah kandung yang tega menjadikan putra keduanya bayang-bayang untuk putra pertamanya. Menjerumuskan putra kedua menuju lembah kehancuran yang menimbulkan dendam.
Ayah dan saudara yang di cari ternyata adalah sosok manusia namun tak berperasaan. Sama seperti iblis yang tak punya hati.
"Rahmat Rahadian"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neng Syantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JACK (MARCO)
Sore itu, Dean dan Sam datang ke apartemen yang di tempati Mayang dan Mbok Jum. Mereka datang untuk mengambil beberapa barang milik Jack.
Mayang yang melihat sebuah Mobil mewah memasuki area apartemen itu, segera berlari keluar. Berharap Jack yang datang.
“Kak Rah-“ ucapan Mayang terputus, saat melihat Dean dan Sam yang keluar dari mobil itu.
“Ada apa?” tanya Dean datar.
“Tidak ada apa-apa, Tuan. Saya pikir tadi, Tuan Jack,” jawab Mayang dengan perasaan kecewa.
“Jack tidak akan kemari, ia sedang ada pekerjaan,” ucap Dean.
“Kapan dia akan kembali?” tanya Mayang, dengan sangat hati-hati.
“Tidak tau, mungkin lusa, minggu depan atau bisa jadi akan lebih lama lagi,” kata Dean sambil berjalan meninggalkan Mayang yang berdiri mematung di ambang pintu.
“Kau sedang jatuh cinta pada Kak Jack, ya?” bisik Sam di telinga Mayang. Membuat wajah Mayang berubah semerah tomat.
“Apakah mereka dapat melihat, bahwa aku mencintai Kak Rahmat.” Batin Mayang yang masih terdiam di ambang pintu itu.
Tidak lama kemudian, Dean dan Sam kembali lagi ke lantai bawah. Mayang sengaja menunggu di bawah tangga.
“Tuan Dean, bisakah telponkan Tuan Jack, sebentar saja. Hanya sekedar mendengar suaranya sedikit,” ucap Mayang dengan wajah tertunduk karena takut.
“Kau ingin bicara padanya?” tanya Dean sambil mengeluarkan ponsel dari saku span hitam yang ia pakai.
“Tidak, Tuan Dean saja yang bicara, saya hanya ingin mendengar suaranya,” ucap Mayang masih dengan kepala tertunduk.
“Wanita memang merepotkan,” Guman Sam.
“Hallo, Jack!”
“Ada apa?” tanya Jack dari seberang telpon.
“Tidak ada apa-apa,” jawab Dean.
“Jika wanita bodoh itu, yang meminta mu menghubungi ku, tolak saja. Aku tidak ingin mendengar tentangnya, apalagi mendengar suaranya. Wanita itu tak ubah dari mainan bagiku, aku menahannya di tempat itu, tak lebih untuk menyiksa hatinya yang terus berharap akan diriku,” ucap Jack panjang kali lebar kali tinggi sama dengan luas itu.
Mayang yang mendengar perkataan Jack, hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Hatinya sakit, bagai di gores oleh sembilu lalu di siram dengan air cuka. Sakit, perih bercampur menjadi satu. Sebenci itukah Jack padanya? Begitu yang di pikirkan Mayang, padahal kebenarannya adalah, Dean sudah lebih dulu menelpon Jack, memberi tahu bahwa Mayang menanyakan keberadaannya.
Sebelumnya, saat Dean baru tiba di pantai atas apartemen itu.
“Hallo, Kak. Ada apa?” tanya Jack kepada Dean yang menelponnya.
“Mayang menanyakan keberadaanmu,” ucap Dean.
“Biarkan saja, jawab seperlunya,” kata Jack. “Aku yakin, sebentar lagi. Ia akan meminta kakak, atau Sam untuk menghubungiku,” sambungnya.
Dan benar saja, apa yang di pikirkan oleh Jack. Mayang benar-benar meminta Dean untuk menghubunginya. Ia pun sengaja melontarkan kata-kata pedas yang menyakiti hati.
“Kau akan menyesal, Jika terus-terus seperti ini, Jack,” batin Dean. Matanya terus menatap Mayang yang terus menundunduk itu.
“Kalau begitu, terimakasih Tuan Dean. Saya pamit ke atas dulu,” kata Mayang sambil berlari Dean, bahkan bahunya menyenggol Sam yang berdiri di samping Dean.
“Dasar wanita, dia pasti menangis,” ucap Sam sambil memegangi bahunya.
“Jangan bicara seperti itu,” kata Dean. “Ayo, kita segera kembali,”
Dean dan Sam pun segera kembali ke rumah kakek. Dengan membawa barang-barang milik Jack.
.
.
.
“Apakah kau, sudah mengerti?”
“Sudah, Pa. Besok Marco sudah bisa mulai bekerja,” kata Jack.
“Bagus, papa sangat senang. Akhirnya kamu mau bekerja di kantor papa,” ucap Tuan Brahma sambari menepuk pundak Jack.
“Kantor papa, kepala mu!” maki Jack dalam hati.
“Pa, Marco akan pergi menemui Jhon,” Jack segera pergi meninggalkan Tuan Brahma, bahkan sebelum di izinkan.
“Ckk.. Anak itu, masih saja berperilaku seenaknya,” guman Tuan Brahma. “Tapi setidaknya, dengan dia mau membantuku di perusahaan, itu sudah sangat membuat hatiku senang,”
.
.
.
Di Club Malam, tempat biasa di mana Marco menghabiskan malamnya. Ia ternyata sudah di tunggu oleh Jhon.
“Tumben sekali, Kau telat?” tanya Jhon.
“Aku sedang tidak bersemangat, mataku mengantuk sekali,” jawab Jack, ia segera duduk di samping Jhon.
“Kenapa kau terlihat sangat aneh?”
“Diam lah!” bentak Jack, ia sebisa mungkin berperilaku buruk seperti Marco. “Oiya, aku sudah menghabisi salah satu pelaku pembunuh Tino,”
“Benarkah?” tanya Jhon.
“Lihat lah!” Jack memperlihatkan sebuah video, di mana dirinya sedang memukuli salah satu anggota Klan Tiger.
“Kapan kau melakukannya?” tanya Jhon lagi.
“Saat aku pergi dan menghipang dari sini kemarin malam, aku bilang pada papaku bahwa aku bermalam di hotel. Tapi sebenarnya aku pergi ke gudang yang ada di jalan M.” Jelas Jack, ia mengarang banyak kebohongan untuk melancarkan aksinya.
“Hay, sayang..” tiba-tiba seorang gadis **** datang dan duduk di pangkuan Jack. Membuat ia risih dan kesal setengah mati.
“Menyingkirlah!” usir Jack pada gadis itu.
“Tidak mau,” rengek gadis itu sambil menggesekkan dadanya pada tubuh Jack.
“Menyingkirlah, aku sedang tidak bernapsu!” Jack mendorong tubuh gadis itu dengan kasar, membuat gadis itu terjungkal kebelakang.
“Marco, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menolak bahkan mendorongku?” gadis itu bangkit dan protes pada Marco.
“Sudah ku katakan, menyingkir. Tapi kau tidak mendengarkan aku, aku sedang tidak bernapsu dan tidak ingin bermain malam ini,” kata Jack dengan santai.
“Kamu keterlaluan!” gadis itu menghentak hentakan kakinya kelantai, setelah itu ia pergi dari harapan Jack.
“Biasanya kau akan sangat senang saat dia duduk di pangkuan mu seperti tadi,” kata Jhon.
“Ckk.. Sudah ku katakan, aku sedang tidak bernafsu,”
“Wanita murahan, sangat menjijikan,” batin Jack.