Warning 21+ guys ... harap cek umur dulu sebelum baca.
***
Arya seorang Presdir di sebuah perusahaan terjebak pesona sekretaris pribadinya sendiri yang setiap hari sering berinteraksi dengannya.
Suatu hari mereka terpaksa tinggal satu kamar dan tidur satu ranjang. Bisakah Arya bertahan dengan godaan ranjang dari sekretaris mudanya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Nisa Digarap Oleh Andre
Di tempat lain, Nisa sudah akan mulai memasuki ruang kamarnya. Andre yang tidak mau kalau tiba-tiba pintu itu dikunci dari dalam mulai merangsek maju dengan sangat cepat dan kini tubuh lelaki itu memeluk Nisa dari belakang dan mendorongnya maju agar segera masuk ke dalam ruang kamar wanita itu yang sebentar lagi akan menjadi tempat kejadian perkara adegan panas diantara keduanya.
"Ahh, kamu siapa?" kaget Nisa yang mulutnya berkata seperti penolakan tapi tubuhnya malah menikmati pelukan yang diberikan oleh Andre.
"Aku pangeran yang akan menolongmu dari rasa tersiksa yang sedang kamu alami saat ini," bisik Andre.
"Jangan peluk aku! Pergi kamu," usir Nisa yang hanya dimulut saja, tapi saat Andre mencium leher jenjangnya, Nisa malah menikmatinya.
"Kamu beneran pengen aku pergi?" goda Andre yang kini membalikkan tubuh Nisa agar menghadap tubuhnya.
Nisa yang sudah sangat kepanasan mulai tidak sadar mencopot pakaian luarnya.
"Kamu tadi memintaku pergi, tapi sekarang kamu malah menggodaku, Sayang," bisik Andre dengan suara yang sangat menggoda sembari menyusuri lekuk tubuh Nisa dengan kedua tangannya. "Tubuh kamu ternyata lumayan indah," puji Andre yang salah satu tangannya diraih oleh Nisa dan diarahkan ke tempat yang bisa di daki oleh jemari lelaki itu.
"Kenapa aku seperti ini?" batin Nisa yang sudah tidak bisa mengontrol tubuhnya lagi.
Andre mulai mencium Nisa dan membawa wanita itu untuk menuju ke ranjang empuk yang ada di ruang kamar ini.
Bruk!
Tubuh Nisa pun sudah jatuh ke atas kasur empuk itu dengan Andre yang menindih di atas tubuhnya.
Untuk sejenak Andre melepaskan diri dari bibir dan tubuh Nisa.
"Jangan pergi," rintih Nisa yang tidak rela ditinggalkan oleh Andre.
Lelaki itu mulai mengeluarkan ponselnya dan menyalakan rekaman video serta mengaturnya agar yang terlihat jelas di kamera hanya Nisa saja yang tertangkap wajahnya. Sedangkan di pihak Andre, wajahnya tidak terlihat jelas dan hanya tubuhnya saja serta bagian belakang dan samping kepalanya saja yang terekam oleh ponsel pintarnya itu.
"Jangan pergi!" lambai Nisa ke arah Andre yang sekarang masih sibuk membenarkan posisi ponselnya dan rekaman video itu pun sudah dimulai.
"Sabar sebentar, Sayang," sahut Andre yang kini sudah berhasil memposisikan ponsel pintarnya dan bisa berdiri tanpa terjatuh lagi.
Setelah selesai, Andre pun mulai berjalan kembali ke arah Nisa dan yang terekam di rekaman video ponselnya adalah tubuh bagian belakang Andre.
Andre pun mulai melepaskan kaosnya dan mulai menaiki tubuh Nisa kembali yang langsung disambut oleh wanita itu tanpa banyak perlawanan.
Meski pada dasarnya Nisa menangis dalam hati, namun dia tidak bisa berbuat banyak dan lama kelamaan kesadarannya mulai hilang, yang ada hanya gairah ingin dipuaskan oleh lelaki yang sedang menyentuhnya saat ini.
***
Di tempat lain, Anna sedang asik memilih perhiasan yang ingin dia beli bersama dengan Arya.
"Mas, coba lihat! Lucu nggak anting ini?" tanya Anna yang mulai mendekatkan anting-anting itu pada telinganya.
"Bagus kok." angguk Arya. "Cocok sama kulit putih kamu. Jadi makin bersinar anting-anting itu kalau dipakein ke telingamu."
"Aku ambil yang ini ya, Mas," ucap Anna bahagia.
"Iya, boleh."
"Eh ini juga bagus nih anting-antingnya buat ibu-ibu," ujar Anna yang mulai sibuk meminta kepada pelayan toko perhiasan agar mengambilkan anting-anting itu. "Bagus banget," puji Anna dengan mata yang berbinar.