WARNING!
INI NOVEL DEWASA!
~banyak kata umpatan
~banyak adegan kekerasan (menyebabkan ngilu, serangan panik, pingsan dan kepikiran author tidak bertanggungjawab)
~banyak adegan percintaan
~harap menanggapi kisah ini dengan bijak
***
Seorang wanita yang lupa ingatan. Lupa akan masa lalunya. Terperangkap dan terjerumus dalam kehidupan barunya sebagai seorang mafia kelas dunia.
Dilatih oleh para orang-orang buangan yang menaruh dendam kepada Pemerintah. Siapa sangka dirinya akan menjadi Ratu di Kerajaan Mafia.
Penyiksaan, penghianatan dan dendam praktis mengubah Lily yang dulunya ceria dan lemah lembut berubah menjadi wanita berdarah dingin yang kejam tanpa belas kasih.
Menyamar menjadi seorang bodyguard boyband terkenal asal Korea Selatan. Lily menemukan jalan ke masa lalunya.
Diburu Polisi dan Pemerintah seluruh dunia serta dianggap sebagai penjahat perang karena aksinya yang selalu melibatkan pihak militer.
Orang-orang dari masa lalunya datang mencoba mengembalikan Lily ke kehidupan lamanya setelah mengetahui dirinya menjadi seorang mafia.
Akankah Lily kembali ke kehidupan masa lalunya ataukah tetap memilih menjadi seorang mafia?
~Dan.. jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada penulis ya.
Karena ini masih novel pertama, maafkan jika ceritanya sedikit naif seperti penulisnya, hehe😁
Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan komen postif agar penulis makin semangat dalam berkarya. Terima kasih😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lelevil Lelesan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Kembali~
Tak terasa Lily sudah berlatih selama 3 minggu lebih bersama 9 agen yang nanti akan ditugaskan di Colombia untuk mengurusi bisnis Tuan Ho. Mereka ber 10 terlihat sangat akrab seperti keluarga. Bahkan Lily juga sudah berkawan dengan pustakawan yang pernah terlibat salah paham tempo hari karena dikira dia adalah Tuan Ho yang menyamar.
Bahasa Spanyol Lily juga sudah bisa dibilang level expert. Dengan banyak bekal yang sudah dikantonginya, Lily mulai percaya diri bahwa dia sudah memiliki kemampuan yang setara dengan ke 9 agen. Padahal faktanya Lily lebih unggul jauh diatas mereka tapi dia tak menyadarinya.
Mulai dari bela diri yang pernah diajarkan Drake selama latihan di pantai The Grey House. Ilmu pedang dari James di Dojo The Grey House. Kemampuan menembak di Black Castle. Serta kemampuan menguasai 5 bahasa dari Indonesia, Inggris, Mandarin, Korea, dan Spanyol. Meskipun begitu Lily tetap ramah dan mudah tersenyum. Tetap ceria dan mudah bergaul. Semua orang yang bertemu dengannya pasti akan menjadi kawan.
Meski begitu, Lily sering teringat kepada orang-orang yang berada di camp dan The Grey House. Sudah lama dia tidak mendengar kabar dari mereka karena sibuk dengan latihan ketatnya selama di Black Castle. Jaringan telepon Lily sengaja di blokir oleh Tuan Charles dengan alasan demi keamanan.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Lily. Segera Lily membukanya. Ternyata itu Tuan Charles. Terkadang Lily memanggilnya paman dan Tuan Charles pun tidak keberatan. Mereka berbicara dalam bahasa Inggris.
"Good morning beautiful." ucap Tuan Charles menggoda dengan senyum lebarnya.
"Good morning Mr. Charles." ucap Lily dengan tersenyum. Dia sudah mulai terbiasa dengan sikap Tuan Charles yang genit.
"Ada apa paman mencari saya?" tanya Lily.
"Berdandanlah yang cantik hari ini. Karena ibumu, Nyonya Rose akan datang mengunjungimu." ucap Tuan Charles dengan senyum merekah.
Lily tidak mempercayainya. Sontak dia melompat kegirangan.
"Benarkah? Benarkah paman? Aaaa.. aku senang sekali!" teriak Lily dengan gembira dan berlari ke atas ranjang dan melompat-lompat.
Tuan Charles hanya menggeleng kepala karena sikap Lily seperti anak kecil. Tuan Charles menebak Lily berumur sekitar 26-27 tahun dan seharusnya dia sudah tidak pantas bersikap seperti itu.
Tuan Charles pergi meninggalkan Lily di kamarnya agar bersiap-siap. Dia juga tak mau kalah modis karena sudah bertahun-tahun tidak bertemu mantan kekasih yang masih dicintainya. Diapun juga mulai berdandan.
Tuan Charles, Lily dan Tuan Ho sudah menunggu di depan pintu Black Castle. Hujan salju masih turun tapi tak begitu lebat, menutupi pekarangan dan kastil. Seperti di sulap. Black Castle terlihat seperti white castle. Terlihat wajah Tuan Ho kesal. Dia berbicara dengan bahasa Inggris.
"Apakah kalian berencana untuk pergi ke pesta dansa? Kenapa kau memakai gaun merah menyala dengan belahan tinggi di paha dan memamerkan dadamu yang besar?" ucap Tuan Ho dengan sinis kepada Lily. Lily hanya mengerutkan dahi dan merapatkan mantel bulunya. Dia memandang Tuan Ho dengan sebal. Tapi Tuan Ho cuek saja.
"Kau juga paman. Kenapa bau parfum mu menyengat sekali. Apa kau berencana mau membunuh semua kecoa yang ada di rumah ini?" ucap Tuan Ho dengan sinis. Tapi Tuan Charles mengabaikannya saja.
Batin Lily " Dari pada elu, cuma pakai selop biru yang itu-itu aja, sweater rajutan panjang warna putih dan celana jeans panjang serta kaos kaki. Terlihat kuno sekali tapi untungnya elu tampan dan kaya, jadi gak keliatan gembel-gembel amat." sembari memandangi cara berpakaian Tuan Ho dengan sebal.
Tak lama datanglah 2 mobil yang sama. Mobil yang pernah menjemput Lily dan Komandan Zeno waktu itu, Land Rover dan Bentley hitam. Senyum Lily dan Tuan Charles merekah. Terlihat Nyonya Rose turun dengan elegan dari mobil bentley hitam. Dia segera berjalan cepat ke arah Lily mengenakan mantel bulu cokelat tebal. Mereka berbicara dalam bahasa Inggris.
"Ahhh.. Lily my love. I miss you so much." ucap Nyonya Rose dengan memeluk erat Lily.
"I miss you too, Mom." ucap Lily dengan pelukan hangat ke Nyonya Rose.
Nyonya Rose juga menyapa Tuan Charles dan seperti biasa Tuan Charles mencium tangan Nyonya Rose. Namun kali ini agak sedikit lebih lama. Lily hanya menahan tawa karena dia sudah tahu cerita masa lalu Tuan Charles dan ibunya. Nyonya Rose merasa canggung dan segera menarik tangannya dari ciuman Tuan Charles. Tuan Charles hanya tersipu malu. Tuan Ho yang melihatnya malah merasa jijik.
Tiba-tiba muncul Han dari mobil Land Rover dengan menarik 2 buah koper besar ke arah Nyonya Rose.
"Bibi. Kau tidak berencana membawa ini kembali ke rumah kan?" ucap Han menyindir.
Nyonya Rose hanya tertawa pelan. Lily yang merindukan sepupunya ini segera memeluk Han. Han terkejut Lily datang memeluknya.
"Kakak Han.. ahh aku sangat merindukanmu. Kau terlihat tampan seperti biasa." ucap Lily dengan senyuman manis dan kedua tangan menyilang dilehernya. Han tersipu malu. Tapi Tuan Ho terlihat kesal.
"Han. Kenapa kau ikut kemari? Diperjanjian tidak menyebutkan bahwa kau ikut terlibat. Hanya Nyonya Rose yang boleh menemui Lily." ucap Tuan Ho dengan gusar.
"Oh maaf Tuan Ho. Hanya saja. Jika aku tidak membawa Han, Komandan Zeno bisa salah paham. Kau tahu kan sifat pamanmu." ucap Nyonya Rose melirik menyindir Tuan Charles yang genit.
"Dasar Zeno. Tak bisakah membiarkan orang tua ini sedikit bernostalgia." ucap Tuan Charles dengan raut wajah tidak senang.
"Kalian berdua! Dilarang berpelukan, bergandengan tangan dan hal-hal sejenisnya selama di sini." sembari mendekati Lily dan Han, dia berusaha melepaskan pelukan Lily dari tangan Han.
Nyonya Rose dan Tuan Charles hanya saling memandang. Dalam pikiran mereka "Jangan jangan Tuan Ho.. menyukai Lily?"
Lily pun ditarik oleh Tuan Ho untuk masuk ke dalam. Mereka berkumpul di perapian ruang tengah. Terlihat Lily dan Nyonya Rose mengobrol dengan asyik. Sedang Tuan Ho hanya duduk di sofa dengan tangan dan kaki menyilang dan memperhatikan Han dengan tajam. Han duduk dengan tenang sambil minum teh mengabaikan Ho. Tuan Charles yang berada diantara mereka hanya menghela nafas dan mulai menyalakan cerutunya.
Akhirnya Lily mengajak Nyonya Rose untuk naik ke lantai dua agar beristirahat di kamarnya. Bodyguard A dan P membawakan 2 koper besar yang dibawa Nyonya Rose ke kamar Lily.
"Jadi paman Charles. Dimana kamar ku untuk beristirahat?" tanya Han sopan.
"Tidak ada kamar untukmu. Kau tamu tak diundang." ucap Ho kesal.
"Ho! Begitukah caramu menyambut tamu? Kau tak ingat? Han menyambutmu dengan baik saat di The Grey House. Tunjukkan sopan santunmu!" ucap Tuan Charles kesal.
"Hahhh.. abaikan dia Han. Biar L yang akan mengantarmu ke kamarmu. Selamat istirahat." ucap Tuan Charles sembari memberi instruksi kepada bodyguard L untuk mengantarkan Han ke kamarnya.
"Terima kasih paman." Han pun pergi mengikuti L.
Tuan Charles memandang Ho dengan kesal.
"Kau ini kenapa? Kenapa bersikap seperti itu kepada Han?" tanya Tuan Charles. Tapi Ho hanya diam saja. Dia pergi meninggalkan Tuan Charles begitu saja dan pergi ke kamarnya. Tuan Charles hanya menggeleng kepala dan mulai menghisap lagi cerutunya.
Di dalam kamar, Lily berbincang dengan ibunya menggunakan bahasa Indonesia.
"Ibu.. aku sangat merindukanmu." ucap Lily sambil memegang kedua tangan Nyonya Rose.
"Ibu juga sayang. Ibu juga sangat merindukanmu." jawab Nyonya Rose dengan senyum lebar.
"Apa kau disini senang? Apa Ho memperlakukanmu dengan buruk? Kau tidak disiksa kan?" ucap Nyonya Rose khawatir.
"Ah ibu kau bicara apa? Aku baik-baik saja. Malah sekarang aku sudah bisa bahasa Spanyol lho.. aku juga sudah bisa menembak dengan senjata sungguhan." ucap Lily dengan semangat.
Tapi entah kenapa Nyonya Rose malah terlihat sedih.
"Lily.. ibu minta maaf. Kau jadi terlibat dalam hal ini." ucap Nyonya Rose sedih dengan kepala tertunduk. Lily sebenarnya juga sedih dan tak ingin terlibat tapi dia tak ingin ibunya menghawatirkannya. Lily pun mengalihkan perhatian.
"Ibu.. 2 koper itu isinya apa? Gede amat. Kau membawa seisi Grey House kesini kah?" canda Lily. Nyonya Rose tertawa pelan memperlihatkan giginya yang putih bersih.
Segera dibuka sebuah koper berwarna cokelat. Ternyata berisi banyak baju untuk pakaian ganti Lily. Lily senang sekali. Tapi isi dari semua baju itu hanya celana panjang. Jas panjang. Kaos polos ketat dan semuanya berwarna putih hanya beda model saja. Lily bingung dan memandang heran. Nyonya Rose hanya tersenyum.
Masih ada 1 koper lagi dengan bentuk yang berbeda. Berwarna hitam dengan lapisan plastik tebal bertekstur kasar dan kunci pengaman berlapis. Nyonya Rose hanya memegangi koper itu tidak membukanya.
"Kenapa ibu? Ada apa? Apa isi koper itu?" tanya Lily penasaran.
"Ibu berharap. Kau tidak pernah menggunakannya nak. Tapi untuk berjaga-jaga ibu sudah mempersiapkannya." ucap Nyonya Rose dengan wajah serius dan menatap tajam Lily. Lily jadi semakin penasaran apa isinya.
Nyonya Rose membuka koper itu dan memasukkan beberapa nomor kombinasi untuk membuka lapisan ke2. "Klakk" koper itu terbuka. Lily terkejut dan kagum melihatnya.
Beberapa jenis senjata api dan perlengkapan lainnya berada di dalam koper itu dengan rak susun bertingkat yang bisa dilipat. Ada beberapa jenis senjata yang tidak Lily ketahui jenisnya dan bagaimana menggunakannya.
Nyonya Rose mengambil sebuah senapan laras panjang yang ramping dan terlihat ringan berwarna hitam model rakitan. Nyonya Rose menunjukkan bagaimana cara memasangnya, memasukkan peluru, mengkokang senjata dan melipat senjata itu menjadi lebih praktis saat dibawa.
Lily terkejut dan kagum melihat skill Nyonya Rose seperti orang yang sudah berpengalaman dengan senjata. Lily pun bertanya.
"Ibu. Kau bagaimana bisa tahu semua ini?" tanya Lily heran.
"Selain penerjemah. Ibu dulu juga seorang sniper." ucap Nyonya Rose dengan santai.
Mulut Lily menganga dengan lebar.
"Huwaaa.. kau tahu. Kau benar-benar ibu paling keren sedunia!" ucap Lily kagum.
"Lalu darimana kau mendapatkan semua barang-barang ini?" tanya Lily yang masih penasaran.
"Kau belum tahu ya. Kita memiliki pabrik senjata di Jerman. Kita menciptakan, memproduksi, mengembangkan dan menjualnya. Ibu adalah pemiliknya." ucap Nyonya Rose dengan senyum tipis.
"Oh.. My.. God." ucap Lily dengan tercengang.
Nyonya Rose hanya tertawa pelan melihat ekspresi Lily melongo mendengar ceritanya.
Nyonya Rose kembali menunjukkan peralatan lainnya.
"Ini granat mini. Inovasi baru dari ilmuwan muda kami. Cara menggunakannya kau cukup menekannya dan melemparkan ke benda keras maka dia akan meledak. Tapi tak usah khawatir. Granat ini aman. Selama dia tidak terbentur benda keras, kau masih bisa membawanya dengan aman meskipun dia sedang aktif." ucap Nyonya Rose dengan serius.
Tiba-tiba Nyonya Rose mengaktifkannya. Lily panik seketika dan berteriak. Nyonya Rose malah tertawa.
"Ibu.. jangan melakukan hal yang tidak-tidak! Kau membuatku takut." ucap Lily menutup kedua telinganya yang takut granat itu meledak.
"Lihat. Aku masih memegangnya dan lampu aktifnya masih menyala." Nyonya Rose menunjukkan kepada Lily dengan tenang.
"Kau tinggal menekannya lagi jika kau ingin menonaktifkannya." sembari mempraktekkan. "Bagaimana? Kau mengerti?" tanya Nyonya Rose memastikan. Lily pun mengangguk.
Nyonya Rose meminta Lily untuk mencoba setelan jas yang dia bawakan. Segera Lily pergi untuk mencobanya. Lily terlihat sangat modis dengan setelan itu. Nyonya Rose mendekatinya. Dia menerangkan kemampuan tersembunyi dari setelannya itu.
"Apa kau merasakan perbedaan pada setelan ini?" tanya Nyonya Rose.
"Ya. Tekstur celana ini sedikit berbeda. Bagian luarnya kasar seperti kulit ular atau semacamnya. Tapi bagian dalamnya sangat halus. Celana apa ini bu?" tanya Lily.
"Celana ini tahan api. Walaupun tidak lama tapi bisa bertahan sekitar 15 menit." ucap Nyonya Rose menjelaskan dengan santai.
Lily hanya melongo dan kagum dengan hasil karya seorang maestro yang membuatnya.
"Kalau kaosnya?" tanya Nyonya Rose penasaran.
"Seperti kaos untuk menyelam. Hanya saja ini tidak mengkilat dan tidak terlalu licin." ucap Lily sambil mengamati kaos yang dipakainya.
"Kau benar. Kaos ini tahan air dan cuaca terik. Ketika hujan kau tidak terlalu basah dan tak kedinginan. Saat panas keringat akan cepat terserap. Kaos ini juga cepat kering." jawab Nyonya Rose menjelaskan lebih detail. Lily hanya mengangguk-angguk dengan mata berbinar-binar.
"Bagaimana dengan jas nya?" tanya Nyonya Rose lagi.
"Agak sedikit berat dan tebal pada lapisan punggung, dada dan lengan." ucap Lily sembari meraba-raba jas yang dipakainya.
"Ini jas anti peluru. Jadi kau tak perlu memakai rompi anti peluru tebal yang tidak nyaman yang dipakai orang kebanyakan. Jas ini hanya kau yang memilikinya. Kau harus menyimpannya dengan baik." ucap Nyonya Rose menjelaskan.
Lily terdiam menahan air matanya. Dia tak menyangka ibunya begitu peduli padanya hingga sedemikian khawatir dengan menyiapkan semua hal ini.
"Kenapa Lily? Apa kau baik-baik saja?" tanya Nyonya Rose mulai khawatir.
Lily hanya menunduk. Segera dia memeluk Nyonya Rose dengan erat dan air matanya menetes.
"Terima kasih ibu.. terima kasih." ucap Lily dengan setulus hati. Nyonya Rose pun memeluk Lily dengan erat. Dia melakukan semua ini agar Lily tetap aman selama jauh dari pengawasannya dan berharap dia baik-baik saja selama bertugas di Colombia.
Lily dan Nyonya Rose pun segera merapikan lagi semua peralatan dan setelan yang nanti akan Lily bawa ke Colombia. Nyonya Rose kemudian beristirahat di ranjang. Lily menemani Nyonya Rose tidur disebelahnya.
Dipandanginya wajah ibunya yang sudah mulai menua dengan penuh kasih sayang. Dibelai rambutnya yang mulai beruban. Dia berjanji dalam hatinya bahwa dia akan baik-baik saja selama di Colombia dan akan kembali ke The Grey House dengan selamat agar bisa berkumpul lagi layaknya sebuah keluarga.