Karya ini murni dari imajinasi penulis. Tidak ada unsur plagiat.
🌺🌺🌺
Angga Pratama, seorang pengusaha muda yang sukses. Dia terkenal dengan kedinginannya. Mamanya memaksa Angga untuk segera menikah. Jika Angga tidak menikah juga. Maka, Santi akan menjodohkannya dengan anak dari sahabatnya.
Anastasya, seorang gadis yatim piatu berusia 21 tahun. Ia dibesarkan oleh asisten rumah tangganya. Yang di kenal dengan panggilan Bibi Ratih.
Suatu hari Angga dan Tasya dipertemukan. Namun, bukan pertemuan yang baik seperti pada umumnya.
Penasaran dengan kisah mereka? Jangan lupa favoritkan novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casilla Bella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter-28
Tasya pergi ke perusahaan Angga lagi. Ia membawakan Angga kotak bekal makan siang. Kali ini, Tasya lah yang memasak makanan untuk Angga.
Di lain sisi, ternyata Mona juga membawakan kotak bekal makan siang untuk Angga. Melihat kedua wanita yang ada di hadapannya, Angga menjadi bingung. Manakah yang harus ia pilih? Makanan yang dibawakan oleh Mona, ataukah makanan yang dibawa oleh Tasya?
"Angga, aku membuatkan spaghetti untuk kamu. Ini masih hangat lho, aku baru memasaknya tadi!" ujar Mona, sambil membukakan kotak makanan itu.
"Aku juga membuatkanmu nasi goreng, kamu makan ya, Ga?!" ucap Tasya, tidak mau kalah dengan Mona. Ia juga membukakan kotak makanan miliknya.
Angga memijat-mijat kepalanya. Kedua makanan yang dibawa oleh Tasya dan Mona memang terlihat sangat enak. Ia semakin bingung untuk memilih yang mana?!
"Ih! Nasi goreng itu pasti gak enak!" ejek Mona sambil menjauhkan nasi goreng milik Tasya.
"Mending, kamu makan spaghetti buatanku! Ini lebih enak, modern dan pastinya nggak akan bikin kamu mual seperti yang dibawakan Tasya kemarin!" ujar Mona, sambil menatap Tasya dengan sinis.
"Meskipun nasi goreng buatanku sederhana. Tapi, ini juga gak kalah enak kok! Aku yakin kamu pasti suka Ga!" seru Tasya.
"Sudah-sudah! Kalian jangan ribut! Akan kucicipi makanan kalian satu-satu!"
Angga mengambil spaghetti buatan Mona. Lalu, mulai memakannya.
"Puah!" Angga menyemburkan spaghetti yang ada di dalam mulutnya.
"Tolong, air!" pinta Angga dengan suara yang sedikit tercekat.
Dengan sigap Tasya mengambilkan Angga minuman, dan segera memberikannya.
"Ga, kok kamu kayak gitu sih!" protes Mona. Karena makanan yang ia bawa, malah dimuntahkan oleh Angga.
"Rasanya sangat tidak enak! Itu membuatku sangat mual!"
"Selain itu, rasanya terlalu asin!" tambah Angga.
"Hah? Asin?" ucap Mona terkejut.
"Kalau kamu gak percaya, coba cicipi!"
"Emm... aku..." Mona menggigit bibir bawahnya. Perlahan, ia mencicipi spaghetti itu dengan ragu.
Matanya terbelalak, "Kenapa asin kayak gini? Wah, ini ojol pasti salah tempat nih! Dia pasti beli spaghetti ini di pinggir jalan!" protes Mona dalam hati.
"Bagaimana? Asin kan?" tanya Angga. Mona membalasnya dengan menganggukan kepala.
"Coba kamu cicipi nasi goreng buatanku!" seru Tasya sambil tersenyum.
Angga mulai mencicipi nasi goreng buatan Tasya. Sementara Tasya, merasa sedikit grogi ketika melihat Angga mulai mengunyah nasi goreng buatannya itu. Pasalnya, ia takut jikalau Angga memuntahkan makanan yang ia buat itu.
"Angga, rasanya pasti lebih buruk dari spaghettiku kan?" ucap Mona, percaya diri.
Angga masih mengunyah nasi goreng itu dengan santai, "Hmm... ini enak kok!" serunya.
"Apa?!" ucap Mona terkejut.
Sementara, Tasya mengeluarkan senyuman merekahnya. "Syukurlah, Angga menyukai makanan buatanku!" gumam Tasya senang.
Mona menatap Tasya tidak suka. Ia segera mengambil tasnya. Lalu meninggalkan Angga dan Tasya dengan penuh emosi.
BRAK!
Mona menutup pintu itu dengan penuh emosi.
"Lho... Mona marah ya?!" gumam Angga bingung.
"Kamu ngapain masih di sini? Sana pulang!" usirnya.
"Pulang?" tanya Tasya sedikit terkejut.
"Iya, pulang. Buat apa kamu di sini? Aku sudah memakan nasi goreng buatanmu! Jadi, sekarang pulanglah!"
Ia menghela nafas kecewa, "Ya sudah, aku pulang!" ucap Tasya dengan wajah cemberut.
***
"Bisa-bisanya Angga memuji makanan buatan Tasya di depanku! Awas saja kau Tasya! Aku akan membuat perhitungan padamu!"
"Sayang!" panggil seseorang dari kejauhan.
Mona memutar bola matanya malas, lalu berjalan ke arah Raka.
"Bisa tidak? Jangan memanggilku seperti itu! Bagaimana jika ada yang mendengarnya dan mengenaliku? Aku tidak mau ya, kalau ada orang yang tahu tentang hubungan kita!" ucap Mona kesal.
"Jangan cemberut gitu dong! Nanti cantiknya hilang!" ujar Raka.
"Ada apa kamu mengajakku kemari?" tanya Mona malas.
"Aku ingin menghabiskan waktu berdua hanya bersamamu!" jawab Raka.
"Cih! Sebenarnya apa maumu? Aku tahu, kau tidak mencintaiku. Lalu untuk apa kau melakukan semua ini? Kenapa kau mengganggu hidupku! Tidak kah cukup kau telah menghancurkan masa depanku?!" gerutunya.
Raka tersenyum tipis, "Karena, aku suka bermain denganmu!"
"Dasar br*ngs*k!" umpat Mona kesal.
"Aku memang br*ngs*k. Tapi, tapi kau tetap mau berhubungan denganku kan?" Raka tersenyum licik.
"Kau tahu aku melakukan ini karena terpaksa. Kau selalu mengancamku!" Mona menghela nafasnya gusar.
"Tapi kau menikmati hubungan kita kan?" goda Raka.
Di sisi lain...
"Lho, Al! Kok murung gitu sih?" tanya Nuri, melihat Alea yang selalu murung selama beberapa minggu ini.
"Nggak papa." Jawabnya singkat.
"Cerita dong, ada apa?" tanya Nuri kepo.
"Aku gak papa Nur..." lirihnya.
"Pasti gara-gara Raka ya?"
"Bukan kok!" elak Alea.
"Halah, kamu bohong!"
"Al, bagaimana sih hubungan kalian itu? Sudah satu tahun kalian bertunangan, tapi kok Raka belum nikahin kamu juga!" sambung Nuri.
Alea menghela nafasnya, "Raka masih sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin, kalau sudah tidak sibuk. Raka akan segera mengurus pernikahan kita!" ujar Alea.
Nuri berkacak pinggang, "Kamu selalu beralasan seperti itu. Kapan ada kemajuannya?"
"Al, aku ini sahabatmu! Aku sangat peduli terhadapmu. Aku tahu, kamu selalu menyembunyikan sesuatu dariku. Oke, aku memang tidak berhak ikut campur dalam masalahmu. Tapi, setidaknya aku ini sangat peduli sama kamu!" tutur Nuri. Lalu meninggalkan Alea.
Matanya berkaca-kaca, "Maaf Nur... aku juga sangat ingin mencurahkan segala rasa gelisah, dan sakit ini. Tapi, itu tidak mungkin!" gumam Alea sedih.
"Hei!" serunya, sambil menepuk bahu Alea.
"Bunda! Bunda mengagetkanku saja!" ucap Alea terkejut.
"Kenapa yey melamun? Yey mau kesurupan? Kalau yey kesurupan. Nanti pelanggan kita malah pada kabur say..." ujar Bunda Mawar dengan suara manjanya.
Alea tersenyum, sambil mengusap lehernya. "Hehehe... maaf Bun!" serunya.
***
"Kenapa aku selalu merasa mual ketika makan? Tapi... kalau dipikir-pikir, tadi pagi saat sarapan. Aku tidak merasa mual!" gumamnya.
Tok... tok...
"Masuk!"
"Permisi Tuan, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Tuan!" ucap Bije.
"Siapa?"
"Saya juga tidak tahu Tuan!" jawabnya bohong.
"Baiklah, antarkan dia ke sini!" titah Angga.
Bije mengangguk, lalu keluar dari ruangan itu. "Kenapa dia datang lagi ke sini setelah sekian lama? Aku tidak boleh membiarkannya menyakiti sahabatku lagi!" gumam Bije dalam hati.
"Anda ditunggu oleh Tuan Angga!" ujar Bije.
"Oke, terima kasih sekretaris Bije!" ia menatap Bije dengan sinis.
Bije mengikuti pria itu. Ia tidak akan membiarkan sahabatnya dihancurkan lagi oleh pria jahat itu.
Pria itu membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Hallo, Angga! Kita berjumpa lagi!"
Angga mengerutkan dahinya, "Anda siapa? Anda mengenali saya?" tanya Angga bingung.
"Tentu saja, Tuan Angga Pratama. Saya sangat mengenali anda!" ujar pria itu.
Ia melirik ke arah Bije, "Benarkan sekretaris Bije?"
"Bije, katanya kamu tidak tahu siapa dia!" kata Angga.
"A-anu..." Bije bingung. Ia tidak menyangka, kalau Raka akan langsung berbicara seperti itu pada Angga.
.
Happy reading 😘
.... payyyaahhhhh dahhh😤😤😤😤😤😤