Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.
Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.
Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.
Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.
apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༿BAB༌༚28
Setelah menghindari Baek Yi-jin dengan tergesa-gesa, Park Sung-ah masuk ke dalam kelas dengan hati-hati. Dia memilih kursi di sudut paling belakang, jauh dari teman-teman sekelasnya, dan menutup diri di balik buku tebal.
Selama perkuliahan, matanya selalu bergerak, mengawasi setiap orang yang berjalan lewat—ia takut bertemu dengan mahasiswa yang lahir di tahun macan, takut melanggar larangan Kim Min-seok dan merusak dirinya sendiri.
Setelah kelas berakhir, Sung-ah keluar dari gedung dengan langkah yang cepat dan waspada. Setiap orang yang lewat di dekatnya membuatnya mundur perlahan, matanya penuh kekhawatiran. Yoo In-a yang mengikuti di belakangnya melihat perilakunya yang aneh, merasa semakin penasaran dan khawatir.
"Sung-ah, tunggu!" panggil In-a dengan suara yang lemah, berlari mendekatinya. Dia berdiri di depan Sung-ah, menghalanginya dari berjalan lebih jauh.
"Apa yang dilakukannya? Kamu terlihat sangat waspada terhadap semua orang—tidak seperti biasanya yang selalu ceria dan ramah. Ada apa denganmu, ya?"
Sung-ah merasa hati dia berdebar kencang. Dia menundukkan kepala, tidak bisa melihat langsung ke mata In-a. "Tidak ada yang salah, In-a," jawab dia dengan suara yang serak. "Aku hanya sedikit tidak enak badan saja. Jangan khawatir."
In-a melihatnya dengan mata yang penuh keraguan. Dia tahu bahwa Sung-ah menyembunyikan sesuatu, tapi dia tidak mau memaksanya.
Sebelum dia bisa berkata apa-apa lagi, seorang mahasiswa laki-laki yang mereka kenal dari kelas lain berjalan cepat melewati mereka. Tanpa sengaja, mahasiswa itu menabrak Sung-ah dengan kuat.
"Ah, maaf ya! Terlalu tergesa-gesa," ucap mahasiswa itu dengan cepat, lalu melanjutkan berjalan tanpa menunggu jawaban.
Sung-ah terkejut, tubuhnya mulai terjatuh ke lantai. Saat dia terjatuh, tangannya secara tidak sengaja menyentuh tangan mahasiswa itu yang baru saja menabraknya.
Pada saat itu, sejenak rasa dingin yang menyakitkan menyebar dari ujung jari dia ke seluruh tubuhnya.
Dia merasa darahnya berhenti mengalir, dan kepalanya berdenyut sakit seperti disambar petir. Dalam sekejap, tubuhnya menjadi lemah dan goyah, dan dia hampir pingsan di lantai.
Hanya pada saat itu, Park Sung-ah akhirnya mengerti mengapa Kim Min-seok mengatakan semua larangan itu—semuanya demi dirinya.
Larangan untuk tidak dekat dengan manusia yang lahir di tahun macan bukanlah sesuatu yang acak atau terlalu ketat—itu adalah perlindungan yang dia butuhkan agar tidak terluka atau bahkan mati.
Dia melihat ke arah mahasiswa itu yang sudah jauh, dan dia ingat nama dia ada di buku daftar orang yang lahir di tahun macan yang diberikan Min-seok.
In-a melihat Sung-ah yang lemah dan panik. "Sung-ah! Apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" teriak dia dengan suara yang penuh kekhawatiran, mencoba menopang tubuh Sung-ah yang goyah.
Sung-ah hanya bisa menggigil, tidak bisa berkata apa-apa. Rasa sakit dan lemah semakin membanjiri tubuhnya, dan dia merasa akan pingsan setiap saat.
Di ruang dosen lain di kampus, Kim Min-seok sedang menyusun materi perkuliahan ketika dia merasakan sesuatu yang aneh. Seperti yang dia katakan sebelumnya, kelereng rubah yang ada di dalam tubuh Sung-ah membuat mereka terhubung satu sama lain—dia bisa merasakan apa yang dirasakan Sung-ah.
Pada saat itu, dia merasakan rasa sakit dan lemah yang menyakitkan dari jauh, dan dia tahu bahwa Sung-ah sedang dalam bahaya.
Tanpa berpikir panjang, Min-seok berdiri cepat dari kursinya dan berlari keluar dari ruang dosen. Dia mengarahkan langkahnya ke arah halaman kampus, menggunakan kekuatannya untuk melacak keberadaan Sung-ah.
Dalam sekejap, dia menemukan dia yang sedang duduk di lantai dengan bantuan In-a, wajahnya pucat dan penuh kesakitan.
Min-seok mendekati mereka dengan cepat. "Sung-ah! Apa yang terjadi padamu?" tanya dia dengan suara yang penuh kekhawatiran, menyentuh pipinya yang lembut.
Sung-ah melihatnya dengan mata yang lemah, merasa lega karena dia datang. "Aku... aku menyentuh orang yang lahir di tahun macan," bisik dia dengan suara yang sangat lemah.
Min-seok menghela nafas panjang, memahami apa yang terjadi. Tanpa berkata apa-apa, dia membungkuk dan menggendong Sung-ah dengan hati-hati.
Tubuhnya yang lemah menempel pada tubuh Min-seok yang kokoh, dan dia merasakan panas dari tubuhnya yang membuat rasa dingin sedikit mereda.
"Aku akan membawanya ke UKS," kata Min-seok kepada In-a yang masih bingung berdiri di sampingnya.
In-a melihatnya dengan mata yang membesar. Dia terkejut melihat bagaimana Min-seok menggendong Sung-ah dengan penuh perhatian, seolah-olah dia sangat menghargainya.
Penasaran mulai muncul di hatinya—sejak kapan Kim Min-seok dan Park Sung-ah menjadi begitu dekat? Dia tahu bahwa Min-seok adalah dosennya, tapi hubungan mereka seolah-olah lebih dari itu.
"Baiklah... aku akan mengikuti mu," kata In-a dengan cepat, berlari di belakang Min-seok yang membawa Sung-ah ke ruang UKS.
Selama perjalanan ke UKS, Min-seok berjalan cepat, matanya tetap terarah ke depan. Dia merasakan rasa sakit Sung-ah yang semakin memburuk, dan dia khawatir apa-apa yang buruk akan terjadi padanya.
Dia memegangnya lebih erat, berjanji di hatinya bahwa dia akan selalu melindunginya, tidak akan pernah membiarkan dia terluka lagi.
Ketika mereka tiba di UKS, perawat segera menolong menempatkan Sung-ah di ranjang.
Min-seok berdiri di samping ranjang, menyentuh tangannya yang lemah, sementara In-a berdiri di belakangnya dengan wajah yang penuh penasaran dan khawatir.
Dia masih tidak mengerti apa yang terjadi pada temannya, dan mengapa Min-seok begitu peduli padanya.