NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Balas Dendam

Jalan Menuju Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Matabatin / Iblis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: A.J Roby

Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kematian Roni

Sensasi dingin beserta lembut dari bibir tipis wanita itu membuatnya terbuai, baru kali ini ia merasakan sensasi yang sedemikian rupa. Jantungnya masih berdebar tak karuan, napasnya masih menderu merasakan sensasi nikmat sekaligus sakit. Tak lama sensasi kenikmatan itu perlahan memudar digantikan dengan rasa perih yang amat sangat, wanita itu berusaha menyedot racun yang sudah mengalir ke dalam darah Aldi.

“Aaaargghh” Pekik Aldi

Ia mengepalkan tangannya lalu memukulkannya ke ranjang serta mengeratkan rahangnya, keringatnya mengalir lebih deras, namun lehernya yang keunguan perlahan kembali normal. Kecupan itu akhirnya terlepas,

Aldi menghela napas lega karena proses nikmat sekaligus menyakitkan kini telah selesai.

“Sudah selesai tuan”

“Akhirnya”

Aldi diam sejenak memandang wanita itu lekat-lekat, pakaiannya yang minim membuat dirinya bergairah. Ia menelisik tubuh wanita di depannya dari atas hingga bawah. Namun ia langsung tersadar bahwa ini bukanlah saatnya dirinya untuk melakukan hal enak-enak.

“Terimakasih” Ucap Aldi kikuk

“Sama-sama tuan, sudah menjadi tugasku untuk menyembuhkan tuan” Balas sang wanita sambil meletakkan tangannya di dada

“Bagaimana aku bisa berada di sini?”

“Anda dibawa oleh tuan serigala ke sini”

Meskipun Aldi tidak paham tapi ia mengangguk saja, mungkin ini keajaiban baginya yang belum tentu dapat terulang lagi.

“Bolehkah aku tau namamu?” Tanya Aldi

“Panggil saja saya Kirana tuan”

“Baiklah Kirana”

Kirana memberi senyum lalu keluar dari kamar. Aldi mencoba menggerakkan tubuhnya, ajaib kini tubuhnya dapat bergerak bebas. Luka di sekujur tubuhnya seperti sembuh seketika walaupun masih meninggalkan bekas.

Aldi berjalan keluar kamar ke ruang tengah, terlihat rumah ini tampak sederhana, dindingnya hanya menggunakan anyaman bambu sederhana. Suasana tempat ini mirip rumah pedesaan di era kolonial. Ia mencari-cari Kirana namun tak menemukannya. Ia lalu keluar rumah, suasana langit sangat amat mirip di mimpinya.

Seperti senja dengan warna oranye yang hadir menghiasi langit yang sedikit gelap. Aldi mengembangkan senyumnya saat melihat aliran sungai yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Ia menghampiri sungai tersebut lalu mencelupkan kakinya lalu melamun di sana.

“Tuan mengapa di sini?” Tanya Kirana sambil membawa keranjang dengan isi penuh

“Aku sedang menikmati air sungai yang sejuk, kamu sendiri darimana?” Tanya Aldi

“Saya mengambil beberapa buah dan umbi-umbian, karena tuan tidak bisa memakan makanan seperti yang saya makan”

Aldi hanya mengangguk, Kirana berlalu melewatinya. Setelah puas main air di sungai ia kembali ke dalam rumah Kirana. Ia melihat Kirana yang sedang sibuk di depan tungku.

“Aku bantu ya Kirana” Ujar Aldi

“Tidak perlu tuan, tunggu saja di kamar. Sebentar lagi makanannya siap”

Aldi kembali ke ruang tengah, ia duduk di kursi bambu, ia merogoh saku celananya, untung saja ia masih menyimpan rokok di sakunya. Sebatang rokok ia nyalakan demi mengusir sepi. Karena rumah Kirana berada di tengah hutan, suara yang ia dengar hanyalah gemercik air sungai yang mengalun lembut.

Tak lama Kirana membawa sebuah singkong dan jagung rebus beserta buah-buahan yang diletakkan di atas daun jati.

“Silahkan dimakan tuan, maaf seadanya”

“Terimakasih Kirana”

Aldi memakannya dengan lahap, di sela-sela ia makan Kirana hanya diam seraya memandanginya.

“Kamu ndak makan?” Tanya Aldi dengan mulut penuh jagung rebus

“Makanan kita beda tuan”

Aldi langsung mengangguk paham, Kirana memang dari golongan bangsa jin. Aldi sudah menyadarinya sejak awal. Akhirnya Aldi tanpa ragu menghabiskan makanan yang telah disajikan.

***

Tika kini yang menimang bayinya seharian, ia kebingungan suaminya tak kunjung pulang ke rumah. Sejak kejadian Agus yang menjadi ayah mertuanya terbunuh di belakang rumahnya, Roni tak pernah terlihat pulang. Ia menjadi kerepotan untuk melakukan berbagai tugas yang biasanya dibantu oleh Roni.

“Ibu, mas Roni di mana ya kok ndak pulang-pulang?” Ujar Tika yang semakin khawatir

“Kok tanya ibu, coba tanya yang lain!” Balas ibunya judes

Orang tua Tika memang menjadi sensitif saat berurusan dengan apapun yang berhubungan dengan Roni. Karena rasa kecewa yang mendalam kepada anaknya yang telah dihamili di luar nikah. Nama baik mereka sebagai orang tua sangat dipermalukan.

Mereka tak tahu harus menaruh muka mereka di mana lagi. Sedangkan Agus sang besan justru tampak santai saja selama Roni bertanggungjwab. Akan tetapi sanksi sosial yang dirasakan oleh orang tua Tika tidaklah main-main.

Maka dari itu wajar jika kedua orang tua Tika sangat kecewa, namun tetap mempedulikan anak semata wayangnya yang kini telah menggendong cucunya. Saat mereka mendengar berita kematian Agus yang tragis, Tika tak henti-hentinya khawatir, karena secara bersamaan saat tragedi terjadi Roni juga keluar rumah tanpa pamit.

Tika menjadi stress, produksi ASI nya menurun drastis yang berimbas kepada kesehatan si kecil. Sedangkan orang tuanya peduli ala kadarnya. Semenjak Tika hamil di luar nikah, hampir semua fasilitas yang dimiliki Tika langsung dicabut. Orang tuanya menganggap bahwa jika Tika bisa hamil maka anaknya juga mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.

***

Di suatu pagi buta, saat matahari belum menunjukkan eksistensinya berangkatlah seorang petani tua yang menenteng cangkul di pundaknya berjalan menuju ke persawahan dekat dengan perbukitan. Kegiatan ini rutin dilakukannya setiap pagi.

Sesampainya di sawah ia melakukan kegiatannya seperti seorang petani pada umumnya. Pada saat naik ke perbukitan untuk mencari kayu bakar. Dirinya mencium aroma busuk seperti bau bangkai di dekatnya. Ia menelisik di sekitar rerumputan namun tak menemukan apapun.

Semakin ia mendekat ke area milik Perhutani baunya semakin menyengat. Saat masuk lebih dalam ia terkejut setengah mati, jantungnya hampir copot menyaksikan apa yang ada di depannya.

Seorang laki-laki muda mati tergantung di dahan pohon mahoni yang tinggi. Lehernya terjerat tali tambang membuatnya menggantung. Darah di sekitar lehernya yang mengotori bajunya terlihat menghitam. Badannya membiru karena tak mampu bernapas, di beberapa bagian tubuhnya terlihat luka menganga yang menimbulkan bau busuk.

Sontak petani itu lari tunggang langgang menuruni bukit untuk memanggil warga. Setelah warga berkumpul mereka bersama-sama kembali ke area perbukitan untuk melihat apa yang terjadi. Benar saja yang petani tersebut katakan. Setelah mendapat izin kepala desa serta pihak kepolisian yang menangani akhirnya mayat itu diturunkan untuk diotopsi.

Namun di saku bajunya terdapat secarik kertas yang dilipat-lipat. Saat warga ada yang membukanya betapa terkejutnya ternyata kertas itu adalah sebuah surat yang ditujukan untuk sesorang. Yap mayat yang mati tergantung di atas pohon mahoni adalah Roni. Sontak para warga ramai-ramai untuk memberikan surat tersebut kepada Tika.

“Tok..tok..tok”

Suara ketukan pintu didengar oleh orang tua Tika, saat pintunya dibuka terlihat pak Kades bersama beberapa warga serta satu orang polisi bertamu ke rumah mereka. Setelah dipersilahkan masuk pak Kades dan satu polisi duduk di kursi ruang tamu.

“Tika ada ndak bu?” Tanya pak Kades kepada ibu Tika

“Ada pak, sebentar saya panggilkan”

Akhirnya Tika keluar setelah merapikan dirinya, walaupun mata sembab yang masih terlihat jelas akibat stress dan terlalu banyak menangis. Tubuhnya bergetar saat melihat ada seseorang berseragam kepolisian mendatangi rumahnya. Firasatnya langsung mengatakan ini bukanlah pertanda baik.

“Permisi atas saudara Tika?” Ucap Polisi tersebut

“Iya benar pak saya sendiri” Jawab Tika yang sekuat tenaga menahan tangis

Suaranya bergetar saat menjawab pertanyaan polisi, seraya menebak-nebak malapetaka apalagi yang akan hadir di depan wajahnya.

“Jadi tadi ada salah satu warga yang menemukan seorang mayat laki-laki tergantung di pohon dekat perbukitan. Setelah diinvestigasi serta identifikasi identitas korban ternyata korban bernama Roni. Apa benar saudara Roni adalah suami anda?”

Tangis Tika langsung pecah seketika itu juga. Badannya bergetar hebat, deru jantungnya yang tak tentu. Apakah ini mimpi? Tapi jika mimpi mengapa dadanya terasa amat sesak mendengar kalimat per kalimat yang diucapkan oleh polisi.

“B-benar” Jawabnya dengan suara bergetar

“Korban meninggalkan sepucuk surat yang diletakkan di saku bajunya” Lanjut pak Polisi seraya memberikan surat tersebut.

Tika tak mampu menahan tangisnya saat menerima surat itu, hampir ia tak sadarkan diri namun masih dapat ditenangkan oleh beberapa orang yang hadir. Tika berusaha tegar sebelum membuka surat tersebut.

“Jenazah akan dibawa ke kantor polisi terlebih dahulu untuk dilakukan otopsi, demi memastikan jenazah adalah korban pembunuhan atau murni bunuh diri”

Air matanya tak mampu terbendung, Tika menangis tersedu-sedu, dengan berat hati Tika menganggukkan kepalanya tanda setuju.

“Baik terimakasih banyak atas kerjasamanya. Semoga mbak diberi kekuatan dan ketabahan dalam menerima semua ini” Tukas pak Polisi

Salah satu teman Tika menggenggam tangannya untuk menguatkan, Tika memeluk sahabatnya sambil menumpahkan semua kesedihannya yang terpendam. Kini beban hidupnya harus bertambah, padahal semua ini terjadi bukan karena kesalahan mereka berdua tapi mengapa Tuhan menghukum kejam dirinya.

Saat Tika perlahan membuka lembaran kertas berisi surat tersebut, dirinya membaca dengan seksama sembari menahan sesak di dadanya yang hampir tak terbendung. Saat selesai membaca surat tersebut dirinya langsung tak sadarkan diri.

1
Ham
semoga bisa update terus
Marss256
Banyakin aksi Melati thor
Was pray
lah isi suratnya apaan? para pembaca disuruh mengira Ira sendiri kah?
A.J. Roby: Seperti biasa, jawabannya kita cari tahu di bab selanjutnya😁
total 1 replies
Venaaaaa
Keren
A.J. Roby
Haloo para readers, semoga novel ini dapat dinikmati bersama. Pengalaman horor yang pernah author alami juga dituangkan di dalam novel ini. Semoga para readers suka


Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁
Was pray
suro dan melati gak mengawal Aldi ke balai desa kah? sehingga kemunculan pocong tengkorak gak terdeteksi
A.J. Roby: Mari kita cari tahu jawabannya di bab berikutnya😁
total 1 replies
Yudha Sukma
ditunggu updateannya thor
Tsumugi Kotobuki
Kapan ni thor? Seperti sudah lama sekali gak ada updatenya, rindu aksi si tokoh utama!
A.J. Roby: Haloo kak, terimakasih telah membaca cerita author yaa. InsyaAllah author akan udpate setiap hari kalau ga ada urusan mendadak. Tunggu terus update selanjutnya yaa
total 1 replies
Mưa buồn
Penulis luar biasa.
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga suka dan terhibur yaa
total 1 replies
LOLA SANCHEZ
Ngakak sampai sakit perut 😂
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga selalu terhibur dan tunggu update selanjutnya yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!