NovelToon NovelToon
Lingkaran Cinta Kita

Lingkaran Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / LOL / Bad Boy
Popularitas:17.5k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.

Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.

Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.

Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?

Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗

subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Dua Keluarga

Malam hari.

Pertemuan dua keluarga itu akhirnya tiba. Setelah mobil Haru perlahan memasuki halaman rumah, pemuda itu turun dengan penampilan kasual elegan. Turtle neck shirt hitam dipadukan dengan jubah blazer abu arang yang jatuh rapi di bahunya.

Syal biru muda rajutan Zara melingkar lembut di lehernya, memberi sentuhan personal yang hanya Haru sendiri yang tahu artinya.

Rambutnya tertata rapi. Poni sebelah menyila halus, yang lainnya dibiarkan jatuh menyentuh dahi. Menciptakan kesan tenang namun dalam.

Di sisi lain, Bunda Nuuha keluar dari mobil dengan langkah canggung. Pandangannya buram oleh rasa gugup, tangannya dingin seperti biasa.

“Nuuha, kita tidak sedang menemui orang asing,” suaminya menenangkan. “Tapi keluarga yang kelak bisa menjadi bagian dari hidup kita.”

"Tenang saja. Aku nggakpapa kok."

"Bukankah bunda ingin bertemu dengan gadis itu? Gadis bernama Zara itu, inilah rumahnya." Tambah Haru.

"Aku ngerti. Cuma, kenapa harus dengan keluarganya? Bunda hanya ingin bertemu dengan Zara saja."

Haru dan ayahnya saling berpandangan. Tampak jelas, Bunda belum tahu maksud sebenarnya dari kunjungan malam itu. Bahkan, sang ayah sudah sejak awal memahami bahwa kunjungan ini bukan sekadar silaturahmi biasa. Haru membawa hatinya malam ini.

Ia membawa niat.

Begitu bel pintu ditekan, Mama Zara membuka pintu. Kejut singkat melintas di matanya saat melihat siapa yang berdiri di ambang.

“Selamat malam, bibi.” Haru menyapa sopan, menundukkan kepala sedikit.

“Mari, silakan masuk.”

Dua asisten Haru ikut masuk membawakan bingkisan dan sebuket bunga besar diserahkan kepada Mama. Semua sudah Haru siapkan sejak sore tadi setelah membuka hadiah istimewa dari Zara.

"Maasyaa Allaah, terima kasih untuk buket indahnya. Duh, kenapa harus repot-repot bawa semua ini sih nak Haru. Mama jadi salting deh."

Dari dalam, Papa Zara muncul dan langsung mengenali sosok yang familiar.

“Astaga, Profesor?!” serunya ramah, menjabat tangan itu dengan erat. “Profesor Rui? Saya tak menyangka bisa bertemu Anda. Ternyata Anda ayahnya Haru.”

Mama sempat mengerjapkan mata, sejenak mengingat-ingat.

"Aiku... bukankah itu profesor Rui? Yang membantu Ray menyelesaikan kasus geng motor itu. Yang bertanggung jawab penuh atas pemulihan dan perlindungan Ray...”

“Oh?" Mama akhirnya teringat. "Mari, Silakan... silakan duduk.” Meski ada sedikit kegugupan yang tak bisa ia sembunyikan.

Mama memperhatikan Bunda yang tangannya di genggam erat oleh suaminya. "Apa dia... sakit?" membuatnya banyak bertanya di dalam pikiran.

“Bagaimana kalau kita langsung makan malam saja?” tawar Papa Zara, mencoba mencairkan suasana.

Ayah Haru tersenyum. “Sepertinya, justru kita yang sudah tampak akrab duluan ya, Pak Zayn.”

Papa tertawa kecil. “Dan semoga akan semakin akrab lagi... setelah malam ini.”

Mereka mulai duduk di meja makan, kemudian suara gaduh dari tangga menggema ke ruangan.

“Sudah kubilang, jangan pakai baju seperti itu!” tegur Ray lantang, nadanya nyaris meledak melihat adiknya tampil girly maksimal.

“Ini kan di rumah sendiri, Bang. Aku bebas pakai baju cewek. Lagian abang udah sering lihat, kenapa baru protes sekarang?” sahut Zara sambil menuruni tangga, gaunnya bergoyang pelan mengikuti langkah kesalnya.

“Justru karena hari ini keluarga Haru datang. Kamu mau bikin malu aku, hah?! Mau modus lagi, Heh?!” Ray menahan napas. “Kalau kamu masih ngelawan, aku ruqyah kamu sekarang juga sambil teriak manggil orang satu kampung.”

Zara melotot. “Ish! Abang nyebelin!” Tendangan kecil mendarat di kaki Ray, kebiasaan yang tak pernah kapok.

"ADOYY!!"

“Aku udah cantik kok. Udah sopan juga. Ngapain harus diprotes? Huh!” Gerutunya sambil mendahului langkah Ray, dagunya terangkat.

Langkah kaki ringan itu membawa Zara masuk ke ruang makan. "Mama," sahutnya.

Saat Haru mengangkat wajahnya, ia sempat memejamkan mata sejenak, berharap Tuhan menguatkan dadanya dan ketika ia membuka mata, gadis itu berdiri di sana.

Sekali lagi,

dunia Haru terasa berhenti. Zara tampak... ah! Sudahlah. Biar itu ada diimajinasi Haru saja, ya.

Bahkan, Bunda ikut terpesona. "Zara... Diakah, gadis penuh imajinasi itu?" Matanya berkaca-kaca.

Dan ketika Zara menyapa dengan suara jernih seperti siulan angin musim semi, hanya Haru yang dia tuju. “Haru! Kita ketemu lagi,” ucapnya antusias.

Matanya bersinar-sinar. “Ih wow, kamu keren. Syal buatan aku cocok banget sama kamu. Kamu terlihat tam--”

Belum sempat kata “tampan” meluncur sempurna dari mulut Zara, Mama langsung menarik tangan putrinya dengan gerakan sigap.

“Duduk!" perintahnya.

“Hehe, iya Mama...” Zara patuh. Tapi ekor matanya masih melirik Haru dari ujung meja. Dan Haru? Sudah sejak tadi menahan napasnya, takut salah mengartikan degup jantung yang mendadak seperti genderang perang.

Zara akhirnya bungkam sejenak. Tak lagi sibuk mencari-cari topik obrolan yang biasanya ia sodorkan tanpa rem.

Ray berjalan mendekat, menyambut Haru dan keluarganya dengan formal. Menyalami profesor yang paling ia hormati, membungkuk sopan ke arah Bunda Nuuha, lalu menjabat tangan Haru...

...tapi dengan tatapan yang nyaris menembus hati penuh sinyal, “gue liatin lo, LIATIN LO! jangan macem-macem sama adik gue.”

“Kita makan dulu saja ya, biar tambah akrab.” Ajak Papa Zara. Ya, Papa yang satu itu memang punya bakat jadi ice breaker. Mungkin kalau ada rekor MURI untuk orang yang paling cepat mencairkan suasana, Papa sudah dapat gelar langganan.

Mama Zara, yang biasanya ramah dan supel, jadi canggung melihat Bunda Nuuha yang tampak diam tak tertarik. Ingin mengajak bicara, tapi takut malah membuat suasana makin kikuk.

“Apa jangan-jangan, hubungan ini bakal jadi hubungan mertua yang awkward banget?” batinnya galau.

Lalu suara lembut Haru memecah jeda.

“Zara.”

Gadis itu, yang sedari tadi duduk manis sambil jaim semaksimal mungkin, akhirnya menoleh. “Um?” suaranya lirih. Hanya itu.

Haru mengulurkan sebuah paper bag kecil, cukup mungil hingga hanya mungkin bisa berisi benda seukuran kotak perhiasan atau aksesoris.

“Ini, buat kamu.”

Ray langsung menegakkan punggungnya. Tangannya yang hendak menusuk bakso bergerak sedikit lebih cepat. Hap! Hap! Hap! Lahapnya.

Mungkin karena emosi atau strategi pertahanan diri. Wajahnya mengencang. "Caper banget. Niat banget, ngasih hadiah. Nih orang punya niat jangka panjang kayaknya. Gue harus cegah. Harus!"

Zara mengerling ke arah Mamanya. Ekspresi matanya seperti meminta persetujuan untuk menerima. Imut menyedihkan. Mama menyerah, lalu mengangguk pasrah.

"Yay!" Wajah Zara langsung cerah saat menerima paper bag itu secepat kilat dan memeluknya ke pangkuan seperti benda pusaka.

Dan, tibalah saatnya.

Haru berdiri perlahan. Suasana meja makan sontak berubah. Suara kursi bergeser begitu pelan, tapi terasa memekakkan telinga. Sikap Haru, menggetarkan seluruh ruang.

Zara masih sibuk mengintip hadiah kecil yang dia terima dengan antusias kekanak-kanakan yang khas. Dia belum sadar, bahwa dunianya akan sedikit berubah sebentar lagi.

Haru menarik napas.

“Paman, Bibi…”

Mama Zara dan Ray menegang bersama. Kalimat itu, kalimat yang akan dikatakan Haru terasa seperti bom waktu.

Jeda panjang mengisi ruang.

“Saya tahu... ini mungkin terlalu cepat, terlalu berani. Tapi… saya tidak ingin hanya memandangi seseorang yang saya kagumi dari jauh, lalu membiarkannya pergi tanpa tahu perasaan saya.”

Ray memegangi gelasnya dengan erat. Duo Papa itu hanya tersenyum... sedangkan Mama mulai meremas taplak meja. Bunda terdiam.

“Saya Nabihan Rui Haru, putra dari keluarga Rui. Dengan niat baik dan sungguh-sungguh, saya memohon izin… untuk mendekati putri Paman dan Bibi. Saya belum berharap jawaban saat ini. Tapi izinkan saya mengenal dan menjaga perasaan Zara… bukan sebagai teman semata.”

Deg.

Zara mengangkat kepalanya.

Ray nyaris tersedak air minumnya. "Uhuk," hampir kesulitan menyembunyikan batuknya.

Mama memandang suaminya.

Hening.

Lama.

Lalu...

"Haru, jangan bercanda?!" bantah Ray. "Uhuk!"

"Serius," jawab Haru. "Terlalu serius, Ray. Bahkan sampai rasanya dadaku nyeri karena menahan semua ini terlalu lama."

1
Elisabeth Ratna Susanti
seru banget part ini 👍🥰
Nailott
oo ternyata dia laki2 yg ditabrak aku pikir bandhi ygm nabrrak.bukan bhandhi
Nailott
emanf zara bandel bin bodoh nantangin bahaya
Nailott
novel apa pulak ini
Miu Nih.: ke karya baru aku aja kak 🙏 ,, judulnya 'Mommy, kami butuh Papa' terima kasih 🙇‍♀️🙇‍♀️
total 1 replies
Lady Ev
apkah ini namanya semkin ku kejar semkin kau jauh? oh tidak!!🤦
Zuri
aku dah puyeng duluan sebelum memahami sesuatu🤧
Zuri
separuh dari jiwa Haru melayang
../Facepalm/
Aksara_Dee
terpengaruh dgn omongan bunda ya
Aksara_Dee
adududuhh... Zara jadi artis
Aksara_Dee
owh begitu
Afi Afifah
Sekali nanya, langsung ke ulu hati. 🔥
Afi Afifah
Satu pertanyaan, semua luka kebuka. 🙃
Afi Afifah
Zaraaa 😫😭🤧
Afi Afifah
Respect buat Zara yang masih bisa berdiri meski hatinya udah 99% dead battery. 🔋❌🤧🤧
Afi Afifah
hatinya lagi kayak kaca retak 🤧🤧
Afi Afifah
Zara paket lengkap: cantik, chaos, jenius, tapi hatinya hancur. Capek-capek jadi gemoy, ternyata dalemnya meleyot. 😭
Afi Afifah
GIRL. Please. Jangan self harm. 😭😭🤧🤧
Afi Afifah
fix ini adik butuh peluk + es krim rasa red velvet! hiks 🤧🤧
Afi Afifah
Plis... ini narasinya bikin dada sesak 🤧🤧
Afi Afifah
😭😭 Haru-nya bangun pas Zara pergi 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!