PERNIKAHAN TANPA CINTA
“Sidneyyyy, lariiii!!! Orang-orang itu datang lagi!“
Teriak seorang gadis berambut cepak, pada temannya yang tengah berjualan karcis pertandingan bola yang akan berlangsung beberapa saat lagi di stadion San Siro yang berada di kota Milan.
Gadis berpenampilan tomboy dengan topi di balik bertuliskan baseball langsung berlari sekencang mungkin masuk kawasan padat orang. Setelah masuk kerumunan orang-orang yang sedang antri masuk stadion, gadis bernama Sidney itu pura-pura berjalan biasa, sesekali mengalihkan netra biru terang gadis itu melihat situasi sekitar.
"Shitttt. Mereka datang lagi setelah hampir setahun hidupku tenang di kota Milan. Untung saja aku bisa lolos kali ini", ucap gadis itu mengusap dadanya yang terasa sesak. Pun nafasnya tersengal-sengal setelah berlari sejauh mungkin dari orang yang mengejarnya.
Berapa langkah lagi Sidney akan menyerahkan karcis di tangannya pada petugas yang berjaga-jaga di pintu masuk. "Tidak apa aku rugi malam ini, demi menyelamatkan diri dari orang-orang itu", batinnya.
Namun, ternyata dugaannya salah. Tiba-tiba ada yang menarik kuat tangannya menjauh dari antrian.
Kedua mata gadis itu melotot. Sekuat tenaga memberontak hendak melepaskan diri dari orang yang akan berbuat jahat padanya. Namun tenaga orang-orang itu sangat kuat. Sekilas Sidney melihat mereka bertubuh tinggi besar. Tanpa ampun orang asing itu menyeret tubuh Sidney agar mengikuti mereka.
"Siapa kalian! L-epaskan aku bajingan!"
Sebelum ada jawaban tiba-tiba wajah Sidney di tutup dengan kain dan kedua tangannya pun di ikat.
Sidney merasa tubuhnya di dorong keras. Gadis itu tahu ia di masukkan ke dalam mobil.
“Heii...lepaskan teman ku! Kalian penculik? T-olongg ada penculik!!“
Teriak itu sia-sia saja mengingat di sekitar mereka adalah suporter bola yang sedang riuh menyanyikan yel-yel klub kesayangan mereka yang segera bertanding dengan musuh bebuyutan klub tersebut.
“Regina, pergilah selamat kan diri mu. Aku tidak apa-apa “, teriak Sidney ketika mendengar suara temannya masih disekitar sana.
“Jalan! Segera temui bos besar!". Suara berat terdengar memberi perintah.
“Aku dan Louisa akan menyelamatkan mu, Sidney“, teriak Regina sebelum terdengar deru mobil melaju.
“Brengsek. Apa mau kalian menculik ku? Kalian mau uang tebusan? Sia-sia saja karena aku bukan orang kaya seperti yang kalian inginkan. Aku tidak punya uang. Kecuali jika kalian menginginkan tiket menonton bola, aku masih punya simpanan“, cicit Sidney berusaha negosiasi dengan orang yang ada di mobil.
"Tutup mulut mu! Atau kami akan membungkam dan membuang tubuh mu kehutan", ancam salah satu laki-laki itu. Membuat tubuh Sidney bergidik ngeri.
Bahkan orang tak di kenal itu mengapit sisi kiri-kanan Sidney. Gadis itu sadar kali ini semua tidak berjalan sesuai keinginannya. Ia tidak akan lolos.
"Shitttt...!"
*
Setelah berjam-jam lamanya di sandera di dalam mobil dengan penjagaan ketat oleh orang-orang yang tidak ia kenal, Sidney merasa mobil yang membawanya berhenti.
Salah satu mencengkram kuat lengannya.
"Bos..anak buah ku berhasil membawa nona Sidney kembali".
Suara berkarakter itu sangat Sidney kenal. Selama di sekap dalam mobil ia tidak terdengar suara seperti itu. Bersamaan dengan penutup wajah gadis itu di buka. "Darius? Ternyata kau masih mengejar ku?!"
Sidney memejamkan kedua matanya yang terkejut menerima cahaya terang langsung menembus retinanya. Gadis itu menutupi matanya dengan dua tangan, sedikit mengerenyitkan mata.
Beberapa saat kemudian, kedua netra Sidney sudah terbiasa melihat sekitarnya.
"Maafkan saya nona Sidney. Saya hanya menuruti perintah tuan besar". Laki-laki bertubuh atletis dengan rahang sedikit menonjol, bernama Darius membungkukkan sedikit badannya di hadapan Sidney.
Dengan sorot penuh amarah gadis itu menatap sosok laki-laki paruh baya yang berdiri dengan tongkat sambil menghisap cerutu mahal tersemat di antara jari tangannya.
"Cukup sudah kau berkeliaran di luar sana gadis pembangkang! Sudah saatnya kau kembali ke keluarga mu! Apa yang kau dapatkan di luar sana selain mengemis di jalanan", tegas laki-laki itu yang memberi isyarat pada orang-orangnya setelah berhasil membawa putrinya kembali ke rumah mereka di Marseille, Prancis.
Sidney menantang dengan sorot tajam pada laki-laki paruh baya itu yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Laki-laki pertama dalam hidupnya, namun sangat ingin ia lupakan dan hindari saat ini.
"Aku tidak ada urusan dengan mu lagi pak tua! Kau hanya bisa menjual anak mu pada bandot tua yang seharusnya menjadi ayah anak mu! Sampai kapan pun aku tidak akan menuruti keinginan mu dad!!!", teriak gadis itu ketika dua orang pesuruh ayahnya kembali menyeret tubuh Sidney agar mengikuti mereka masuk ke dalam rumah yang berdiri kokoh di lahan yang sangat luas.
"Kurung anak pembangkang itu di kamarnya, Darius! Jangan ada yang berani membuka pintu selain memberi makan. Kalau ada yang tidak mematuhi perintah ku pecat saja. Kali ini aku tidak akan tinggal diam. Gadis itu harus menuruti keinginan ku kali ini!", ucap Alexius dengan suara menggelegar.
Sidney tidak tinggal diam, gadis itu memberontak sekuat tenaga untuk meloloskan diri.
"Aku tidak akan menuruti keinginan mu daddy. Aku tidak mau menikah dengan laki-laki tua pilihan mu! Membuat ku mual. Aku akan muntah di wajahnya!!!", teriak Sidney yang kini tubuhnya di angkat Darius orang kepercayaan ayahnya menaiki tangga dengan di gotong seperti karung beras.
*
Di kamar mewah berukuran luas bernuansa putih dan abu-abu, tertata rapi furniture-furniture berkelas dengan tingkat artistik yang tinggi.
Di tengah-tengah kamar terdapat tempat tidur berukuran besar. Sejak beberapa tahun yang lalu kamar tersebut begitu sunyi. Kini sang pemilik telah kembali. Setelah tiga tahun melepaskan semua identitas diri yang sebenarnya.
Sidney Carlotta Thanos terlahir dalam keluarga kaya dan keturunan bangsawan di Marseille, Prancis. Ayahnya Alexeus Thanos mewarisi semua harta kekayaan keluarga Thanos, karena ia satu-satunya penerusnya.
Namun di tangan Alexeus, satu persatu harta peninggalan itu hilang tak bersisa. Alexius kerap menjadikan hartanya sebagai jaminan dalam berbisnis. Kala bisnis yang ia jalankan tidak sesuai harapan harta yang menjadi jaminan akan di eksekusi.
Atas kecerobohannya pula, kini yang tertinggal hanya kastil yang ia dan keluarganya tempati. Kastil itu dulunya bangunan kuno namun belasan tahun yang lalu setelah di serahkan pada Alexius di renovasi menjadi kastil modern dengan beberapa ornamen yang membuat menjadi lebih indah.
Untuk kastil, Alexius berusaha sekuat tenaga agar tidak lepas darinya. Laki-laki itu akan berusaha mempertahankan.
Sosok Alexius adalah tipikal laki-laki yang berani berspekulasi terhadap hidupnya, termasuk menjual aset-aset peninggalan keluarganya. Bukan hanya itu, Alexius juga tega menjual anaknya pada laki-laki yang ia pikir akan menjamin kehidupannya.
Ceklik..
Sidney meringkuk di atas tempat tidur. Gadis itu pura-pura tidak mendengar dan memejamkan kedua matanya. Hingga terdengar suara hewan peliharaannya.
"Meaw...
"Meaww..
Seketika Sidney duduk dengan mata berbinar-binar. "Anabel-Anabul?!", teriak Sidney langsung merenggangkan kedua tangannya pada dua kucing berbulu tebal yang di bawa seorang pelayan menemuinya.
Pelayan paruh baya itu pun tertawa menyerahkan kedua kucing mengemaskan itu kini dalam pelukan pemiliknya.
"Sekarang kalian kembali pada yang punya", ujarnya.
"Ah...aku merindukan kalian". Sidney memeluk Anabel-Anabul bersamaan.
"Terimakasih bibi Matilda, merawat Anabel-Anabul kesayangan ku dengan baik. Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Apa kalian merindukan aku?", ucap Sidney tersenyum bahagia. "Sepertinya hanya pertemuan ini yang aku inginkan di sini. Tidak ada lagi yang membuat ku bahagia di tempat ini".
Raut wajah Sidney nampak begitu sedih. Terdengar helaan nafasnya.
Matilda bisa merasakan kesedihan gadis asuhannya tersebut.
"Tapi nona Sidney memang harus kembali ke Marseille. Nyonya Claudia membutuhkan mu di sampingnya saat ini. Dua bulan yang lalu mami nona di diagnosa mengindap kanker ovarium, itulah kenapa tuan Alexius meminta Darius menjemput nona Sidney pulang ke rumah".
Penuturan Matilda jelas saja mengagetkan Sidney.
"Mommy sakit kanker?".
Mendapat berita itu sontak membuat kedua netra Sidney berkaca-kaca. Gadis itu berdiri dan menggenggam tangan Matilda. "Bantu aku melihat mommy, Matilda. Aku ingin melihatnya sekarang", ujar Sidney memohon pada pelayan yang sudah ikut keluarga mereka sejak lama.
...***...
To be continue
HAI JUMPA LAGI DENGAN KARYA BARU EMILY. SEMOGA SUKA. TINGGALKAN JEJAK KALIAN, KOMENTAR DI SETIAP BAB🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Srie Handayantie
aku mampir kak thorr , lanjuttt up 😉
2025-06-01
3
Dinda Wei
Bab awal yang keren kak Emily, semoga bab2 selanjutnya semakin menantang. Semangat update
2025-06-01
4
Amelia
Keren thor. Ini mah balik lagi ke Emily yang jago merangkai kata dan bikin alur romantis dengan latar luar negeri. Apalagi kalau ada perkembunannya duhh gak ada duanya deh author satu ini /Good//Rose/
2025-06-01
1