NovelToon NovelToon
Kisah Pengalaman Horor

Kisah Pengalaman Horor

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: butet shakirah

cerita ini adalah kumpulan kisah nyata yang di ambil dari pengalaman horor yang dia alami langsung oleh para narasumber


-"Based On truth stories"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butet shakirah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 2 (Yakin itu hajatan?)

“Bagaimana ini Pak RT apa Ujang kemungkinan dapat ditemukan?”tanya Bapak Leman

“Kita coba saja cari Ujang sampai sore ini. Jika tidak dapat juga kita coba sampai seminggu untuk pencarian keberadaan Ujang. Semoga saja dia kita temukan secepatnya, bapak leman jangan khawatir kita cari bersama-sama.”Jelas Pak RT dengan tenang dan memegang bahu pak Leman selaku ayahnya Ujang.

Pencarian tetap dilanjutkan hingga sore para tetangga bergantian untuk mencari Ujang. Namun hasilnya nihil tidak ada satu tanda kemunculan Ujang.

*******

Sehingga pencarian Ujang berlanjut hingga hari berikutnya. Desa Sungai Bentang menjadi geger. Seluruh keluarga, Semua warga ikut membantu. Sungai disisir, hutan dikelilingi, bahkan dukun kampung pun dimintai tolong. Namun, Ujang bagai ditelan bumi. Hari berganti hari, harapan semakin menipis.

“Saya coba terawang. Tapi... seperti ada kabut yang menutupi. Seolah dia tidak berada di dunia kita.”Ucap Pak samin selaku dukun kampung di Desa tersebut.

“Apa maksudnya, Pak Samin?” tanya Mak Ani dengan raut wajah tua yang sedih dan sendu sambil meneteskan air mata yang membasahi pipinya.

“Kemungkinan terburuknya sangat fatal, buk.”balas Pak Samin kepada Mak Ani dan Bapak Leman

“Maksud Pak Samin apa? Kami tidak mengerti apa yang anda katakan.” Ujar Pak Leman yang heran akan penuturan dukun Kampung tersebut.

“kemungkinan,huft (menghela nafas berat)... dia tidak berada di alam kita yang nyata ini tetapi dia dibawa ke alam lain. Alam dimana kita tidak bisa melihat dengan mata kita secara langsung yah bisa disebut Alam ghaib. Sepertinya ia dibawa atau diculik oleh mereka.”jelas Pak samin dengan tegas walaupun berat dia tetap harus mengatakan langsung kepada kedua orang Tua Ujang.

Sepekan Pun berlalu, pada pagi hari yang cerah terang benderang yang seharusnya memberikan kabar gembira namun berbeda halnya keluarga Ujang yang masih larut akan kesedihan kehilangan anak bujangnya tanpa adanya kabar. Serta ditambah akan kedatangan Kepala Dusun ke rumah Ujang dengan membawa kabar yang tak mengenakan hati. Wajahnya begitu muram dan sedih.

Kepala Dusun datang dengan kabar yang menyayat hati. "Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, Pak, Bu dalam mencari Ujang. Tapi... Ujang belum bisa kami ditemukan." Kalimat Kepala Dusun itu seperti menusuk jantung Mak Ani.

“Jadi...... kalian akan menyerah begitu saja.”Ucap Mak Ani sedikit nada meninggi namun tangannya gemetaran.

“Bukan menyerah, Bu. Tapi kami mohon... ikhlaskan. Mungkin ini sudah takdir.”Sahut Pak Kepala Dusun sambil menundukkan kepalanya. Ia merasa bersalah akan hal kejadian ini.

Tangis Mak Ani pecah. "Demi Tuhan, aku tak rela anakku hilang! Siapapun yang mengambil anakku, sampai matipun aku tak ikhlas!" Raut wajahnya penuh keputusasaan.

Tangis Emak pecah dan bapaknya ujang berinisiatif langsung memeluk istrinya. Suasana rumah sunyi. Semua yang ada di sana menjadi menunduk dan tidak berani mengangkat kepalanya.

Namun, takdir berkata lain. Ajaibnya saat adzan magrib berkumandang, terdengar suara langkah kaki di depan rumah. Pintu diketuk pelan. Itulah Ujang! Tangis haru menggema di rumah kecil itu.

 Tok! Tok! Tok! (ketukan pelan dari pintu depan Rumah Ujang)

“Siapa itu?” tanya Mak Ani dari dalam rumah.

“Mak... ini Ujang...”lirih ujang dari luar pintu rumah.

Ketika Pintu dibuka oleh Mak Ani. Terlihat Ujang sedang berdiri di ambang pintu. Bajunya lusuh, wajahnya pucat, matanya kosong dan kemerahan.

“Ujang! Ya Allah, Ujang! Kau ke mana aja, Nak?” Ucap Mak Ani dengan menangis histeris dan memeluk tubuh Ujang yang tiba -tiba telah Pingsan.

“Cepat baringkan dia. Kita panggil Pak Samin!”Ajak Bapak Leman minta tolong gotong Ujang ke dalam Rumah.

Ujang segera dibawa ke seorang dukun untuk menjalani pengobatan. Setelah diberi air doa dan ramuan, Ujang mulai sadar. Ia duduk pelan-pelan, menatap wajah orang tuanya. Setelah sedikit pulih, Ujang menceritakan semuanya. Pesta yang meriah, kesenangan yang membutakan, dan kesesatan di hutan belantara.

“Mak... Bapak... Ujang minta maaf. Ujang nggak tahu udah berapa lama pergi.”lirih Ujang sambil menunduk dan suara sendunya.

“Kau ke mana aja, Jang? Kami hampir gila mencarimu.”tanya emaknya sambil menepuk – nepuk bahunya ujang dengan suara seraknya.

“Waktu itu, di jalan ke sungai, Ujang lihat ada hajatan. Ramai sekali. Ada musik, orang menari, makanan enak. Ujang diajak masuk sama tamu di sana.”balas Ujang dengan nada sedikit sendu karna dia masih lemas tak berdaya.

“Apa? Hajatan? Di mana?”tanya Bapak Leman yang heran mendengar penuturan anaknya.

“Di dekat rumpun bambu yang rindang itu. Ujang makan, menari, nyanyi... semua orang baik. Mereka kasih Ujang bingkisan dodol, lemang, nasi kenduri.”Jelas Ujang sambil tersenyum Kecil.

“Terus kenapa kau nggak pulang?”tanya balik oleh Mak Ani yang keheranan.

“Ujang lupa, Mak. Lupa akan semuanya. Baru tadi sore, Ujang merasa aneh. Semua orang di sana hilang. Ujang sendirian. Lalu Ujang jalan pulang.”Ujar Ujang dengan raut wajah bingung.

Ujang menyerahkan bingkisan yang ia bawa. Dibungkus daun talas, diikat rapi. Emaknya Ujang langsung membukanya dengan tangan yang gemetar. Betapa terkejutnya mereka saat menemukan gumpalan lumpur berisi cacing tanah, telur semut, dan belatung menggantikan dodol dan lemang. Bingkisan itu langsung dibuang.

“Astaghfirullah... apa ini ?  ini... ini lumpur!”Ucap Mak Ani yang terkejut melihat isi bingkisan yang dibawa oleh anak bujangnya dan melemparnya keluar rumah.

“Lihat yang ini... isinya cacing tanah. Yang ini... belatung!”seru pak Samin yang ikut terkejut tapi tidak se-syok Mak Ani.

Semua menjadi bergidik ngeri dan jijik akan hal yang mereka lihat. Warga yang hadir menjadi saling pandang satu sama lain.

“Selama seminggu ini, tak ada satu pun warga yang mengadakan hajatan. Bahkan di desa sebelah pun tidak ada.”Ujar Pak Kepala Dusun meyakinkan Ujang tentang perihal hajatan yang dibilang Ujang tidak ada terjadi.

“Kemungkinan besar... Ujang dibawa ke alam bunian.”sahut Pak Samin.

Sehingga para warga desa saling berbisik-bisik satu sama lain. "Mungkin Ujang dibawa orang bunian," kata seorang nenek tua. Karena, tak ada satupun hajatan yang digelar di sekitar Sungai Bentang selama Ujang hilang.

Sejak saat itu, warga desa menjadi lebih berhati-hati. Mereka tak lagi bepergian sendirian, apalagi ke tempat sepi. Ujang kembali sehat, tapi ia tak pernah lagi memancing sendirian. Ia sering termenung, mengingat wajah-wajah ramah di hajatan itu—yang kini ia sadari bukan manusia biasa.

“Mak... kalau waktu itu Mak nggak bilang tak ikhlas, mungkin Ujang nggak bisa pulang.”penuturan Ujang kepada emaknya sambil menangis haru.

“Cinta seorang ibu, Jang... bisa menembus batas dunia.”Ucap Mak Ani sambil tersenyum haru dan mengusap kepala Ujang.

Kisah Ujang menjadi legenda, pengingat akan pentingnya kewaspadaan dan selalu mengingat Tuhan dalam setiap langkah. Petualangan Ujang mengajarkan mereka untuk menghargai waktu, dan selalu waspada terhadap pesona dunia yang terkadang membutakan mata hati.

1
butet shakirah
mohon dukungannya dan Terima kasih readers
Siti Nurhalimah
👻😱so creepy
saijou
Jelasin dong!
butet shakirah: jelasin bagian part apa kak?
total 1 replies
Anonymous
lanjutkan thor penasaran cerita asli lainnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!