NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 | Angkringan

Tibalah waktunya hari yang telah ditentukan.

Sejak sore, Alana sudah berkutat di depan lemari, mencari pakaian yang cocok untuk pertemuan nanti malam.

Tangannya sibuk memilah dan memilih berbagai gaun yang tergantung rapi di sana.

"Ah, ini keliatan kek mau kondangan."

"Apa ini aja? Tapi malu ih, tangannya buntung gini." Alana melempar gaun tanpa lengan itu ke atas tempat tidur.

"Duh, Mama nggak ada lagi. Masa mau nelpon Tante Lidia? Ntar malah abis diceng-cengin doang." Alana melempar tubuhnya ke atas tumpukan pakaian di kasur, tak lama berselang, dia justru tertidur.

Setelah maghrib, Bi Minah mengetuk pintu kamar Alana namun tak ada balasan. Dia sendiri cepat membuka dan segera membangunkan gadis itu, "Non, Non, bangun. Itu ada temennya nyariin. Non juga belum makan dari tadi siang, kan?"

Alana menggeliat dan memicingkan mata. Samar-samar dilihatnya seorang wanita berdiri di samping ranjang. Dia bangkit dan bertanya waktu pada wanita itu.

"Udah jam tujuh kurang sepuluh, Non. Dari tadi dipanggil nggak bangun-bangun."

Mendengar itu, Alana seperti tersengat listrik dengan tegangan tinggi. Wajahnya pucat.

"Jam tujuh?" Gadis itu menatap wanita paruh baya yang mengangguk mantap.

Tanpa banyak kata, Alana bergegas ke kamar mandi, kemudian bersiap. Sedangkan tatapan Bi Minah mengikuti gerakan Alana yang berlari ke sana kemari.

"Makanannya mau diangetin, Non?"

Alana menggeleng dan meminta wanita itu untuk keluar kamarnya.

Duh, oon banget. Pake acara ketiduran pula!

Ini mau pake yang mana? ... apa ini aja ya? ... ah bodo amat, toh bukan acara resmi. Buat apa cakep-cakep.

Alana meraih kaos hitam pendek dengan celana panjang cream. Dia mengikat rambutnya asal-asalan, kemudian berlari keluar.

Benar saja, Gala sudah menunggu di teras. Cowok itu menoleh dan tertawa lepas.

"Na, lo nggak mandi? Tu rambut acak-acakan bener."

Seketika Gala terdiam saat Alana menatapnya tajam sembari mengepalkan kedua tangannya.

Mereka pergi menuju lokasi yang telah ditentukan. Sepanjang jalan, tak ada yang membuka suara. Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing.

Sesampai di tujuan, Alana turun dan melepas ikatan rambut lalu menyisirnya dengan jemari. Melihat itu, Gala tercengang hingga tak sadar dia belum melepas helm.

"Lo mau pake sampe kapan?" Alana menatap Gala dengan kesal.

"Oh, iya, ini, anu, gue lepas sekarang." Gala tergagap sembari melepas benda itu dari kepalanya.

Namun dengan cepat, dia kembali bersuara, "lagian nggak papa juga kalo gue pake helm, biar cewek-cewek nggak silau melihat diriku yang sangat menawan, rupawan dan dermawan." Gala menyibakkan rambutnya dengan gaya sok cool, membuat Alana memukvlnya dengan botol air mineral yang dia bawa. Dia berlalu meninggalkan Gala yang masih sibuk merapikan rambut dan pakaian.

"Na, tungguin ... lo nggak romantis bener sama pacar sendiri." Gala berlari mengejar.

Keduanya tak sadar jika sedari tadi, ada sepasang mata yang terus mengikuti gerak-gerik mereka.

Di sebuah taman kota, tiga pasang muda-mudi terlihat bersenda gurau. Gala, Juna dan Galih saling bertukar cerita meski Juna terlihat memaksa matanya untuk tetap terbuka.

"Lo 'make' ya? Perasaan sepet mulu tu mata." Gala menepuk pundak temannya yang membuat Juna terkejut, hingga hampir terjatuh.

Galih hanya tertawa, namun matanya diam-diam mencuri pandang pada gadis berbaju hitam yang kini tengah menikmati es krim.

Alana cepat sadar dan meminta Gala untuk mendekat.

"Eh, bentar ya. Cewek gue kangen tuh."

Juna terkekeh, namun tidak dengan Galih. Dia menatap punggung Gala yang berjalan ke arah Alana.

"Dia anak baru, kan?" Tiba-tiba suara Galih membuat Juna menoleh, "hah? Apa?"

Eh dasar bud3k banget ni orang.

Galih mengulang pertanyaannya dengan mendekatkan mulutnya ke telinga Juna.

"Oh, Gala? ... ya, dia emang anak baru. Pindah ke Dirgantara pas kelas dua. Emang kenapa?" ujar Juna sembari melepas jaketnya.

Galih masih menatap Gala yang kini tertawa bersama Alana dan kedua temannya, Sisi juga terlihat melambaikan tangan sembari tersenyum manis ke arahnya.

"Dia pindahan dari mana? Lo tau rumah dia nggak?" Galih kembali memenuhi rasa penasarannya sebelum Gala kembali datang.

"Dia dari Mahardika, kalo rumahnya gue nggak tahu. Soalnya Gala nggak pernah ngajak maen ke sana, tapi dia bilang sih, nggak jauh dari rumah Alana. Mungkin jodoh ya. Rumah gue sama Vio juga searah," ujar Juna membalas lambaian tangan pacarnya.

Mahardika?

Galih mengeryitkan kening, lalu tersenyum kala Sisi dan Vio mendekat. Mereka mengajaknya berkeliling taman untuk melepas kejenuhan.

Setelah dirasa cukup, Gala dan Alana memilih untuk pergi lebih dulu dan itu cukup membuat Sisi terkejut.

"Lo mau ke mana, Na? Kan kita belom makan-makan." Sisi dan Vio menahan sahabatnya, namun Alana tetap pergi.

"Lo kenapa, Na? Gue liat-liat, lo gelisah bener. Lo nahan p1pis?" Gala meraih helm dan memberikan pada gadis yang masih berdiri di sampingnya.

"Nggak papa, gue mau balik aja." Alana mengenakan pelindung kepala itu lalu duduk di belakang tubuh Gala.

Bukannya pulang, Gala membawa Alana ke sebuah angkringan yang dijumpai di tepi jalan.

"Lo mau apa, Na? Wedang jahe ya, biar badan lo anget."

Gala mencondongkan tubuhnya dan berbisik, "pake susu nggak? Apa nggak usah aja? Kan lo udah bawa pabriknya, dua lagi."

Mendengar itu, wajah Alana memerah, antara malu dan juga rasa kesal yang berbaur dalam dada. Membuatnya mencubit lengan Gala dengan sekuat tenaga.

"Awww!!!" Gala menjerit dan sukses membuat orang-orang menatapnya.

Dia mengangguk, meminta maaf sambil tersenyum.

"Kenapa, Mas?"

Bapak pemilik angkringan itu mendekat.

"Oh, nggak papa, Pak. Ini pacar saya nggak sabar minta jahe hangat."

Laki-laki itu tertawa, lalu memperlihatkan menu yang tertempel di gerobak. Gala menyebutkan beberapa pesanan lalu kembali ke tempat.

Sementara di taman kota, dua pasang kekasih masih berada di sana. Sisi menatap Galih yang tetap terdiam seakan tidak menikmati momen mereka.

"Kak, kamu kenapa? Perasaan bete gitu."

Galih menggeleng, namun mood Sisi terlanjur jelek. Dia pergi begitu saja menyusul Juna dan Vio yang bersiap pulang.

"Lho, Si. Pacar lo mana?" Juna menatap Sisi yang datang dengan wajah masam. Vio turut menanyakan hal serupa.

"Gue mau balik, sendiri!" Sisi berlari ke tepi jalan raya, menunggu taxi yang lewat.

Sesekali dia melirik ke arah taman, namun Galih tetap tak nampak batang hidungnya.

Bener-bener cowok nyebelin! Kalo emang nggak mau jalan, ngapain setuju pas gue ajak?

Bahkan gue ngambek pun, dia nggak ngejar, dia nggak peduli. Aaarrrrggghhh!!!!

Sisi menjerit dalam hati, lalu masuk ke dalam taxi yang berhenti tepat di hadapannya.

Di tempatnya, Galih masih duduk tenang dengan tangan terus menggulir layar ponsel. Dia tersenyum saat membaca pesan yang masuk di aplikasi hijaunya.

Mahardika. Hmm, lo tunggu aja tanggal mainnya, bocah ingusan! Lo nggak berhak dapetin Alana, karena dia cuma milik gue.

Galih bangkit dan berjalan ke arah motornya, tanpa peduli akan Sisi yang pergi dengan kecewa.

---

Setelah selesai makan, Alana dan Gala kembali melanjutkan perjalanan pulang. Namun, lagi-lagi Gala membawa Alana berkeliling Jakarta, menikmati gemerlap lampu dari gedung-gedung yang menjulang, berpadu dengan jalanan kota yang tetap sibuk di malam hari.

Na, gue tahu apa yang lo rasain. Gue nggak mau lo terus kepikiran cowok itu, dan gue akan buat lo selalu bahagia ... ya, walaupun tetep aja galaknya minta ampun.

Gala menghela napas di balik kaca helm yang menutupi wajah. Dia tersenyum kecil saat merasakan lengan yang melingkar di pinggangnya.

Na, gue pastiin, lo nggak bakal ngerasain sakit karena gue.

Gue sayang lo, Na.

Motor terus melaju di bawah sinar lampu jalanan, menciptakan momen indah yang akan menjadi kenangan di kemudian hari.

*

1
M.S
aku udah mampir kakak
Bulanbintang: Terima kasih ya,
total 1 replies
Violette_lunlun
udah mampir ya Thor, bagus banget novel dan penulisan.
jika berkenan mampir juga yuk ke karya ku.
Bulanbintang: Baik, terima kasih.
total 1 replies
–Kang Je Ra
haiii, semangatt nulis yaa! /Rose/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
follback
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Anisa Febriana272: Judul nya ngawak kak
Anisa Febriana272: Oke Ni saya lagi buat novel di catatan judul nya wanita pelakor yang kena karma
total 19 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!