Rumah tangga Eleanor Lilyana Limson dengan suaminya Julian Debonson yang baru saja berjalan satu tahun, harus menghadapi badai yang teramat besar saat Eleanor mulai merasakan perubahan sikap pada diri Julian hingga membuka sebuah fakta yang sangat mengejutkan.
Ditengah kisruh kekecewaan dalam diri Eleanor terhadap suaminya, sosok ayah mertuanya yang bernama Kenneth Debonson hadir dan memberikan suasana baru bagi Eleanor. Akankah Eleanor memanfaatkan kehadiran ayah mertuanya demi membalaskan dendam terhadap suaminya? Ataukah Eleanor merasakan kenyamanan dan ketenangan yang sesungguhnya didalam selimut Ayah mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28.
Meskipun Eleanor melakukannya tanpa dasar cinta dan tidak tau kedepannya apakah jalan yang dirinya ambil saat ini akan membuatnya bahagia, tapi karena rasa sakit dan rasa terhinanya akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh Julian sudah menghancurkan hidupnya, Eleanor pun sebisa mungkin ingin menunjukkan sisi hangatnya didepan ayah mertuanya itu! Perlu diingat Eleanor sampai rela menggoda dan tidur dengan ayah mertuanya sendiri itu semua hanya demi membalas dendam atas perbuatan Julian terhadap dirinya.
Dengan menyunggingkan senyum tipis dibibirnya, Eleanor pun tidur menyamping berhadapan dengan Kenneth yang saat ini sedang menatap dirinya.
"Untuk apa aku menyesal? Bukankah aku dan kau berhak melakukan hal ini? Ataukah kau yang menyesal Tuan Ken?" tanya Eleanor sambil membelai lembut wajah tampan Kenneth dengan menggunakan jari telunjuknya.
"Aku harus pergi sekarang," ucap Kenneth.
Kenneth buru-buru memakai seluruh pakaiannya kembali dengan tergesa-gesa, dirinya merasa telah mengkhianati Julian karena sudah tidur dengan Eleanor! Saat ini perasaan Kenneth pun sangat campur aduk, dilema antara hatinya yang sudah berani berterus terang menginginkan Eleanor, namun pikirannya yang terus menolak karena banyak alasan.
Melihat Kenneth terburu-buru untuk pergi meninggalkannya, Eleanor pun merasa dia belum sepenuhnya bisa menguasai Kenneth saat ini, itu artinya Eleanor perlu waktu lebih lama lagi untuk bisa menguasai hati Kenneth dan membuat Kenneth bertekuk lutut padanya, dengan begitu akan sangat mudah bagi Eleanor untuk menendang dan membuang Julian seperti kayaknya sampah yang tak berguna.
Eleanor pun memakai pakaiannya kembali lalu menyusul Kenneth yang sudah hendak pergi meninggalkan pentahouse itu!
"Sampai kapan aku bisa tinggal disini?" tanya Eleanor.
"Sesukamu!" ucap Kenneth.
"Apa kau menyukaiku? Apa tadi itu menggunakan perasaan juga? tanya Eleanor.
Kenneth kemudian mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya, lalu menaruh credit card, dan juga satu ATM.
"Kau bisa menggunakan ini untuk membeli semua kebutuhanmu," ucap Kenneth.
"Oke, terimakasih Dad,"
Mendengar Eleanor menyebut dirinya dengan sebuah Daddy, Kenneth pun berbalik badan dan menatap tajam kedua mata Eleanor! Melihat tatapan kedua mata Kenneth padanya saat ini, Eleanor pun paham sekali memang ayah mertuanya itu tidak suka jika dipanggil Daddy karena Kenneth merasa Eleanor bukanlah putrinya dan sebentar lagi pun Eleanor bukan lagi menantunya.
Sambil tersenyum manis, Eleanor kemudian mendekati Kenneth lalu kedua kakinya berjinjit dan mendaratkan ciuman dipipi sebelah kanan Kenneth.
"Thank you Ken," bisik Eleanor.
Tampang Kenneth terlihat datar saja mendapatkan ciuman manis dipipinya dari Eleanor, apalagi Eleanor sudah memanggil dirinya dengan benar. Kenneth pun tidak lagi berkata apapun kemudian pergi meninggalkan Eleanor.
Sambil berjalan menuju parkiran mobilnya, Kenneth pun terlihat mencoba menahan senyum dibibirnya. Dia merasa Eleanor sangatlah manis melakukan hal tadi padanya.
"Aku rasa aku sudah gila," gumam Kenneth.
Sementara itu di kediaman mewah yang ditinggali oleh Kenneth dan Julian, juga Lily pastinya, kini Julian terlihat masih sangat murka atas keputusan Eleanor untuk bercerai darinya! Walau bagaimanapun hanya Eleanor lah yang Julian cintai. Julian terlihat duduk di sofa yang terletak di dalam kamarnya, sambil meremat kepalanya sendiri Julian merasa sangat frustasi memikirkan perceraianya dengan Eleanor.
Lily yang datang membawakan Julian minuman pun sama sekali tidak dilirik oleh Julian.
"Tuan, ini minuman untukmu!"
Karena Julian tidak kunjung menanggapi dirinya, Lily kemudian duduk disamping Julian dan memegang bahu Julian, sontak saja Julian langsung menepis tangan Lily dan menatap Lily dengan tatapan sinis.
"Jangan ganggu aku! Keluar sana! Dasar wanita murahan!" teriak Julian.
Lily pun terlihat terkejut atas makian yang selalu saja dirinya terima dari Julian.
"Kau memang aku ajak kesini, tapi bukan untuk menggantikan posisi Eleanor melainkan kau hanya haru melayani aku ketika aku sedang ingin, jadi jika aku sedang tidak menginginkan tubuhmu jangan pernah menggangguku!" ucap Julian.
"Baik Tuan, aku akan tidur di kamar lain," ucap Lily.
Padahal memang awalnya Lily pun tidak ingin sama sekali dekat-dekat dengan Julian, apalagi ketika Julian hadir didalam hidupnya dan hidup ayahnya hingga merampas mahkotanya, tapi kenapa sekarang rasanya terasa sakit dihati ketika Julian memakinya seperti tadi.
Didalam kamarnya, Julian mengambil gelas minuman yang tadi diantarkan oleh Lily! Dilemparnya gelas tersebut kelantai hingga pecah berserakan.
"Jika aku tidak bisa memilikimu, maka kau juga tidak akan pernah dimiliki oleh siapapun Eleanor aku bersumpah untuk itu!" ucap Julian.
