Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Mereka saling melirik karena tahu jika bundanya gelisah seperti ini, pasti ada sesuatu yang terjadi, karena mereka salah seorang ibu dan tahu apa yang dirasakan sang bunda.
"Aku akan menelepon kak Sufyan bunda untuk mencari tahu keadaan Aiman, agar bunda tenang, bagaimana?? Tanya Almira menatap sang mertua dengan khawatir.
Ayu juga sebenarnya khawatir, biar bagaimanapun Aiman masih suaminya dan dia memang mencintainya dari dulu dan hingga kini hanya saja rasa kecewa dan amarahnya kepada tindakan Aiman selama ini yang membuatnya enggan menerimanya.
"Bagaimana bunda, aku telpon kak Sufyan dan Sultan sekarang?? Tanyanya lagi memastikan.
Almira melirik Ayu yang kini menunduk, dia tahu jika ayu juga mengkhawatirkan Aiman. Tapi rasa sakit hatinya mengalahkan segalanya.
Tanpa menunggu jawaban mereka Almira masuk kedalam kamarnya mengambil handphone nya menghubungi suaminya dan juga adik iparnya untuk mencari tahu keadaan Aiman.
"Hallo kak, bagaimana kabar disana??, amankan?? Tanya Almira berbasa-basi pada suaminya.
"Baik kok dek, ada apa, seperti nya ada yang ingin kamu bicarakan". Sufyan tahu betul bagaimana istrinya itu makanya dia langsung saja bertanya.
"Kakak bisa mencari tahu bagaimana keadaan Aiman, bunda tadi bermimpi buruk tentangnya bahkan dia sangat gelisah, kakak tahu sendiri jika bunda seperti itu pasti ada yang terjadi".
"Tidak usahlah dek, malas aku berurusan sama Aiman, dia itu sudah membuang dirinya sendiri, dia tahu kita sangat membenci manusia iblis itu malah dia kembali padanya". Sungut Sufyan dengan kesal.
Dia sangat malas disuruh mencari adiknya itu, bukan karena membencinya tapi dia kesal karena kelakuannya.
"Jangan seperti itu kak, dia adik kakak, apalagi kakak tahu sendiri bunda itu bukan sembarangan merasakan hal seperti itu, kaka sudah membuktikannya sendiri". Ucap Almira dengan sabar.
"Baiklah -baiklah, akan ku hubungi Sultan membantuku mencarinya, kan nomor handphone nya daja kmi lacak, supaya tahu keberadaannya".
"Iya kak, aku tunggu kabar kakak, bergerak sekarang yah, kabari aku secepatnya, agar ibu tidak khawatir".
"Iya dek, kakak tutup yah". Sufyan menutup telponnya dan langsung menghubungi sang adik untuk membantunya.
"Hallo dek, kamu sedang apa??, kamu sibuk gak??". Tanyanya beruntun.
"Tidak lagi sibuk kok kak, kebetulan aku ada di restoran sedang rapat memang ada apa?? ". Tanyanya lagi.
"Kalau kamu tidak sibuk, bantuin kakak cari Aiman, katanya bunda mimpi buruk tentangnya dan bunda khawatir dan gelisah sekarang, bagaimana kamu mau?? ".
"Aku mau aja tapi nanti yah setelah Rapat kebetulan rapatnya sudah mau mulai, kakak duluan aja, nanti aku cari sendiri melalui jaringan nomornya saja".
"Oke deh, nanti saling kabarin lagi yah".
"Iya kak".
Sufyan yang baru saja akan ke kantor terpaksa izin karena hal ini tapi kebetulan dirinya memang belum. pernah mengambil jatah cuti.
"Aku lacak dia dimana dulu, jangan sampai dia memang Kenapa-napa".
Setelah mendapatkan lokasi sang adik, dia langsung berangkat kesana, dia bisa melihat rumah yang lumayan mewah dihadapan nya.
"Permisi pak, ini rumahnya Sulaiman bukan?? Tanya Sufyan menunjukkan fotonya dengan Aiman.
"Oh iya, ini rumahnya pak Aiman pak, bapak siapa?? Tanyanya dengan sopan
" Saya kakaknya pak, ingin mencari adik saya, saya takut terjadi apa-apa padanya". Ucap Sufyan dnegan senyuman.
"Oh iya pak, tadi. memang terjadi keributan dengan ibu Aira karena ternyata ibu Aira itu selingkuh pak dan membawa selingkuhannya kerumah".
Bapak-bapak yang kebetulan melewati rumah Aiman tadi jelas b melihat bagaimana keributan terjadi tapi tak berani melerai karena itu adalah permasalahan rumah tangga.
"Apa, astaghfirullah". Ucap Sufyan dengan pelan.
Dia langsung membuka pagar Aiman dengan kasar, untung saja tidak dikunci, dia langsung berlari masuk tapi pintu rumah terkunci.
"Aiman, Aiman, dek". Teriaknya memanggil nama Aiman dengan keras.
Dia menggedor-gedor pintu itu tapi tak ada sahutan, para bapak yang ditanya tadi menjadi penasaran, kemudian ikut masuk kedalam untuk membantu.
"Ada apa pak, kok bapak malah berteriak-teriak seperti itu?? ". tanyanya dengan heran.
"Adik saya punya riwayat sakit kepala akut pak, kalau kepalanya terlalu berlebihan sakitnya dia bisa pingsan, makanya saya khawatir, apalagi tadi bapak bilang seperti itu". paniknya masih berusaha menggedor-gedor pintu.
"Kita dobrak saja sama-sama pak, takutnya adik bapak kenapa-napa". Panik para warga.
"Ayo pak".
Mereka langsung mendobrak pintu iru beramai-ramai, kemudian berpencar mencari Aiman.
"Aiman, dek, kamu dimana?? Taeriak Sufyan
Begitupun para warga memanggil Aiman, bahkan RT dan RW disana pun ikut datang mencari tahu kenapa terjadi keributan dirumah Aiman.
" Astaghfirullah dek". Teriak Sufyan begitu melihat adiknya tergeletak begitu saja,
Dia membalikkan tubuh sang adik dan betapa terkejutnya dia melihat hidung adiknya mengeluarkan darah. Dia segera menggotong sang adik, walau berat mereka hampir sama tapi dia berusaha melakukannya
"Ya ampun, kenapa pak Aiman pak". Panik mereka semua melihat Sufyan menggotong snag adik.
" Maaf yang mana RT dan RW disini?? Tanyanya tanpa menjawab pertanyaan merka.
"Saya pak, ada apa?? Tanya pak RT itu.
"Pak tolong benerin pintu rumah adik saya, dan kunci pintunya, saya akan ganti uang bapak nanti, saya harus membawa adik saya kerumah sakit, takutnya nanti tidak ada orang, malah kemalingan". Sufyan menatap Pak RT itu dengan penuh permohonan.
"Baiklah pak, nanti kuncinya saya pegang dulu, nanti kami akan beronda untuk menjaga rumah pak Aiman".
"Baik pak terima kasih, saya permisi dulu".
Walau dia berat tapi dia berusaha membawa adiknya sampai ke mobilnya, nafasnya ngos-ngosan.
"Bertahanlah dek". Sufyan mengelus kepala sang adik dan langsung mengendarai mobilnya agak cepat hingga kerumah sakit, sesampainya dirumah sakit dia bergegas menggotong kembali snag adik agar bisa masuk dan mendapatkan penanganan.
Setelah adiknya masuk ruang UGD, dia segera mengabarkan berita ini di grup keluarganya.
"Aiman berada di UGD rumah sakit, datanglah kemari semua, aku tidak tahu dia sakit apa tapi tadi hidungnya penuh darah dan dia pingsan". Isi pesannya di grup keluarga mereka.
Grup keluarga mereka langsung heboh, mereka langsung menelpon grup dan berbicara langsung sedangkan sultan memang sedang Meeting jadi tidak mengetahui apa yang terjadi.
Saat mendapatkan kabar, dada Shofiyah semakin sesak, dia tahu jika anaknya sedang tidak baik-baik saja.
"Ayo nak, kita kesana sekarang, kamu nak ayu, bisa tinggal di sini jika tak ingin kesana". Tanya Shofiyah dengan sendu.
"Tidak apa-apa bunda, aku akan ikut, biar bagaimanapun Aiman masih suamiku, dia sedang kritis dan membutuhkan dukungan keluarga". Ucap Ayu pelan.
Rasa cintanya pada suaminya ternyata tidak pernah pudar walau dirinya telah dikhianati.