Nasya Andira, sejak kecelakaan yang membuat kedua orang tua nya meninggal. Nasya terpaksa harus hidup seorang diri, beruntung ia bertemu dengan Olin. Wanita paruh baya yang begitu baik hati dan memberikannya pekerjaan.
Berawal menjadi seorang pelayan di sebuah warung makan mie milik Olin. Nasya memilih untuk pergi ke Jakarta mengadu nasib agar bisa berkuliah dengan bekerja di rumah menantu Olin untuk menjaga kedua cucunya.
Adnan Bimantara, seorang laki laki dewasa. Berstatus dia dengan dua anak. Menerima Nasya bekerja dengan nya karena sudah lelah mengurus kedua anaknya yang begitu nakal dan sering membuat ulah. Adnan berharap bahwa setelah mempekerjakan Nasya, maka pekerjaan nya mengurus kedua anaknya akan berkurang. Namun, nyatanya kini malah dirinya merasa memiliki tiga orang anak.
Bagaimana kisah Nasya menghadapi dua tuyul yang selalu membuat ulah untuk para pekerja nya. Berhasilkah Nasya membuat dua anak itu takluk padanya? Atau malah sang duda yang akan takluk padanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengen kabur
...~Happy Reading~...
Dengan langkah tergesa, Adnan segera menuju lobi untuk memeriksa keributan yang di buat oleh pengasuh anak anaknya dengan karyawan nya. Tadi ada seorang cleaning servis yang datang ke ruangan Adnan untuk melaporkan kejadian tersebut. Cleaning servis itu tadi tidak sengaja melihat Nasya masuk dari basemen bersama Adnan dan Yoga. Jadi dai tahu bahwa Nasya adalah tamu yang di bawa oleh Adnan.
“Ada apa ini?”
Mendengar suara bariton dari atasan nya seketika membuat kerumuman itu langsung memudar, begitu pun dengan Nasya dan Ajeng yang langsung memisahkan diri dari acara gelut nya.
“Se—selamat siang, Pak,” ucap Ajeng dan beberapa karyawan di sana menundukkan kepala melihat kehadiran Adnan.
Adnan langsung memejamkan matanya dan memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri ketika melihat penampilan pengasuh duo R. Bagaimana bisa, rambut yang tadi rapi kini sudah tergerai tak beraturan. Dan kerah kaos yang di pakai oleh Nasya kini sudah terlihat longgar bahkan sampai memperlihatkan tali kebangsaan di tubuh Nasya.
“Tidak adakah yang mau menjelaskan pada saya?” tanya Adnan dengan raut wajah datar dan dingin nya, terlihat begitu menusuk relung hati siapapun yang melihat nya. Ruangan yang tadi sempat terasa panas akibat pergelutan antara Nasya dan Ajeng, kini seketika terasa begitu dingin dan mencekam.
“Jawab!” bentak Adnan pada akhirnya karena semua orang memilih untuk diam.
“Baiklah, kalau begitu. Kalian berdua ikut ke ruangan saya sekarang!” ucap Adnan menatap tajam pada Ajeng dan Nasya, namun sebelum itu ia sempat melepaskan jas nya dan melemparkan nya kepada Nasya.
Tentu saja semua orang di buat terkejut, dengan perlakuan Adnan barusan. Bagaimana bisa, Adnan melepaskan jas nya hanya untuk gadis yang tidak jelas seperti Nasya. Begitu pun dengan Ajeng yang semakin merasa geram terhadap Nasya.
“Nasya!” panggil Yoga yang baru saja memasuki lobi dan di buat terkejut oleh penampilan Nasya.
“Yoga!” balas Nasya, dan tanpa permisi ia pun langsung berlari menghampiri Yoga dan memeluk nya dengan cukup erat.
“Eh!” pekik Yoga terkejut, begitu pun dengan semua orang ikut terkejut, tak terkecuali Adnan.
“Ka—kamu kenapa?” tanya Yoga sedikit gugup karena matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Adnan yang menatap nya begitu tajam.
“Nasya kesel, tapi juga malu. Bawa Nasya pergi dong, hiks hiks pengen nangis ini,” gumam Nasya sedikit berbisik dan hanya bisa di dengar oleh Yoga.
Seketika tubuh Yoga menjadi kaku. Ia bingung, apakah dia harus membawa Nasya pergi, sementara Adnan sejak tadi sudah memberikan sorotan tajam padanya.
“Nasya, Ajeng! Apa kalian tuli!” seru Adnan memberikan peringatan kedua. Ajeng pun segera berjalan lebih dulu menuju lantai teratas karena menggunakan lift berbeda.
“Kita ke atas dulu, habis itu kita pergi jemput anak anak,” kata Yoga mengajak Nasya untuk kembali ke lantai atas.
Nasya hanya bisa menghela nafas nya berat dan pasrah. Ia sangat merasa bersalah karena sudah membuat keributan, maka dari itu ia sangat takut bila ke lantai atas maka dirinya akan di marahi oleh Adnan.
“Kita jemput dua R sekarang aja yuk,” ajak Nasya kembali hendak kabur, ketika menunggu pintu lift terbuka.
Namun, dengan cepat Adnan menarik kerah baju Nasya dari belakang, sehingga membuat gadis itu semakin merasa ketakutan. Ia hanya menggunakan jas Adnan di bagian depan saja, sehingga Adnan bisa menarik baju Nasya dari belakang.
“Apa kamu ingin melihat ku marah, hem?” bisik Adnan tepat di telinga Nasya.
“Justru karena gak mau lihat Bapak marah, jadi saya milih kabur sama Yoga!”
“Oh jadi kamu lebih memilih pergi sama Yoga dari pada sama saya?” tanya Adnan lagi dan kini ia menatap wajah Nasya dengan begitu intens.
“Itu lebih baik,” jawab Nasya spontan dan ia langsung menutup mulut nya dengan tangan.
“A—aku gak ikut ikutan!” seru Yoga langsung mengangkat kedua tangan nya di udara ketika Adnan kembali menatap nya tajam.
cerita tidak ber-liku2....