Sequel Mafia's in Love.
“Seorang wanita juga bisa melukai saat hatinya telah terluka. Tidak ada yang membedakan antara pria dan wanita. Bukan hanya hati, aku juga bisa melukai seluruh tubuhmu dengan tanganku sendiri.” Eleonora.
Seorang wanita yang mengubah hidupnya, menjadi jahat setelah ia di lukai. Hidupnya yang dulu terasa tenang dan tenteram harus berubah menjadi penuh darah dan tangis air mata. Tangan yang biasa digunakannya merias wajah juga harus berganti menggenggam pistol dan belati.
Semua karena cinta. Cinta memang bisa merubah seseorang menjadi jauh lebih baik. Namun, tidak dengan wanita bernama Eleonora. Tanpa disengaja, ia terjerumus ke dunia hitam untuk membalas rasa sakit hatinya kepada pria yang pernah ia cintai.
Apakah Eleonora berhasil membalaskan sakit hatinya? Apakah selamanya Eleonora akan berada di dalam dunia hitam? Apakah Eleonora akan menemukan cinta sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Brazil
Enam bulan kemudian, Brazil.
Setelah saat itu. Hubungan Leona dan Zean terlihat semakin dekat. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mencintai dan menyayangi. Hubungan mereka masih dirahasiakan. Bahkan Kwan yang biasanya selalu tahu kehidupan Leona kini tidak menyadari kalau Leona telah memiliki kekasih.
Semua karena permintaan Zean. Pria itu tidak ingin Leona memberi tahu hubungan mereka sebelum dirinya benar-benar sukses. Zean terlihat tulus dan pekerja keras. Hingga akhirnya, Leona sendiri tidak tega untuk menolak permintaan Zean.
Hanya dalam waktu enam bulan saja, bisnis yang di mulai Leona di Brazil mulai berkembang. Wanita itu terlihat bahagia dengan hasil yang ia capai. Di tambah lagi, kini ada sosok pria yang selalu melindunginya. Leona merasa hidupnya sempurna.
"Honey, kita makan siang di cafe biasa ya?" ucap Zean sambil menatap wajah Leona dengan saksama. Pria itu duduk di kursi yang ada di seberang meja kerja Leona. Seperti biasa, setiap siang Zean akan datang berkunjung ke kantor Leona untuk mengingatkan wanita itu makan siang. Sangat manis bukan?
"Aku belum selesai. File ini harus segera aku kirim," ucap Leona dengan nada menolak. Wanita itu bahkan tidak lagi memandang wajah Sang Kekasih yang sejak tadi memperhatikannya. Ia terlihat fokus pada pekerjaan yang ada di depan matanya.
"Baiklah. Kalau kau tidak makan, aku juga tidak makan." Zean membuang tatapannya ke arah lain. "Ya, walaupun saat ini perutku sangat lapar," sambung Zean lagi.
"Honey, jangan mulai," ancam Leona dengan suara manjanya.
Zean tertawa kecil. Pria itu beranjak dari kursi yang ia duduki. Ia berjalan pelan mendekati Leona yang masih terlihat sibuk.
"Kau sudah bekerja sangat keras hingga mencapai kesuksesan seperti ini, Leona. Jangan terlalu memaksakan dirimu. Hal itu akan menjadi sia-sia," bisik Zean di telinga Leona. Pria itu menyingkirkan rambut Leona sebelum mendaratkan kecupan di leher jenjang wanita itu.
Leona menghentikan aktifitasnya sejenak. Wanita itu mengeryitkan dahi sebelum memandang wajah Zean. "Apa maksudnya?".
"Maksudnya...." Zean menarik tangan Leona. Tanpa rasa curiga sedikitpun, Leona beranjak dari duduknya. Wanita itu memperhatikan Zean tanpa berkedip. "I love you, honey. Jika kau sakit, bukan hanya pekerjaan ini saja yang sia-sia. Tapi perjuanganku untuk mengingatkanmu istirahat selama ini menjadi sia-sia," ucap Zean cepat sebelum duduk di bangku Leona. Pria itu terlihat sangat santai dengan posisinya.
"Zean," rengek Leona saat pria itu lagi-lagi mengganggu pekerjaannya. "Sedikit lagi selesai."
Zean tertawa kecil sebelum menarik tangan Leona. Pria itu mendudukkan tubuh Leona di atas pangkuannya. "Kau boleh melanjutkan pekerjaanmu saat ini."
Leona menghela napas sebelum menutup berkas yang sejak tadi ia kerjakan. Wanita itu tidak bisa bekerja saat berada di pangkuan Zean. Ia hanya ingin, ketika berada di pangkuan Zean bersikap manja dengan pria itu tanpa memikirkan apapun.
"Ayo kita makan," ucap Leona pelan.
Zean mengukir senyuman bahagia. "Aku sangat mencintaimu, Leona." Pria itu memeluk tubuh Leona dari belakang. Menghirup aroma tubuh Leona dengan penuh penghayatan.
Leona mengukir senyuman indah. "Aku juga sangat mencintaimu, Zean." Leona menyandarkan tubuhnya di dada bidang milik Zean. Wanita itu memejamkan matanya sejenak untuk menikmati kebersamaannya dengan sang kekasih.
Ekspresi wajah Zean berubah saat melihat Leona memejamkan mata. Pria itu memasang sorot mata tajam dan membunuhnya. Ada ukiran senyuman licik di sudut bibirnya.
Momen kebersamaan itu harus terganggu saat tiba-tiba saja pintu kantor Leona terbuka. Zean dan Leona sama-sama kaget saat itu. Sosok pria yang sangat dikenali Leona telah muncul dan berdiri di ambang pintu. Buket bunga yang di pegang pria itu terlepas begitu saja hingga terjatuh ke lantai.
"Kwan!" celetuk Leona.
Zean memasang wajah yang sangat tenang. Berbeda dengan Leona yang berubah panik. Wanita itu segera beranjak dari kursi yang ia duduki. Leona terlihat bingung saat kini Kwan memergokinya bersama dengan Zean.
"Kenapa dia ada di sini, kak?" tanya Kwan sambil berjalan pelan. Sorot matanya tidak berkedip ketika menatap Zean. Tidak tahu kenapa, sejak pertama kali melihat Zean. Hanya ada rasa benci di dalam hati Kwan. Pria itu tidak bisa mempercayai Zean.
"Dia...." Leona terlihat bingung saat itu. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Saya pacar Leona. Senang bertemu dengan anda lagi, Kwan," sambung Zean cepat. Bahkan pria itu mengulurkan tangannya seolah bersikap ramah terhadap Kwan. Sorot matanya yang tajam, bisa dengan begitu jelas di rasakan oleh Kwan. Kalau Zean bukan pria baik.
Tanpa banyak kata. Kwan mengepal kuat tangannya dan mendaratkan satu pukulan di wajah Zean. Giginya saling bergerak. Ada rasa puas di dalam hatinya ketika bisa memukul Zean seperti itu.
"Kwan, apa yang kau lakukan?" teriak Leona tidak terima. Wanita itu memegang lengan Zean dan mengusap lembut bekas pukulan Kwan. Ia terlihat marah saat melihat tingkah laku Kwan saat itu.
"Kak, jadi ini alasan kakak tidak mau aku temani lagi? Kakak sudah memiliki dia? Apa kakak pernah berpikir, siapa pria ini. Kemunculannya yang aneh. Pria ini pria jahat kak. Kenapa kakak bisa percaya begitu saja sama dia. Bahkan mau menjadi pacarnya?" ucap Kwan dengan wajah kesal.
"Kwan, jangan bicara yang aneh-aneh. Zean pria yang baik. Dia menjaga dan melindungiku selama ini," protes Leona dengan wajah kesal.
Kwan menyunggingkan senyuman kecil di sudut bibirnya. "Ini pertama kalinya kakak dekat dengan pria. Kakak gak pernah tahu, apa yang dipikirkan pria breng*sek seperti dia kak."
"Aku tidak sama denganmu, Kwan. Kau sangat suka merusak semua wanita yang telah tergila-gila denganmu. Berbeda denganku yang selalu melindungi dan menyanjung wanitaku," sambung Zean dengan wajah meyakinkan.
"Kau!" Kwan tidak terima dengan perkataan Zean. Pria itu mengepal kuat tangannya dan ingin memukul wajah Zean lagi. Namun. dengan cepat Leona mendorong tubuh Kwan. Wanita itu mati-matian membela Zean.
"Pergi Kwan!" usir Leona dengan wajah memerah menahan marah.
Kwan terlihat kecewa dan sakit hati mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Leona. Ini pertama kalinya pria itu di usir dari samping Leona. lebih sakitnya lagi, Leona lebih memilih pria yang selama ini ia anggap breng*sek dan penipu.
"Ok, jika itu mau Kak Leona!" ucap Kwan sebelum. memutar tubuhnya. Pria itu menarik handle pintu dan. menariknya dengan kasar. Ia juga membanting pintu tersebut saat sudah berada di luar ruangan.
Leona terlihat sedih. Matanya memerah. Ada banyak genangan air mata di pelupuk matanya. Zean dengan lembut menarik tubuh Leona ke dalam pelukannya. Pria itu mengusap lembut punggung Leona.
"Maafkan aku, Honey. Seharusnya aku yang mengalah dan pergi tadi. Tidak seharusnya kalian berkelahi gara-gara aku. Ini yang aku takuti sejak awal. Mereka tidak akan bisa menerima pria brandal sepertiku," ucap Zean pelan.
Leona menggeleng pelan. "Semua akan baik-baik saja. Aku akan bicara dengan Kwan nanti." Leona mendongakkan wajahnya untuk memandang wajah Zean.
Zean mengusap setiap tetes air mata yang terjatuh. Pria itu menarik dagu Leona sebelum mendaratkan bibirnya di sana. Dengan lembut, Zean mencium bibir Leona. Memberikan posisi ternyaman agar Leona tidak lagi bersedih. Satu tangannya menarik pinggang Leona agar berada di dalam dekapannya.
"Pria itu harus menyingkir dari hidupmu, Leona!" gumam Zean di dalam hati.