NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Heryy Heryy

Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.

Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.

Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.

Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.

apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༿BAB༌༚27

Malam itu setelah kejadian yang memerahkan, Park Sung-ah tidur dengan susah payah—momen terjatuh di pelukan Kim Min-seok dan kesadaran bahwa dia harus tinggal bersama dengannya terus terngiang-ngiang di pikiran.

Saat matahari mulai terbit paginya, dia bangun lebih awal dari biasanya, menyiapkan diri untuk pergi ke kampus.

Dia berdiri di depan cermin, melihat wajah yang masih sedikit memerah saat mengingat kejadian kemarin, dan merenungkan apa yang akan dia lakukan hari ini.

Kim Min-seok sedang membuat sarapan di dapur ketika Sung-ah keluar dari kamar. Dia melihat dia yang sibuk menyusun tas, dan menyapa dengan senyum lemah.

"Sudah siap ke kampus?" tanya dia dengan suara yang lemah.

Sung-ah mengangguk perlahan, kemudian mendekatinya dengan langkah yang canggung.

Dia mengambil napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang ada di hatinya.

"Dosen Kim... ada sesuatu yang ingin aku minta padamu," kata dia dengan suara yang lemah, menundukkan kepala.

Min-seok berhenti dari apa yang dia lakukan, melihatnya dengan pandangan yang penuh perhatian.

"Apa itu, Sung-ah?"

"Saya ingin agar kamu merahasiakan bahwa kita tinggal bersama," katanya dengan tegas, meskipun suaranya masih lemah.

"Jangan sampai ada orang di kampus yang tahu, ya.Aku takut mereka akan berpikir yang tidak baik, dan aku juga bingung bagaimana menjelaskan kepada Yoo In-a kalau aku pindah rumah."

Min-seok menghela nafas panjang, memahami kekhawatirannya. Dia mengangguk perlahan, melihatnya dengan mata yang penuh kejujuran.

"Itu semua terserah kamu, Sung-ah," jawab dia.

"Yang terpenting adalah kamu harus menjaga kelereng rubah yang ada di dalam tubuhmu—jaga dirimu dari bahaya, dan jangan melanggar larangan yang aku berikan sebelumnya."

Sung-ah merasa lega. Dia mengangguk dengan senyum lemah.

"Terima kasih, Dosen Kim. Aku akan berhati-hati."

Saat itu, Min-seok melihat jam di dinding.

"Jalan menuju kampus hari ini sedikit lebih jauh karena ada perbaikan jalan raya," katanya.

"Kamu harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat."

Sung-ah mengangguk, mengambil tasnya dari meja. Dia melihat Min-seok sekali lagi, dengan mata yang penuh waspada.

"Jangan sampai ada yang tahu, ya, Dosen Kim," ulangnya sekali lagi sebelum berjalan menuju pintu.

Min-seok tersenyum lemah. "Tenang saja, Sung-ah. Rahasia kita aman denganku."

Dengan itu, Sung-ah keluar dari apartemen dan berjalan ke halte bis yang terletak beberapa blok jauhnya.

Dia naik bis dengan hati-hati, menyembunyikan wajahnya agar tidak dikenali oleh teman-teman dari kampus yang mungkin juga naik bis yang sama.

Selama perjalanan, dia merenungkan bagaimana dia akan menjawab pertanyaan Yoo In-a—teman terbaiknya yang pasti akan merasa heran karena kepergiannya di hari berkemah dan ketidakhadirannya kemarin.

Ketika dia sampai di kampus, matahari sudah bersinar terang. Dia berjalan menuju halaman kampus dengan langkah yang cepat, berharap bisa menghindari In-a sebelum dia sempat bertanya apa-apa.

Tapi seketika dia memasuki gerbang kampus, dia melihat Yoo In-a yang berdiri di dekat pohon bunga, menatap ke arahnya dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

"Sung-ah! Akhirnya kamu datang!" teriak In-a dengan suara yang cerah, berlari mendekatinya.

Dia memeluk Sung-ah dengan erat, seolah-olah khawatir dia akan hilang lagi.

"Aku sudah mencari-mencari kamu! Mengapa waktu berkemah di pendakian kamu pergi begitu saja? Apa ada masalah dengan orang tuamu yang datang?"

Sung-ah merasa hati dia berdebar kencang. Dia melepaskan pelukan In-a dengan perlahan, menundukkan kepala sedikit.

"Tidak, tidak terjadi apa-apa, In-a," jawab dia dengan suara yang lemah.

"Mereka hanya berkunjung saja, tidak ada masalah. Aku minta maaf kalau membuatmu khawatir."

In-a melihatnya dengan mata yang penuh keheranan. Dia merasa bahwa Sung-ah menyembunyikan sesuatu, tapi dia tidak mau memaksanya.

"Baiklah kalau begitu... tapi kemarin aku ke rumahmu, rumahmu terkunci dan kamu tidak ada di sana," kata dia lagi. "Apakah kamu pindah kontrakan?"

Sung-ah merasa wajahnya memerah. Dia tidak menyangka bahwa In-a akan ke rumahnya kemarin.

Dia mengangguk perlahan, mencoba membuat wajahnya terlihat rileks.

"Ya... memang pindah," katanya dengan suara yang sangat lemah.

In-a memutar kepala, mata membesar dengan keheranan.

"Kemana kamu pindah? Karena apa?" tanya dia dengan cepat. "Kenapa tidak memberitahu aku duluan? Aku bisa bantu kamu mengemasi barang-barang!"

Sung-ah merenungkan sejenak, mencari alasan yang masuk akal. Dia tidak bisa mengatakan bahwa dia tinggal bersama dengan Kim Min-seok, jadi dia mengambil alasan yang paling mudah yang terlintas di pikiran.

"Aku tinggal bersama dengan pamanku," jawab dia.

"Dia baru saja pindah ke Seoul dan memintaku untuk tinggal bersama dengannya agar tidak sendirian. Aku juga merasa lebih aman tinggal bersama dia daripada tinggal sendirian di kontrakan."

In-a mengangguk perlahan, meskipun dia masih merasa heran.

"Oh, begitulah... pamanku kamu yang mana? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya sebelumnya?"

Sung-ah merasa jantungnya berdebar lebih kencang. Dia membingungkan diri sendiri dengan alasan yang dia buat.

"Pamanku yang dari Busan," jawab dia dengan cepat.

"Dia jarang datang ke Seoul, jadi aku tidak pernah menceritakannya padamu. Dia baik sekali, jadi jangan khawatir tentangku ya."

In-a tersenyum lemah, meskipun keraguan masih ada di matanya.

"Baiklah... tapi janji ya kamu akan sering datang ke kampus dan tidak menghindari aku ya?"

Sung-ah mengangguk dengan senyum lemah. "Tentu saja, In-a. Kamu adalah temanku yang terbaik."

Saat itu, seseorang menghampiri mereka dari arah halaman kampus. Sung-ah melihatnya dan merasa hati dia berhenti sebentar—itu adalah Baek Yi-jin, mahasiswa yang dia sukai, yang juga lahir di tahun macan dan harus dia hindari sesuai larangan Min-seok.

"Hai, Sung-ah, In-a," ucap Yi-jin dengan senyum yang cerah, mendekati mereka dengan langkah yang percaya diri.

"Kamu baik-baik saja, Sung-ah? Aku mendengar dari teman-teman bahwa kamu pergi dulu di hari berkemah. Ada apa?"

Sung-ah merasa tubuhnya menggigil. Berbeda dengan biasanya yang selalu senang ketika bertemu Yi-jin, dia mundur perlahan ke belakang, menghindar dari pandangannya.

"Aku baik-baik saja, Yi-jin," jawab dia dengan suara yang serak, tidak bisa melihat langsung ke mata dia. "Hanya ada urusan keluarga saja."

Yi-jin terkejut sepenuhnya. Dia tahu bahwa Sung-ah biasanya tidak seperti ini—dia selalu ceria dan senang berbicara dengannya.

Dia mendekati dia sedikit lebih jauh, matanya penuh keheranan.

"Apa ada yang salah, Sung-ah? Kamu tampak berbeda hari ini."

Sung-ah mundur lagi, sampai punggungnya menempel pada batang pohon.

"Tidak, tidak ada yang salah," jawab dia dengan cepat, menundukkan kepala.

"Aku hanya sedikit lelah saja. Maaf ya, aku harus pergi ke kelas sekarang. Sampai jumpa nanti, In-a, Yi-jin."

Tanpa menunggu jawaban, Sung-ah berlari cepat ke arah gedung kelas, meninggalkan In-a dan Yi-jin yang bingung di belakangnya.

Dia merasa malu dan sedih—dia tidak ingin menghindari Yi-jin, tapi dia tahu bahwa dia harus melakukannya untuk melindungi dirinya sendiri.

Di baliknya, Yi-jin menatap ke arah yang dia lalui dengan mata yang penuh kekhawatiran, sedangkan In-a berdiri di sampingnya, memikirkan mengapa temannya yang dekat itu tiba-tiba berubah menjadi begitu jauh.

1
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖
crezy up thr
Almahira
🤭🤭🤭 kisss lagi🤭
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖: ko kamu gak ada novel?
total 1 replies
Almahira
gue juga pengen 😭
Almahira
wah nafsunya memuncak, nih dosen 🤭
Almahira
wah udah Kiss kissan aja
Almahira
kaya adegan sinetron aja🤣
Almahira
pasti nangis lah jadi cewek kalo di kasih harapan palsu 😭😭
Almahira
wah di kasih harapan palsu,😭😭😭
Almahira
seneng banget tuh 🤭🤭
Almahira
kalau kaya gitu visualnya saya juga mau
Han Sejin: haaa🤣
total 1 replies
🐌KANG MAGERAN🐌
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!