NovelToon NovelToon
Bukan Kamu, Bukan Dia

Bukan Kamu, Bukan Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Oksy_K

Luka Vania belum tuntas dari cinta pertama yang tak terbalas, lalu datang Rayhan—sang primadona kampus, dengan pernyataan yang mengejutkan dan dengan sadar memberi kehangatan yang dulu sempat dia rasakan. Namun, semua itu penuh kepalsuan. Untuk kedua kalinya, Vania mendapatkan lara di atas luka yang masih bernanah.

Apakah lukanya akan sembuh atau justru mati rasa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oksy_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Riuh Pesta

Mata Vania terpaku pada tawa Cassie yang begitu ceria, berbincang dengan Ali dan Pandu seakan itu sudah menjadi hal biasa. Detik itu Vania tersadar, Cassie bukan sekedar sepupu dari sahabat Rayhan, melainkan seseorang yang sudah lama berada di lingkaran kehidupannya. Terlihat jelas saat Oma Ida mengelus lembut rambut Cassie dengan penuh kasih.

Vania meremas dressnya, lagi-lagi ia berkecil hati—seperti lampu neon yang hanya berkedip, hendak menyala tapi selalu redup. Mungkinkah kali ini ia akan terlambat selangkah lagi?

Rayhan menangkap kegelisahan itu. Dengan lembut, ia mengunci erat tangan Vania yang dingin. Menyalurkan kehangatan, seolah ia berkata ‘Aku ada di sisimu, tak perlu gugup.’

“Ayo, gue kenalin sama Ayah Bunda.” Ajak Rayhan sembari tersenyum manis.

Masih dalam genggamannya, Vania mengikuti Rayhan yang menghampiri sepasang suami istri yang tengah bercakap dengan tamu.

Sang Ayah menoleh, senyum karir yang sempat tersemat kini berubah datar, saat melihat anak lelakinya itu menggandeng seorang gadis dengan penuh percaya diri. Sementara sang bunda, menyunggingkan senyum ramah dengan tangan yang merentang, menyambut Vania dengan pelukan hangat.

“Ini yang namanya Vania? Tetangga cantik yang sempat bantu Oma? Bener-bener cantik dan manis ya. Temennya Rayhan juga?” tanya Puspa—sang bunda dengan antusias.

Vania membeku, kini ia paham dari mana Rayhan mewariskan kebiasaannya yang gemar sentuhan fisik, jelas menurun dari sang bunda. Saat pelukan itu lepas, Vania menunduk sopan, mencoba meredam gugup yang menekan dadanya.

“Selamat malam, Om, Tante. Saya Vania,” suaranya nyaris bergetar. Puspa membalas dengan senyum ramah. Tapi, tidak dengan seseorang di sampingnya, beliau menatap dengan aura yang dingin dan penuh selidik. Membuat Vania menelan ludah dengan susah payah.

Rayhan menarik Vania lebih dekat ke sisinya, dengan tangan yang masih bertaut, ia mengusap pelan punggung tangan Vania dengan ibu jarinya. Ritme pelan itu berhasil membuat Vania terhanyut dan perlahan mengikis kegelisahannya.

“Ayah, dia orang yang spesial buat Rayhan, bukan musuh. Tolong jangan menatapnya dingin.” Peringatnya dengan cukup berani.

Mahendra—sang Ayah, tertawa pendek: dalam, berat dan jelas bukan karena terhibur.

“Selera kamu cukup bagus, Ayah akui itu. Namun, jika itu mengganggu nilai kuliahmu. Tali yang terikat itu harus putus.” Suaranya tegas bagai vonis.

Rayhan merapatkan rahangnya, mengekang amarah yang berdesak keluar. Vania mengusap lengannya dengan lembut, walau hatinya sendiri jelas perih sebab merasa disepelekan.

“Ayah, jangan mulai keributan. Ini hari spesial Ibu kamu,” bisik Puspa mencoba melerai bara api yang hendak tersulut.

Mahendra mengangguk, meninggalkan Rayhan dan Vania untuk menyambut tamu lainnya bersama Puspa.

“Maafkan sikap Ayahku, Van.”

“Nggak apa kok. Kita juga belum ada hubungan apapun, jadi nggak perlu dibawa serius.” Balas Vania.

“Belum?”

“Ma–maksudku nggak ada, iya itu gak ada hubungan apapun!” ralatnya dengan cepat.

Rayhan terkekeh, rasa kesalnya meredup mendengar lidah Vania yang terpeleset, membuatnya tergoda untuk usil.

“Jadi ... kapan kamu berencana menjalin hubungan denganku?” ucapnya lembut, namun dengan nada menggoda.

Jantung Vania meledak-ledak, hingga pipinya berubah seperti apel yang ranum. Belum sempat jantungnya tenang, datang dua sosok wanita berparas Cantik. Keduanya mirip, bagai bayangan yang saling memantulkan. Mereka adalah Elsa dan Elma—kakak kembar Rayhan.

“Kenalin, kakak gue,” kata Rayhan sambil mengulas bibir. “Kembar, dan ... sampai ke sikap nyebelinnya pun kembar.” Ledeknya dan dibalas injakan kaki oleh keduanya.

Rayhan meringis, membuat Vania terkekeh geli melihat keakraban saudara itu.

“Jadi ini Vania?” tanya Elsa, nada suaranya ramah.

“Pantes aja Rayhan gak mau lepas gandengan, orang cantik gini. Takut di ambil orang lain kan?” ucap Elsa memberi senyum meledek.

Sontak Vania menarik tangannya, tapi dengan cepat Rayhan meraihnya kembali. Kali ini ia memasukkannya ke dalam saku.

“Rayhan! Jangan bikin gue tambah malu,” bisik Vania penuh penekanan.

Namun Rayhan tak menggubris, ia menarik Vania menjauh dari kedua kakaknya yang sudah tertawa lepas.

Malam kian larut, acara inti sudah selesai dan para tamu menikmati malam sederhana yang di balut kehangatan. Vania duduk di bangku sudut taman, piringnya sudah penuh terisi berbagai dessert—pemberian Rayhan.

“Gue gak bisa ngehabisin semua, Ray.”

“Bohong banget, biasanya juga lima kali lipat dari ini.”

“Tapi gak sekarang juga, perut gue bisa kelihatan jelas buncitnya.” Protes Vania.

“Emang kenapa? Gue tetep suka kok,” Vania menoleh tajam, walau semburat merah merayapi wajahnya.

Rayhan terkikik, dan mengangkat kedua tangannya.

“Iya deh, nanti dibungkus aja, makan di rumah sepuasnya.”

Vania mengangguk. Untuk kesekian kalinya Rayhan kembali menyatukan jemarinya pada tangan mungil Vania. Ia menikmati setiap detik, setiap momen, seakan dunia mengecil hanya pada ruang di genggaman itu.

“Vania ... gue berharap bisa terus merasakan garis tangan ini. Berbagi suka dan duka, lebih dari sekedar teman. Gue gak minta jawaban sekarang, gue akan menunggu, seberapa lama pun itu.” Rayhan menatap Vania begitu lekat dan dalam, kedua bola matanya terlihat lebih menghitam, gelap.

Napas Vania tercekat, ia merasakan oksigen di sekitarnya, pasokannya mulai menipis. Ia kesusahan untuk menghirup udara. Vania gugup setengah mati, apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk jujur dengan perasaannya?

Namun, momen mesra itu kembali terusik dengan kehadiran gadis yang selalu tahu cara menyelinap di antara mereka. Cassie muncul dengan senyum yang tak pernah pudar. Memanggil Rayhan seakan Vania tak pernah ada di sisinya.

Cassie menurunkan pandangannya, menatap genggaman itu seperti sebuah duri. Hangat, erat, namun bukan untuknya. Matanya melirik Rayhan sengit, pipinya sudah mengembung, lalu tangannya melipat di depan dada. Dengan nada suara yang di buat-buat, ia merengek manja.

“Ih Kak Rayhan! Gandengan mulu kayak mau nyebrang! Cassie juga mau digandeng.” Cassie mengulurkan tangan kanannya, jemarinya membuka tutup seakan menagih.

Rayhan melebarkan matanya, kaget dengan kemunculan dan permintaannya yang terdengar konyol

“Nggak, nanti Vania pergi gara-gara lo dateng!” jawabnya ketus.

“Kenapa jadi karena Cassie?”

“Bisa aja karena cemburu.” Rayhan mengangkat genggamannya seolah memamerkan pada Cassie.

Vania sontak menarik tangannya, melirik Rayhan dengan tajam. Tak paham dengan arah pikir lelaki di sampingnya ini. Jika memang ia merasa cemburu, tak perlu dia memamerkan ke orang lain.

“Lo apaan sih. Jangan ngomong ngawur deh, gue gak cemburu,” gumamnya ketus.

Cassie menyengir lebar, merasa menang.

“Tuh kan, kakaknya gak cemburu. Udah sini gandeng Cassie aja. Cassie gak bakal kabur kok.” Ia kembali mengulurkan tangannya, kali lebih nekat, sampai ingin meraih tangan Rayhan.

Sontak Rayhan menepis pelan “Lo ya ... kayak bocah rebutan permen,” ia kembali menggenggam tangan Vania. “Ini sudah tempatnya, gak bisa pindah.”

Pipi Vania langsung bersemu, ia menahan senyumnya dan berdehem.

“Rayhan, gak usah lebay,”

Rayhan menoleh, sorot matanya berubah lembut. Membuat Vania terperangkap, tatapan yang mengunci hatinya tanpa pernah memberi ruang untuk pergi.

“Vania, lo hanya perlu tahu, tangan ini hanya akan menggenggam orang terkasih. Dan itu kamu.” Rayhan mengeratkan jemarinya. Vania bungkam, tak tahu harus menjawab apa.

“Cih, apaan jadi aku kamu,” gumam Cassie sebal.

Rayhan melirik Cassie, tatapannya berubah dingin.

“Lo kapan balik ke Semarang? Lo udah kelas tiga SMA, harusnya rajin-rajin belajar bukannya malah keluyuran di sini,” ucapnya dengan nada menyindir.

Cassie terdiam, air mukanya berubah masam.

“Pengennya juga gitu, Kak.” Balasnya dengan tersenyum samar.

Namun, belum sempat Rayhan merespon, Cassie mendadak menyentuh hidungnya. Cairan merah menetes tanpa permisi, menodai tangan mungilnya.

“Eh—darah?” Vania tercekat. Spontan ia melangkah maju. Cassie mengedip cepat, panik, berusaha menutup hidungnya. Tapi, darah itu terus merembes keluar hingga menodai dressnya.

“Cassie!” Rayhan refleks melepas genggamannya dan meraih bahu Cassie. “Lo kenapa? Sakit?” suaranya meninggi. Setengah panik, setengah marah.

Namun Cassie hanya terkekeh pelan, wajahnya berubah pucat.

“Biasa aja Kak, Cassie gak papa kok. Cassie kalo kecapean emang sering gini ... Cuman mimisan biasa,” nada suaranya bergetar, seakan ia sedang menenangkan perasaan sendiri.

Vania merogoh tisu dalam tasnya, mengusap pelan hidung dan bibir Cassie yang penuh darah. Vania menatap lekat, merasa ada yang janggal, mimisan ini tidak mungkin hanya karena kelelahan atau udara panas. Ini terlalu banyak.

“Sering?” Vania mengulang lirih, matanya tak lepas dari Cassie. “Lo yakin ini cuma biasa?”

Cassie mencoba tersenyum, dengan wajah dan tangan penuh noda merah, senyum itu terlihat begitu getir.

Dari kejauhan, Ali datang dengan raut wajah penuh kesal. Namun, ekspresinya berubah tegang saat melihat cairan merah membasahi dress sepupunya itu. Ali berlari kencang, menabrak bahu tamu lain tanpa peduli.

“Cassandra!”

“Kak Aliando,” Cassie mengembangkan senyum tipis.

Dan detik itu juga, seolah tenaga yang ia tahan habis sudah, tubuh itu ambruk tak berdaya. Dengan cekat Rayhan menangkap Cassie. sementara Vania membelalak, jantungnya terpelonjak.

Pesta yang awalnya damai dan hangat, berubah riuh dan menegang.

“Cassie?!” pekik Rayhan panik.

“Sialan! Gue udah berulang kali peringatin lo jangan ikut. Ini yang gue takutin!” Ali merebut Cassie dari pelukan Rayhan dan mengendongnya.

“Dia tadi tiba-tiba mimisan terus—“ ucapan Rayhan terpotong.

“Iya gue tahu, gue pergi dulu,” potong Ali tak ingin berdebat.

Ali menghilang di kerumunan sambil menggendong Cassie, di ikuti Pak Bambang dan beberapa orang yang Vania yakini adalah kenalannya. Rayhan masih terpaku, menatap tangannya yang bergetar kosong.

Sementara Vania menatap Cassie yang membawa segudang pertanyaan. Di dadanya, rasa lega dan cemburu bercampur menjadi satu.

Dan untuk pertama kalinya, Vania sadar: perebutan hati Rayhan mungkin bukan satu-satunya badai yang akan mereka hadapi.

1
Royati II
iya bang iya
Royati II
apa sih nih org ganggu mulu/Panic/
Oksy_K: Cassie: Aku kn calon pacarnya kak Ray/CoolGuy/
total 1 replies
Royati II
jangan galak-galak om
Royati II
ayo van, jangan lari di tempat Mulu, kejar balik
Oksy_K: /Determined//Determined//Determined//Determined/
total 1 replies
Royati II
lah malah tanya 😂
Oksy_K: emang gtu, denial mulu
total 1 replies
Oksy_K
/Heart//Heart//Heart/
Via Aeviii
Hai aku mampir kk ...🤗
Bagus k, saya suka yg temanya sekolahan gini. jadi kangen masa” skolah 😄
Oksy_K: ayo nostalgia bersama~~
total 1 replies
Jemiiima__
masa kalah sma bocil, ga dongg
Oksy_K: harus dilawan/Determined/
total 1 replies
Jemiiima__
cakep bgt kan ray /Facepalm/
Oksy_K: beutipuuuuullllll
total 1 replies
Jemiiima__
gada yg ga pantes semuanya perlu waktu, cuma waktumu dipercepat saja 😅
Jemiiima__
anjay dibahas wkwkw
Oksy_K
/Panic//Panic/
Oksy_K
padahal udh mau lupa/Grievance/
Oksy_K
/Applaud//Applaud//Applaud/
Jemiiima__
diateh bukannya msh bocil gak sih /Facepalm/
Jemiiima__
pake diingetin lg wkkw
Jemiiima__
oo tidak bisa, disaat seperti hari bergerak lebih cepat dr otak wkwkkw
Jemiiima__
yah gajadiii udh nunggu tdnya eh hahaha
Oksy_K: eaaakkk kena prank wkwk
total 1 replies
Royati II
inget ya, jangan berdua nanti ketiganya setan. nah, si Ali ini setannya/Curse//Curse/
Oksy_K: wkwk iya juga
total 1 replies
Jemiiima__
BOLEH BOLEH SOK LAH!
aww gemes ih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!