NovelToon NovelToon
Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Cinta Tumbuh Dari Luka Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:49.1k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.

Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Sejak bertemu dengan Samsul, Hannah menjadi sering melamun jika sedang sendirian. Tatapannya kerap kosong menembus batas nyata, seolah sedang mencoba menyusun kembali potongan puzzle masa lalu yang masih buram. Namun, ketika bersama orang lain, dia tetap bersikap biasa—tersenyum, berbicara, dan tertawa secukupnya. Hanya saja, ada kesan hampa di balik sorot matanya. Sesuatu telah tergelitik dalam benaknya sejak pertemuan itu—perasaan asing yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.

"Hannah," panggil sebuah suara berat dan hangat.

Hannah yang sedang duduk di teras rumah menoleh cepat. Arka berjalan menuntun tangan mungil Yasmin yang melompat-lompat kecil penuh semangat.

"Arka ... Yasmin."

Seketika Hannah tersenyum, seperti menemukan secercah cahaya di hari yang mendung. Yasmin berlari memeluk ibunya dengan pelukan hangat dan aroma es krim di napasnya.

"Mama, Om Arka memberi aku es krim. Ini enak, loh!" ujar Yasmin dengan wajah belepotan krim, menunjukkan kerucut es krim rasa cokelat-strawberi.

Yasmin dengan semangat menyuapi Hannah. Rasa dingin langsung menyentuh lidah Hannah, bercampur manisnya cokelat dan asam segarnya stroberi, membuat matanya terpejam sesaat. Dia lalu tersenyum lebar dan mengacungkan jempol—bahasa tanpa kata yang membuat Yasmin bersorak senang.

Arka ikut tersenyum tipis. Sorot matanya melunak, dan dadanya terasa lebih ringan. Pikirannya yang tadi kusut seperti benang yang tak bisa diurai, perlahan terurai hanya dengan pemandangan sederhana ini—seorang ibu dan anak yang tertawa bersama.

“Ternyata benar. Hanya dengan melihat senyum Hannah dan Yasmin, perasaanku bisa langsung berubah baik,” batin Arka.

Ketenangan itu hanya sementara, Arka tahu waktunya hampir habis. Rapat direksi tinggal seminggu lagi. Persaingan memperebutkan kursi kekuasaan di perusahaan semakin sengit. Dia belum mendapat konfirmasi dari Pak Agung, pemilik 5% saham yang bisa menentukan arah kemenangan. Nasibnya, dan mungkin juga nasib perusahaan, bergantung pada suara itu.

Saat ini Arka sudah berhasil mendapatkan dukungan dari tiga pemegang saham lainnya. Jika ditotal bersama miliknya dan Arman, mereka mengantongi 46%—masih kurang 5% untuk bisa mengamankan posisi.

Dia ingat betul bagaimana dia dan Arman dulu mendapatkan saham itu. Masing-masing 15% warisan dari kakeknya, yang sebelumnya atas nama ibu mereka—Anita. Saham-saham itu pernah menjadi rebutan banyak pihak. Bahkan, Pak Surya, ayah mereka sendiri, pernah mengambil paksa saham itu dari Anita saat menceraikannya secara sepihak dan kejam.

Arka mengepal tangannya di pangkuan. Rasa sahut kenangan masa lalu itu masih membekas hingga kini. Waktu itu Arka dan Arman baru saja masuk kuliah dan paham apa yang terjadi kepada kedua orang tuanya. Makanya mereka sangat benci kepada Pak Surya dan Soraya.

Arka dan Arman takkan pernah lupa bagaimana ibunya diusir dalam kondisi sakit, tanpa sepeser pun harta, sementara wanita lain—Soraya—masuk menggantikan peran yang tak seharusnya diberikan padanya.

Citra … satu-satunya anak Soraya, hidup seperti putri raja. Segala keinginannya dituruti, kemewahan disediakan. Sementara Arka dan Arman hanya dianggap sebagai kewajiban yang merepotkan. Mereka lebih seperti tamu tak diundang di rumah yang dulunya rumah mereka sendiri.

“Om Arka, kata Mama suka bolu brownies, nggak?” tanya Yasmin dengan wajah penuh harap, suaranya membuyarkan lamunan Arka.

"Su-ka," jawab Arka spontan, meski dalam kenyataan dia jarang sekali menyentuh cake, tapi kali ini berbeda. Ini buatan Hannah dan itu saja sudah cukup membuatnya ingin mencoba.

Mereka bertiga duduk bersama di ruang makan yang hangat dan sederhana. Aroma cokelat dari bolu brownies buatan Hannah memenuhi udara, membawa sensasi nyaman yang sulit dijelaskan.

Yasmin makan dengan lahap, mengunyah cepat-cepat seolah takut kue itu akan menghilang sebelum dia selesai. Tawa kecilnya mengisi ruangan seperti musik yang menenangkan jiwa.

Sementara itu, Hannah sesekali mencuri pandang ke arah Arka, yang diam-diam memperhatikannya. Ada banyak hal yang belum mereka bicarakan. Tentang masa lalu. Tentang hati. Dan mungkin tentang masa depan. Tapi malam ini, cukup dulu dengan senyum dan kebersamaan sederhana.

Hannah membuka kulkas dan mengambil beberapa buah markisa yang disimpan dalam kantong plastik. Buah-buah itu bukan hasil belanja, melainkan pemberian seorang pria asing yang datang ke warung makan tadi pagi dalam keadaan kelaparan. Ia tak membawa uang, tapi menawarkan satu kresek penuh buah markisa sebagai gantinya. Hannah, yang tak tega membiarkan perut lapar berlalu begitu saja, menerimanya tanpa banyak tanya.

Dengan cekatan, ia memotong buah markisa dan memblendernya bersama sedikit air dan gula. Aroma khas buah tropis itu menyebar memenuhi dapur kecil. Hannah menuangkan hasil blender ke dalam tiga gelas bening, lalu berjalan pelan menuju ruang makan.

Segelas ia berikan kepada Arka, dan segelas lagi untuk Yasmin.

"Minumlah. Itu rasanya enak dan segar." Hannah berbicara dengan bahasa isyarat yang lembut dan tenang, wajahnya tetap penuh ketulusan meski ekspresinya nyaris datar.

Arka memiringkan kepala, berusaha memahami maksud Hannah, tapi gagal. Untunglah Yasmin yang peka segera menerjemahkan dengan polos, "Mama bilang, ini enak dan segar. Coba, Om!"

Arka mengangkat gelas itu dan menyeruputnya perlahan. Cairan dingin dan asam-manis itu langsung menyegarkan tenggorokannya. Ia menatap Hannah sambil mengangkat gelas, lalu berkata, “Enak! Aku suka sekali. Ini pasti dari buah asli, ya?”

Hannah mengangguk pelan sambil tersenyum tipis, senyuman yang begitu singkat namun cukup untuk menghangatkan suasana.

Lalu, tanpa berkata apa-apa, dia mengambil ponselnya dan mulai mengetik sesuatu di layar. Jari-jarinya lincah, seolah sedang menuliskan sesuatu yang sudah lama ingin dia tanyakan.

Setelah selesai, ia menyodorkan ponselnya kepada Arka. Pria itu membaca tulisan yang muncul di layar.

"Kamu sedang ada masalah?"

Arka menatap Hannah sesaat sebelum mengambil ponsel itu dan mengetik balasannya.

"Aku baik-baik saja."

Namun, Hannah hanya menatapnya lekat-lekat, sorot matanya menunjukkan bahwa ia tidak percaya begitu saja. Ia menunjuk ke dada Arka, lalu mengetik lagi:

"Tidak. Kamu terlihat murung dan tidak ceria seperti biasanya."

Arka terdiam beberapa detik. Jantungnya berdebar tak karuan. Ia tidak menyangka Hannah, perempuan yang selama ini pendiam dan penuh batas, bisa membaca gelombang emosinya yang sedang kacau.

Ada sensasi hangat yang mengalir perlahan ke dadanya. Perhatian Hannah terasa tulus, sederhana, tapi begitu menenangkan.

Akhirnya ia mengetik:

"Ada masalah dalam bisnis. Ada beberapa orang jahat yang ingin merebut apa yang seharusnya menjadi milik aku dan Arman."

Hannah membaca dengan saksama. Seketika, ekspresinya berubah—ada sorot prihatin yang muncul dalam tatapannya. Ia tidak langsung membalas. Ditatapnya Arka sejenak, lalu mulai mengetik lagi dengan lambat namun pasti.

"Aku tidak pandai dalam hal berbisnis. Hanya saja, aku bisa mendoakan agar kamu mendapatkan yang terbaik untuk dirimu dan Arman. Tapi, tolong jangan bertindak sembrono dan berakhir dalam penyesalan."

Arka menatap layar itu cukup lama. Kata-kata Hannah seperti menampar sisi emosional dalam dirinya yang sedang meletup. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan emosi yang baru saja tersulut.

Tadi pagi, dia sempat bersitegang dengan Arman. Perdebatan sengit tak terhindarkan karena Arka menolak syarat dari Pak Agung yang ingin menjodohkannya dengan putrinya sebagai imbalan dukungan suara dalam rapat pemegang saham. Ia merasa harga dirinya diinjak dan ia menolak cara kotor itu.

Sementara itu, Arman masih sibuk dengan urusan pribadi. Kakaknya itu tidak menyerah mencari Karin—wanita yang menghilang secara misterius tanpa kabar. Arman seperti orang kerasukan, menjelajahi kota demi kota, berharap bisa menemukan jejak perempuan itu.

Kini, duduk di hadapan Hannah dan Yasmin, semua beban di dada Arka seperti sedikit mereda. Ada kedamaian aneh yang menyelinap tanpa diundang. Mungkin bukan solusi yang ia temukan hari ini. Perhatian tulus dan ketenangan dari perempuan yang tak banyak bicara ini, rasanya jauh lebih berarti dari sekadar kata-kata panjang lebar.

***

Terima kasih untuk dukungan kalian. Insya Allah, hari ini crazy up lagi, ya!

1
Wanita Aries
Penasarannnn
Kar Genjreng
siapa orang dewasa' itu yang menakutkan buat Hannah,,, kenangan memang terkadang membuat kita seolah ,,,berada di masa lalu,,,, yang paling nyesek seandainya masa lalu yang kelam,,,beda kalau masa lalu menyenangkan,,,baru happy
Susi Akbarini
siapa laki2 yg ngusir hannah dalm mimpi...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
jgn2 Karin hamil...

❤❤❤❤❤
ken darsihk
Achhh Karin misteri bngt dwehhh 🤨🤨
ken darsihk
Trauma apa yng di alami Hana sebegitu parah kah , sampai Hana sering pingsan bila mengingat kenangan itu
Sugiharti Rusli
ceritanya semakin menarik dan bikin penasaran sih dengan semua rahasia yang masih belum terbuka kaitannya sih,,,
Sugiharti Rusli
apa nanti si Hannah akhirnya akan mempertanyakan jatidiri laki" yang membuat dia shock ke si Samsul yah🤔
Sugiharti Rusli
rahasia kepergian si Karin juga sangat misterius dan mencurigakan bagi Arka dan Arman, seperti ada sesuatu yang janggal yah
Sugiharti Rusli
siapa sebenarnya yang telah membuat Hannah terperangkap dalam trauma panjang yang sekarang ketrigger lagi akibat melihat gambar seseorang dari photo lama sahabat masa kecilnya
Sugiharti Rusli
dari masa lalu Hannah yang menimbulkan trauma berkepanjangan tanpa ada yang tahu, bahkan sang ayah sekalipun
Sugiharti Rusli
wah banyak hal" rahasia yang menyelimuti cerita ini yah rupanya,,,
Ita rahmawati
apakah ada yg menculik atau mengancam keluarga karin 🤔
siapakah pelaku yg udah buat trauma hannah 🤔
kalo krna trauma berarti hannah masih bisa disembuhkan ya,,suara yg hilang sm kelumpuhan kakinya dn pendengarannya kan bisa pake alat dengar 🤔
masih banyak yg blm terjawab dn bikin makin penasaran 🤗🤗
Ema
Siapa yang sudah jahat sama Hannah yaa
Eonnie Nurul
semakin banyak clue-nya semakin penisirin ☺️
Wiek Soen
makin bikin penasaran thor
Wiek Soen
kayaknya hanas pernah dicelakai orang itu sampai trauma
Wiek Soen
pak agung juga kayaknya sdh tidak tulus lagi di percaya, nyatanya dia minta syarat baru menolong...mungkin pk agung ada main dg Soraya deh
Wiek Soen
kayaknya ada foto orang yg di kenali Hannah di situ yg menyebabkan dia sakit tp dia GK berani cerita
juwita
cerita nya penuh misteri blm ke ungkapan semuanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!